Kamis, 31 Januari 2019

Bentuk Linguistik, Hakikat Morfologi dan Objek Kajian Morfologi


Bentuk Linguistik, Hakikat Morfologi dan Objek Kajian Morfologi

Bentuk Linguistik secara hierarkis terdiri atas beberapa tataran kajian, susunan yang bersifat hierarkis itu dapat diilustrasikan dalam skema berikut.


Berdasarkan skema di atas menunjukkan bahwa linguistik secara umum berarti ilmu yang mempelajari bahasa, dengan beberapa subsistem yaitu tata bahasa merupakan subsistem dalam linguistic yang terdiri atas dua kategori subsistem yaitu subsistem morfologi dan sintaksis. Secara garis besar morfologi menelaah seluk beluk kata, dengan objek kajian terbesarnya adalah kata, sedangkan sintaksis mempelajari seluk beluk rangkaian kata, frase, klausa dan kalimat, dengan objek telaah terbesarnya adalah kalimat. Selain itu, morfologi juga berkaitan erat dengan fonologi, dimana diantara kedua subsistem tersebut terdapat kajian ilmu yang mengkaji tentang perubahan fonem akibat adanya proses morfologi (morfofonemik).

HAKIKAT MORFOLOGI
Secara etimologi kata morfologi berasal dari kata morf yang berarti bentuk dan kata logi yang berarti ilmu. Jadi, secara harfiah kata morfologi berarti ilmu mengenai bentuk. Di dalam kajian linguistik, morfologi berarti cabang ilmu bahasa yang seluk-beluk bentuk kata dan perubahannya serta dampak dari perubahan itu terhadap arti (makna) dan kelas kata.
Menurut Ramlan pengertian morfologi adalah bagian dari ilmu bahasa yang mempelajari seluk beluk bentuk kata serta perubahan bentuk kata serta perubahan bentuk kata terhadap arti dan golongan kata.
Menurut Verhaar (1996:97) morfologi merupakan cabang linguistic yang mengidentifikasi satuan – satuan dasar bahasa sebagai satuan gramatikal.
Menurut Samsuri (1988:15) morfologi merupakan cabang linguistic yang mempelajari tentang struktur dan bentuk -  bentuk kata.
Menurut Bauer (1993:2) morfologi merupakan ilmu yang membahas struktur internal bentuk kata.
Berdasarkan pengertian di atas dapat dikatakan bahwa morfologi merupakan ilmu bahasa yang mempelajari struktur kata.


Objek Kajian morfologi
Objek kajian morfologi terdiri atas morfem, kata, bentuk dasar, alat dalam proses (afiks, duplikasi, akronimisassi, dan konvensi) serta makna gramatikal. Kita sudah tahu, bahwa morfem merupakan satuan yang paling kecil yang dapat dipelajari oleh morfologi. Namun, apa yang dimaksud dengan morfem belum dijelaskan. Inilah pengertiannya.
1) Morfem ialah satuan gramatik yang paling kecil yang tidak mempunyai satuan lain selain unsurnya (Ramlan, 1983 : 26).
2) Morfem ialah satuan bentuk terkecil yang mempunyai arti (Alwasilah, 1983 : 10).
3) Morfem ialah kesatuan gramatik yang terkecil yang mengandung arti, yang tidak mempunyai kesamaan baik dalam bentuk maupun dalam arti dengan bentuk-bentuk yang lain (Sitindoan, 1984 : 64).
4) Morfem yaitu semua bentuk baik bebas maupun terikat yang tidak dapat dibagi ke dalam bentuk terkecil yang mengandung arti (Bloch dan Trager dalam Prawirasumantri, 1985 : 127).
5) Morfem adalah komposit bentuk pengertian yang terkecil yang sama atau mirip yang berulang (Samsuri, 1982 : 170). Yang dimaksud berulang disini yaitu kehadirannya berkalikali dalam tuturan.
6) Bloomfield (1933 : 161) mendefinisikan morfwem sebagai ― a linguistic from wich bears no partial phonetic-semantic resemblance to any other form, is a simple form or morpheme. (Maksud pernyataan itu, ―satu bentuk lingual yang sebagiannya tidak mirip dengan bentuk lain mana pun secara bunyi maupun arti adalah bentuk tunggal atau morfem).
7) Morphemes are the smallest individually meaningfull element is the utterances of a language (Hockett, 1958 : 123). Maksudnya, morfem adalah unsur-unsur yang masingmasing mempunyai makna dalam tutur sebuah bahasa.
Dari ketujuh definisi yang telah dikutip di atas, tergambar adanya persamaan konsep. Pada
dasarnya, morfem merupakan satuan gramatik terkecil baik bebas maupun ikat yang memiliki arti, baik secara leksikal maupun gramatikal.

Kata merupakan satuan gramatikal
Komponen pembentuk kata
1.       Dasar (leksikal) :
Bentuk dasar ialah bentuk yang kepadanya dilakukan proses morfologi itu. Bentuk dasar itu dapat berupa akar seperti baca, pahat, dan juang.(Chaer 2008:26) jadi dasar itu bentuk terkecil yang tidak bisa dipilah kembali.
2.       Alat Pembentuk ( afiks, duplikasi, komposisi, akronimisasi, dan konversi)
Dalam proses afiksasi sebuah afiks diimbuhkan pada bentuk dasar sehingga hasilnya menjadi sebuah kata. Umpamanya pada dasar baca diimbuhkan afiks me- sehingga menghasilkan kata membaca yaitu sebuah verba transitif aktif, pada dasar juang diimbuhkan afiks ber- sehingga menghasilkan verba intransitif berjuang. (Chaer 2008:27)
Alat pembentuk kedua adalah pengulangan bentuk dasar yang digunakan dalam proses reduplikasi ini lazim disebut dengan istilah kata ulang. Secara umum dikenal dengan 3 macam pengulangan yaitu pengulangan secara utuh , pengulangan dengan pengubahan bunyi vocal maupun konsonan, dan pengulangan sebagian. (Chaer 2008:28)
Alat pembentuk ketiga adalah penggabungan sebuah bentuk pada dasar yang ada dalam proses komposisi. Penggabungan ini juga menrupakan alat yang banyak digunakan dalam pembentukan kata karena banyaknya konsep yang belum ada wadahnya dalam bentuk sebuah kata. Misalnya bahasa indonesia hanya punya sebuah kata untuk berbagai macam warna merah. Oleh karena itulah dibentuk gabungan kata seperti merah jambu, merah darah, dan merah bata. ( Chaer 2008:28)
Alat pembentuk keempat adalah abreviasi khusus yang digunakan dalam proses akronomisasi. Disebut abreviasi khusus karena semua abreviasi menghasilkan akronim. Abreviasi dari bentuk Sekolah Menengah Atas menjadi SMA adalah bukan akronim tetapi hasil abreviasi dari Jakarta Bogor Ciawi menjadi Jagorawi adalah akronim (Chaer 2008:28)
Alat kelima dalam pembentukan kata adalah pengubahan status dalam proses yang disebut konversi. Misalnya, benruk gunting yang berstatus verba, seperti dalam kalimat “gunting dulu baik-baik nanti baru dilem” (Chaer 2008:28)

daftar pustaka
Chaer, Abdul. 2008. Morfologi Bahasa Indonesia. Jakarta : Rineka Cipta.


Tidak ada komentar:

Posting Komentar