Kamis, 31 Januari 2019

Proses Morfologi



Proses morfologis menurut Samsuri (1985:190) adalah cara pembentukan kata-kata dengan menghubungkan morfem yang satu dengan morfem yang lain. Kata disebutnya sebagai bentuk minimal yang bebas, artinya bentuk itu dapat diucapkan tersendiri, bisa dikatakan, dan bisa didahului dan diikuti oleh jeda yang potensial. Di samping itu, bentuk itu akan mendapat pola intonasi dasar/[2]31/. Bentuk-bentuk seperti /apa/, /mana/ akan mendapat kontur intonasi /31/; /keras/, /beras/ akan mendapat kontur intonasi /231/, /pas/, /ban/ akam mendapat kontur intonasi 31/; /menara/ berkontur intonasi /[2]231/. Jadi, proses morfologis adalah proses penggabungan morfem menjadi kata.
Proses morfologis meliputi (1) afiksasi, (2) reduplikasi, (3) perubahan intern, (4) suplisi, dan (3) modifikasi kosong (Samsuri, 190—193). Namun, di dalam bahasa Indonesia yang bersifat aglutinasi ini tidak ditemukan data proses morfologis yang berupa perubahan intern, suplisi, dan modifikasi kosong. Jadi, proses morfologis dalam bahasa Indonesia hanya melalui
afiksasi dan reduplikasi.
A.    Bentuk dasar
Bentuk dasar adalah bentuk yang kepadanya dilakukan proses morfologi itu. dapat berupa akar seperti baca, pahat, dan juang pada kalimat membaca, memahat, dan berjuang. Dapat berupa bentuk polimorfemis seperti bentuk bermakna, berlari, dan jual beli pada kebermaknaan, berlari-lari dan jual-beli.
-           dalam proses reduplikasi bentuk dasar dapat berupa akar, seperti akar rumah pada kata rumah-rumah.
-          Dalam proses komposisi dapat berupa akar sate pada kata sate ayam.

B.     Pembentukan kata
Alat pembentuk kata sejauh ini adalah
-          Afiksasi
-          Pengulangan dalam proses reduplikasi
-          Pengabungan dalam proses komposisi
-          Pemendekan atau penyingkatan dalam proses akronomisasi
-          Pengubahan status dalam proses konversi
·         Dalam afiksasi sebuah afiks diimbuhkan pada bentuk dasar sehingga hasilnya menjadi sebuah kata.
·         Berkenaan dengan jenis afiksnya, dibedakan atas :
-          Prefiksasi yaitu proses pembubuhan prefiks
-          Konfiksasi yaitu proses pembubuhan konfiks
-          Sulfikasi yaitu proses pembubuhan sulfiks
-          Infikasi proses pembubuhan infiks, proses infiksasi sudah tidak produksi lagi
·         Proses prefiksasi dilakukan oleh prefiks ber-, me-, ter-, ke, dan se-
a. Prefiks be(R)-
Prefiks be(R)- memiliki beberapa variasi. Be(R)- bisa berubah menjadi be- dan bel-.
Be(R)- berubah menjadi be- jika (a) kata yang dilekatinya diawali dengan huruf r dan (b) suku kata pertama diakhiri dengan er yang di depannya konsonan.
be(R)- + renang berenang .
be(R)+ ternak — beternak
be(R)+kerja -- bekerja
b. Prefiks me (N)-
Prefiks me(N)- mempunyai beberapa variasi, yaitu me(N)- yaitu mem-, men-, meny-,
meng-, menge-, dan me-. Prefiks me(N)- berubah menjadi mem- jika bergabung dengan kata yang diawali huruf /b/, /f/, /p/, dan /v/, misalnya,
me(N)- + baca membaca
me(N)- + pukul memukul.
Prefiks me(N)- berubah menjadi men- jika bergabung dengan kata yang diawali oleh
huruf /d/, /t/, /j/, dan /c/, misalnya, me(N)- + data mendata, me(N)- + tulis menulis, me(N)- + jadi menjadi, dan me(N)- + cuci mencuci.
Prefiks me(N)- berubah menjadi meny- jika bergabung dengan kata yang diawali oleh
huruf /s/, misalnya, me(N)- + sapu menyapu.
Prefiks me(N)- berubah menjadi meng- jika bergabung dengan kata yang diawali dengan
huruf /k/ dan /g/, misalnya, me(N)- + kupas mengupas dan me(N)- + goreng menggoreng.
Prefiks me(N)- berubah menjadi menge- jika bergabung dengan kata yang terdiri dari satu
suku kata, misalnya, me(N)- + lap mengelap, me(N)- + bommengebom, dan me(N)- + bor mengebor.
c. Prefiks pe (R)-
Prefiks pe(R)- merupakan nominalisasi dari prefiks be(R). Perhatikan contoh berikut!
Berawatperawat
Bekerja pekerja.
Prefiks pe(R)- mempunyai variasi pe- dan pel-. Prefiks pe(R)- berubah menjadi pejika
bergabung dengan kata yang diawali huruf r dan kata yang suku katanya berakhiran er,
misalnya, pe(R)- + rawat perawat dan pe(R)- + kerjapekerja.
Prefiks pe(R)- berubah menjadi pel- jika bergabung dengan kata ajar, misalnya, pe(R)- + ajar
pelajar.
d. Prefiks pe(N)-
Prefiks pe(N)- mempunyai beberapa variasi. Prefiks pe-(N)- sejajar dengan prefiks me(N)-.
Variasi pe(N)- memiliki variasi pem-, pen-, peny-, peng-, pe-, dan penge-.
Prefiks pe(N)- berubah menjadi pem- jika bergabung dengan kata yang diawali oleh huruf /t/, /d/, /c/, dan /j/, misalnya, penuduh, pendorong, pencuci, dan penjudi. Prefiks pe(N)-
berubah menjadi pem- jika bergabung dengan kata yang diawali oleh huruf /b/ dan /p/, misalnya, pebaca dan pemukul. Prefiks pe(N)- berubah menjadi peny- jika bergabung dengan kata yang diawali oleh huruf /s/, misalnya, penyaji. Prefiks pe(N)- berubah menjadi peng- jika bergabung dengan kata yang diawali oleh huruf /g/ dan /k/, misalnya, penggaris dan pengupas.
Prefiks pe(N)- berubah menjadi penge- jika bergabung dengan kata yang terdiri atas satu suku kata, misalnya, pengebom, pengepel, dan pengecor. Prefiks pe(N)- berubah menjadi pe- jika
bergabung dengan kata yang diawali oleh huruf /m/, /l/, dan /r/, misalnya, pemarah, pelupa, dan perasa.
e. Prefiks te(R)-
Prefiks te(R)- mempunyai beberapa variasi, yaitu ter- dan tel-, misalnya, terbaca, ternilai,
tertinggi, dan telanjur.
·         Infiksasi –el-, -em-, dan –er-
Infiks termasuk afiks yang penggunaannya kurang produktif. Infiks dalam bahasa
Indonesia terdiri dari tiga macam: -el-, -em-, dan –er-.
a. infiks -el-, misalnya, geletar;
b. infiks -er-, misalnya, gerigi, seruling; dan
c. infiks -em-, misalnya, gemuruh, gemetar
·         Sulfiksasi –an, -kan, dan –i
a. sufiks -an, misalnya, dalam ayunan, pegangan, makanan;
b. sufiks -i, misalnya, dalam memagari memukuli, meninjui;
c. sufiks -kan, misalnya, dalam memerikan, melemparkan; dan
d. sufiks -nya, misalnya, dalam susahnya, berdirinya.
·         Konfiksasi pe-an, per-an, ke-an, se-nya
Konfiks adalah “gabungan afiks yang berupa prefiks (awalan) dan sufiks (akhiran) yang
merupakan satu afiks yang tidak terpisah-pisah. Artinya, afiks gabungan itu muncul secara
serempak pada morfem dasar dan bersama-sama membentuk satu makna gramatikal pada kata
bentukan itu” (Keraf, 1984: 115).
Berikut ini konfiks yang terdapat dalam bahasa Indonesia.
a. konfiks pe(R)-an misalnya, dalam perbaikan, perkembangan,
b. konfiks pe(N)-an misalnya, dalam penjagaan, pencurian,
c. konfiks ke-an misalnya, kedutaan, kesatuan,
d. konfiks be(R)-an misalnya, berciuman.

·         Afiks yang sangat produktif yaitu prefiks ber- dan prefiks me-
Ø  Alat pembentukan ke dua yaitu reduplikasi atau proses pengulangan hasil dari reduplikasi lazim disebut kata ulang. Ada tiga macam pengulangan yaitu:
-          Pengulangaan secara utuh
-          Pengulangan dengan mengubah bunyi vocal maupun konsonan
-          Pengulangan sebagian
Ø  Alat pembentuk ketiga, penggabungan sebuah dalam proses komposisi
Ø  Alat pembentuk ke empat adalah abreviasi yang digunakan dalam proses akronomisasi
Ø  Alat kelima adalah pengubahan status yang disebut konversi
C.     Hasil proses pembentukan
Ada dua hasil yaitu bentuk dan makna gramatikal. Bentuk merupakan wujud fisiknya dan makna gramatikal merupakan isi dari wujud fisik atu bentuk itu.
-          Wujud fisik dari proses afiksasi adalah kata berafiks kata berimbuhan, kata turunan atau kata terbitan
-          Wujud dari kata reduplikasi adalah kata ulang/bentuk ulang
-          Wujud dari komposisi adalah kata gabung/ gabungan kata, kelompok kata/kata majemuk
D.    Makna gramarikal
-          Setiap makna gramatikal dari suatu proses morfologis akan menampakkan bentuk/makna dasarnya. Misalnya sate ayam.
-          Perbedaan dari makna leksikal, makna grametikal baru muncul dalam suatu proses gramatikal, baik proses morfologi maupun sintaksis
-          Makna leksikal adalah makna yang secara inheren dimiliki oleh setiap bentuk dasar (morfem dasar atau akar)
-          Makna idiomatikal makna yang tidak ada hubungannya dengan makna leksikal maupun grametikal dan unsur-unsur pembentuknya.
E.     Pembentukan kata nonmorfologis
1.      Abreviasi/kependekan ialah proses penanggalan satu atau beberapa bagian kata atau kombinasi kata sehingga jadilah bentuk baru. Beberapa jenis abreviasi :
-          Singkatan dalam abreviasi yaitu salah satu hasil proses pemendekan yang dieja huruf demi huruf seperti, DKI, KKN. Maupun singkatan yang tidak dieja huruf demi huruf, seperti, dll, dgn.
-          Penggalan, proses pemendekan yang menghilangkaan salah satu bagian dari kata seperti, prof, bu, pak
-          Akronim, proses pemendekan yang menggabungkan hirif atau suku kata atau bagian lain yang ditulis dan dilafalkan sebagai sebuah kata yang memenuhi kaidah fonotatik Indonesia, seperti, FKIP/fkip/dan bukan/ef,/ka/, /i/,/pe/
-          Kontraksi proses pemendeka yang meringkas kata dasar atau gabungan kata, misalnya : tak dari tidak
-          Lambang huruf  proses pemendekan yang menghasilkan satu huruf atau lebih yang menggambarkan konsep dasar kuantitas, satuan atau unsur. Misalnya: g (gram)
2.      Perubahan bentuk kata proses
Perubahan kata melalui perubahan bentuk kata dapat disebut proses pembentukan kata secara nonmorfologis.
-          Asimilasi perubahan bunyi konsonan akibat pengaruh konsonan yang berdekatan, misalnya: alsalam-asalam
-          monoftongisi proses suatu diftong yang berubah menjadi monoftong. Misalnya : pulau-pulo
-          diftongisasi proses suatu monoftong yang berubah menjadi diftong, misalnya: anggota-anggauta
-          haplologi menghilangkan satu atau dua bunyi secara bersamaan yang berurutan, misalnya : morfofonogi-morfonologi
-          anapteksis (suara bakti) penyisipan vocal pendek diantara dua konsonan atau lebih untuk menyederhanakan stuktur suku kata, misalnya : sloka-seloka
-          metatesis proses pergantian tempat bunyi (huruf) dalam sebuah kata, misalnya: berantas-banteras
-          afresis proses penanggalan huruf ala atau suku awal kata, misalnya : akan-kan
-          sinkope proses suatu kata kehilangan satu fonem atau lebih di tengah-tengah kata tersebut, misal : tidak-tak
-          apokop proses hilangnya satu bunyi atau lebih pada akhir sebuah kata, misalnya: pelangit-pelangi
-          protesis penambahan vocal atau konsonan pada awal kata untuk memudahkan melafalkannya, misalnya : lang-elang
-          epentesis penyisipan bunyi atau huruf ke dalam kata, terutama kata serapan tanpa merubah arti untuk menyesuaikan dengan pola fonologis Bahasa peminjaman, misalnya: akasa-jeladri
-          paragog proses penambahan huruf atau bunyi pada akhir kata, misalnya: hulubala-hulubalang. (Chaer, 2015:24-37)

DAFTAR PUSTAKA
Chaer, Abdul. 2008. Morfologi Bahasa Indonesi (Pendekatan Proses). Jakarta: Rinika Cipta
Arifin, E, Zainal. 2011. Morfologi : Bentuk, Makna, dan Fungsi. Jakarta: Gramedia.
Muslich, Mansur. 2011. Tata bentuk Bahasa Indonesia. Jakarta : Bumi Aksara

Tidak ada komentar:

Posting Komentar