Proses morfologis menurut Samsuri (1985:190) adalah
cara pembentukan kata-kata dengan menghubungkan morfem yang satu dengan morfem
yang lain. Kata disebutnya sebagai bentuk minimal yang bebas, artinya bentuk
itu dapat diucapkan tersendiri, bisa dikatakan, dan bisa didahului dan diikuti
oleh jeda yang potensial. Di samping itu, bentuk itu akan mendapat pola
intonasi dasar/[2]31/. Bentuk-bentuk seperti /apa/, /mana/ akan mendapat kontur
intonasi /31/; /keras/, /beras/ akan mendapat kontur intonasi /231/, /pas/,
/ban/ akam mendapat kontur intonasi 31/; /menara/ berkontur intonasi /[2]231/.
Jadi, proses morfologis adalah proses penggabungan morfem menjadi kata.
Proses morfologis meliputi (1) afiksasi, (2)
reduplikasi, (3) perubahan intern, (4) suplisi, dan (3) modifikasi kosong
(Samsuri, 190—193). Namun, di dalam bahasa Indonesia yang bersifat aglutinasi
ini tidak ditemukan data proses morfologis yang berupa perubahan intern,
suplisi, dan modifikasi kosong. Jadi, proses morfologis dalam bahasa Indonesia
hanya melalui
afiksasi
dan reduplikasi.
A.
Bentuk dasar
Bentuk
dasar adalah bentuk yang kepadanya dilakukan proses morfologi itu. dapat berupa
akar seperti baca, pahat, dan juang pada kalimat membaca, memahat, dan
berjuang. Dapat berupa bentuk polimorfemis seperti bentuk bermakna, berlari,
dan jual beli pada kebermaknaan, berlari-lari dan jual-beli.
-
dalam proses reduplikasi bentuk dasar dapat
berupa akar, seperti akar rumah pada kata rumah-rumah.
-
Dalam proses komposisi dapat berupa akar
sate pada kata sate ayam.
B.
Pembentukan kata
Alat
pembentuk kata sejauh ini adalah
-
Afiksasi
-
Pengulangan dalam proses reduplikasi
-
Pengabungan dalam proses komposisi
-
Pemendekan atau penyingkatan dalam
proses akronomisasi
-
Pengubahan status dalam proses konversi
·
Dalam afiksasi sebuah afiks diimbuhkan
pada bentuk dasar sehingga hasilnya menjadi sebuah kata.
·
Berkenaan dengan jenis afiksnya,
dibedakan atas :
-
Prefiksasi yaitu proses pembubuhan
prefiks
-
Konfiksasi yaitu proses pembubuhan
konfiks
-
Sulfikasi yaitu proses pembubuhan
sulfiks
-
Infikasi proses pembubuhan infiks,
proses infiksasi sudah tidak produksi lagi
·
Proses prefiksasi dilakukan oleh prefiks
ber-, me-, ter-, ke, dan se-
a. Prefiks be(R)-
Prefiks be(R)- memiliki beberapa
variasi. Be(R)- bisa berubah menjadi be- dan bel-.
Be(R)- berubah menjadi be-
jika (a) kata yang dilekatinya diawali dengan huruf r dan (b) suku kata
pertama diakhiri dengan er yang di depannya konsonan.
be(R)- + renang
→ berenang
.
be(R)+ ternak — beternak
be(R)+kerja -- bekerja
b. Prefiks me (N)-
Prefiks me(N)- mempunyai beberapa
variasi, yaitu me(N)- yaitu mem-, men-, meny-,
meng-, menge-, dan
me-. Prefiks me(N)- berubah menjadi mem- jika
bergabung dengan kata yang diawali huruf /b/, /f/, /p/, dan /v/,
misalnya,
me(N)- + baca
→membaca
me(N)- + pukul
→ memukul.
Prefiks me(N)- berubah
menjadi men- jika bergabung dengan kata yang diawali oleh
huruf /d/, /t/, /j/,
dan /c/, misalnya, me(N)- + data → mendata,
me(N)- + tulis → menulis,
me(N)- + jadi → menjadi,
dan me(N)- + cuci →mencuci.
Prefiks me(N)- berubah
menjadi meny- jika bergabung dengan kata yang diawali oleh
huruf /s/, misalnya, me(N)-
+ sapu → menyapu.
Prefiks me(N)- berubah menjadi meng-
jika bergabung dengan kata yang diawali dengan
huruf /k/ dan /g/, misalnya,
me(N)- + kupas →mengupas dan
me(N)- + goreng menggoreng.
Prefiks me(N)- berubah
menjadi menge- jika bergabung dengan kata yang terdiri dari satu
suku kata, misalnya, me(N)-
+ lap → mengelap,
me(N)- + bom→ mengebom,
dan me(N)- + bor → mengebor.
c. Prefiks pe (R)-
Prefiks pe(R)- merupakan
nominalisasi dari prefiks be(R). Perhatikan contoh berikut!
Berawat→ perawat
Bekerja → pekerja.
Prefiks pe(R)- mempunyai variasi pe-
dan pel-. Prefiks pe(R)- berubah menjadi pejika
bergabung dengan kata yang diawali huruf
r dan kata yang suku katanya berakhiran er,
misalnya, pe(R)- + rawat
→perawat
dan
pe(R)- + kerja→ pekerja.
Prefiks pe(R)- berubah
menjadi pel- jika bergabung dengan kata ajar, misalnya, pe(R)-
+ ajar
→ pelajar.
d. Prefiks pe(N)-
Prefiks pe(N)- mempunyai
beberapa variasi. Prefiks pe-(N)- sejajar dengan prefiks me(N)-.
Variasi pe(N)- memiliki
variasi pem-, pen-, peny-, peng-, pe-, dan penge-.
Prefiks pe(N)- berubah menjadi pem-
jika bergabung dengan kata yang diawali oleh huruf /t/, /d/, /c/,
dan /j/, misalnya, penuduh, pendorong, pencuci, dan
penjudi. Prefiks pe(N)-
berubah menjadi pem- jika
bergabung dengan kata yang diawali oleh huruf /b/ dan /p/,
misalnya, pebaca dan pemukul. Prefiks pe(N)-
berubah menjadi peny- jika bergabung dengan kata yang diawali oleh huruf
/s/, misalnya, penyaji. Prefiks pe(N)- berubah menjadi peng-
jika bergabung dengan kata yang diawali oleh huruf /g/ dan /k/,
misalnya, penggaris dan pengupas.
Prefiks pe(N)- berubah
menjadi penge- jika bergabung dengan kata yang terdiri atas satu suku
kata, misalnya, pengebom, pengepel, dan pengecor. Prefiks pe(N)-
berubah menjadi pe- jika
bergabung dengan kata yang diawali oleh
huruf /m/, /l/, dan /r/, misalnya, pemarah, pelupa, dan
perasa.
e. Prefiks te(R)-
Prefiks te(R)- mempunyai beberapa
variasi, yaitu ter- dan tel-, misalnya, terbaca, ternilai,
tertinggi, dan telanjur.
·
Infiksasi –el-, -em-, dan –er-
Infiks termasuk afiks yang penggunaannya
kurang produktif. Infiks dalam bahasa
Indonesia terdiri dari tiga macam: -el-,
-em-, dan –er-.
a. infiks -el-, misalnya, geletar;
b. infiks -er-, misalnya, gerigi,
seruling; dan
c. infiks -em-, misalnya, gemuruh, gemetar
·
Sulfiksasi –an, -kan, dan –i
a. sufiks -an, misalnya, dalam ayunan,
pegangan, makanan;
b. sufiks -i, misalnya, dalam memagari
memukuli, meninjui;
c. sufiks -kan, misalnya, dalam memerikan,
melemparkan; dan
d. sufiks -nya, misalnya, dalam susahnya,
berdirinya.
·
Konfiksasi pe-an, per-an, ke-an, se-nya
Konfiks adalah “gabungan afiks yang
berupa prefiks (awalan) dan sufiks (akhiran) yang
merupakan satu afiks yang tidak
terpisah-pisah. Artinya, afiks gabungan itu muncul secara
serempak pada morfem dasar dan
bersama-sama membentuk satu makna gramatikal pada kata
bentukan itu” (Keraf, 1984: 115).
Berikut ini konfiks yang terdapat dalam
bahasa Indonesia.
a. konfiks pe(R)-an misalnya,
dalam perbaikan, perkembangan,
b. konfiks pe(N)-an misalnya,
dalam penjagaan, pencurian,
c. konfiks ke-an misalnya, kedutaan,
kesatuan,
d.
konfiks be(R)-an misalnya, berciuman.
·
Afiks yang sangat produktif yaitu
prefiks ber- dan prefiks me-
Ø Alat
pembentukan ke dua yaitu reduplikasi atau proses pengulangan hasil dari
reduplikasi lazim disebut kata ulang. Ada tiga macam pengulangan yaitu:
-
Pengulangaan secara utuh
-
Pengulangan dengan mengubah bunyi vocal
maupun konsonan
-
Pengulangan sebagian
Ø Alat
pembentuk ketiga, penggabungan sebuah dalam proses komposisi
Ø Alat
pembentuk ke empat adalah abreviasi yang digunakan dalam proses akronomisasi
Ø Alat
kelima adalah pengubahan status yang disebut konversi
C.
Hasil proses pembentukan
Ada
dua hasil yaitu bentuk dan makna gramatikal. Bentuk merupakan wujud fisiknya
dan makna gramatikal merupakan isi dari wujud fisik atu bentuk itu.
-
Wujud fisik dari proses afiksasi adalah
kata berafiks kata berimbuhan, kata turunan atau kata terbitan
-
Wujud dari kata reduplikasi adalah kata
ulang/bentuk ulang
-
Wujud dari komposisi adalah kata gabung/
gabungan kata, kelompok kata/kata majemuk
D.
Makna gramarikal
-
Setiap makna gramatikal dari suatu
proses morfologis akan menampakkan bentuk/makna dasarnya. Misalnya sate ayam.
-
Perbedaan dari makna leksikal, makna
grametikal baru muncul dalam suatu proses gramatikal, baik proses morfologi
maupun sintaksis
-
Makna leksikal adalah makna yang secara
inheren dimiliki oleh setiap bentuk dasar (morfem dasar atau akar)
-
Makna idiomatikal makna yang tidak ada
hubungannya dengan makna leksikal maupun grametikal dan unsur-unsur
pembentuknya.
E.
Pembentukan kata nonmorfologis
1. Abreviasi/kependekan
ialah proses penanggalan satu atau beberapa bagian kata atau kombinasi kata
sehingga jadilah bentuk baru. Beberapa jenis abreviasi :
-
Singkatan dalam abreviasi yaitu salah
satu hasil proses pemendekan yang dieja huruf demi huruf seperti, DKI, KKN.
Maupun singkatan yang tidak dieja huruf demi huruf, seperti, dll, dgn.
-
Penggalan, proses pemendekan yang
menghilangkaan salah satu bagian dari kata seperti, prof, bu, pak
-
Akronim, proses pemendekan yang
menggabungkan hirif atau suku kata atau bagian lain yang ditulis dan dilafalkan
sebagai sebuah kata yang memenuhi kaidah fonotatik Indonesia, seperti,
FKIP/fkip/dan bukan/ef,/ka/, /i/,/pe/
-
Kontraksi proses pemendeka yang
meringkas kata dasar atau gabungan kata, misalnya : tak dari tidak
-
Lambang huruf proses pemendekan yang menghasilkan satu
huruf atau lebih yang menggambarkan konsep dasar kuantitas, satuan atau unsur.
Misalnya: g (gram)
2. Perubahan
bentuk kata proses
Perubahan kata melalui perubahan bentuk
kata dapat disebut proses pembentukan kata secara nonmorfologis.
-
Asimilasi perubahan bunyi konsonan
akibat pengaruh konsonan yang berdekatan, misalnya: alsalam-asalam
-
monoftongisi proses suatu diftong yang
berubah menjadi monoftong. Misalnya : pulau-pulo
-
diftongisasi proses suatu monoftong yang
berubah menjadi diftong, misalnya: anggota-anggauta
-
haplologi menghilangkan satu atau dua
bunyi secara bersamaan yang berurutan, misalnya : morfofonogi-morfonologi
-
anapteksis (suara bakti) penyisipan
vocal pendek diantara dua konsonan atau lebih untuk menyederhanakan stuktur
suku kata, misalnya : sloka-seloka
-
metatesis proses pergantian tempat bunyi
(huruf) dalam sebuah kata, misalnya: berantas-banteras
-
afresis proses penanggalan huruf ala
atau suku awal kata, misalnya : akan-kan
-
sinkope proses suatu kata kehilangan
satu fonem atau lebih di tengah-tengah kata tersebut, misal : tidak-tak
-
apokop proses hilangnya satu bunyi atau
lebih pada akhir sebuah kata, misalnya: pelangit-pelangi
-
protesis penambahan vocal atau konsonan
pada awal kata untuk memudahkan melafalkannya, misalnya : lang-elang
-
epentesis penyisipan bunyi atau huruf ke
dalam kata, terutama kata serapan tanpa merubah arti untuk menyesuaikan dengan
pola fonologis Bahasa peminjaman, misalnya: akasa-jeladri
-
paragog proses penambahan huruf atau
bunyi pada akhir kata, misalnya: hulubala-hulubalang. (Chaer,
2015:24-37)
DAFTAR
PUSTAKA
Chaer,
Abdul. 2008. Morfologi Bahasa Indonesi
(Pendekatan Proses). Jakarta: Rinika Cipta
Arifin,
E, Zainal. 2011. Morfologi : Bentuk,
Makna, dan Fungsi. Jakarta: Gramedia.
Muslich,
Mansur. 2011. Tata bentuk Bahasa
Indonesia. Jakarta : Bumi Aksara
Tidak ada komentar:
Posting Komentar