Bentuk Linguistik, Hakikat Morfologi dan
Objek Kajian Morfologi
Bentuk
Linguistik secara hierarkis terdiri atas beberapa tataran kajian, susunan yang
bersifat hierarkis itu dapat diilustrasikan dalam skema berikut.
Berdasarkan skema di atas menunjukkan bahwa linguistik secara
umum berarti ilmu yang mempelajari bahasa, dengan beberapa subsistem yaitu tata
bahasa merupakan subsistem dalam linguistic yang terdiri atas dua kategori
subsistem yaitu subsistem morfologi dan sintaksis. Secara garis besar morfologi
menelaah seluk beluk kata, dengan objek kajian terbesarnya adalah kata,
sedangkan sintaksis mempelajari seluk beluk rangkaian kata, frase, klausa dan
kalimat, dengan objek telaah terbesarnya adalah kalimat. Selain itu, morfologi
juga berkaitan erat dengan fonologi, dimana diantara kedua subsistem tersebut
terdapat kajian ilmu yang mengkaji tentang perubahan fonem akibat adanya proses
morfologi (morfofonemik).
HAKIKAT MORFOLOGI
Secara
etimologi kata morfologi berasal dari kata morf yang berarti bentuk dan
kata logi yang berarti ilmu. Jadi, secara harfiah kata morfologi berarti
ilmu mengenai bentuk. Di dalam kajian linguistik, morfologi berarti cabang ilmu
bahasa yang seluk-beluk bentuk kata dan perubahannya serta dampak dari
perubahan itu terhadap arti (makna) dan kelas kata.
Menurut
Ramlan pengertian morfologi adalah bagian dari ilmu bahasa yang mempelajari
seluk beluk bentuk kata serta perubahan bentuk kata serta perubahan bentuk kata
terhadap arti dan golongan kata.
Menurut
Verhaar (1996:97) morfologi merupakan cabang linguistic yang mengidentifikasi satuan
– satuan dasar bahasa sebagai satuan gramatikal.
Menurut
Samsuri (1988:15) morfologi merupakan cabang linguistic yang mempelajari
tentang struktur dan bentuk - bentuk
kata.
Menurut
Bauer (1993:2) morfologi merupakan ilmu yang membahas struktur internal bentuk
kata.
Berdasarkan
pengertian di atas dapat dikatakan bahwa morfologi merupakan ilmu bahasa yang
mempelajari struktur kata.
Objek Kajian morfologi
Objek
kajian morfologi terdiri atas morfem, kata, bentuk dasar, alat dalam proses
(afiks, duplikasi, akronimisassi, dan konvensi) serta makna gramatikal. Kita
sudah tahu, bahwa morfem merupakan satuan yang paling kecil yang dapat
dipelajari oleh morfologi. Namun, apa yang dimaksud dengan morfem belum dijelaskan.
Inilah pengertiannya.
1)
Morfem ialah satuan gramatik yang paling kecil yang tidak mempunyai satuan lain
selain unsurnya (Ramlan, 1983 : 26).
2)
Morfem ialah satuan bentuk terkecil yang mempunyai arti (Alwasilah, 1983 : 10).
3)
Morfem ialah kesatuan gramatik yang terkecil yang mengandung arti, yang tidak mempunyai
kesamaan baik dalam bentuk maupun dalam arti dengan bentuk-bentuk yang lain (Sitindoan,
1984 : 64).
4)
Morfem yaitu semua bentuk baik bebas maupun terikat yang tidak dapat dibagi ke
dalam bentuk terkecil yang mengandung arti (Bloch dan Trager dalam
Prawirasumantri, 1985 : 127).
5)
Morfem adalah komposit bentuk pengertian yang terkecil yang sama atau mirip
yang berulang (Samsuri, 1982 : 170). Yang dimaksud berulang disini yaitu
kehadirannya berkalikali dalam tuturan.
6)
Bloomfield (1933 : 161) mendefinisikan morfwem sebagai ― a linguistic from wich
bears no partial phonetic-semantic resemblance to any other form, is a simple
form or morpheme. (Maksud pernyataan itu, ―satu bentuk lingual yang sebagiannya
tidak mirip dengan bentuk lain mana pun secara bunyi maupun arti adalah bentuk
tunggal atau morfem).
7)
Morphemes are the smallest individually meaningfull element is the utterances
of a language (Hockett, 1958 : 123). Maksudnya, morfem adalah unsur-unsur yang
masingmasing mempunyai makna dalam tutur sebuah bahasa.
Dari
ketujuh definisi yang telah dikutip di atas, tergambar adanya persamaan konsep.
Pada
dasarnya,
morfem merupakan satuan gramatik terkecil baik bebas maupun ikat yang memiliki arti,
baik secara leksikal maupun gramatikal.
Kata merupakan satuan gramatikal
Komponen
pembentuk kata
1. Dasar
(leksikal) :
Bentuk dasar ialah bentuk yang kepadanya dilakukan proses
morfologi itu. Bentuk dasar itu dapat berupa akar seperti baca, pahat, dan
juang.(Chaer 2008:26) jadi dasar itu bentuk terkecil yang tidak bisa dipilah
kembali.
2. Alat
Pembentuk ( afiks, duplikasi, komposisi, akronimisasi, dan konversi)
Dalam proses afiksasi sebuah afiks diimbuhkan pada bentuk
dasar sehingga hasilnya menjadi sebuah kata. Umpamanya pada dasar baca
diimbuhkan afiks me- sehingga menghasilkan kata membaca yaitu sebuah verba
transitif aktif, pada dasar juang diimbuhkan afiks ber- sehingga menghasilkan
verba intransitif berjuang. (Chaer 2008:27)
Alat pembentuk kedua adalah pengulangan bentuk dasar yang
digunakan dalam proses reduplikasi ini lazim disebut dengan istilah kata ulang.
Secara umum dikenal dengan 3 macam pengulangan yaitu pengulangan secara utuh ,
pengulangan dengan pengubahan bunyi vocal maupun konsonan, dan pengulangan
sebagian. (Chaer 2008:28)
Alat pembentuk ketiga adalah penggabungan sebuah bentuk pada
dasar yang ada dalam proses komposisi. Penggabungan ini juga menrupakan alat
yang banyak digunakan dalam pembentukan kata karena banyaknya konsep yang belum
ada wadahnya dalam bentuk sebuah kata. Misalnya bahasa indonesia hanya punya
sebuah kata untuk berbagai macam warna merah. Oleh karena itulah dibentuk
gabungan kata seperti merah jambu, merah darah, dan merah bata. ( Chaer
2008:28)
Alat pembentuk keempat adalah abreviasi khusus yang digunakan
dalam proses akronomisasi. Disebut abreviasi khusus karena semua abreviasi
menghasilkan akronim. Abreviasi dari bentuk Sekolah Menengah Atas menjadi SMA
adalah bukan akronim tetapi hasil abreviasi dari Jakarta Bogor Ciawi menjadi
Jagorawi adalah akronim (Chaer 2008:28)
Alat kelima dalam pembentukan kata adalah pengubahan status
dalam proses yang disebut konversi. Misalnya, benruk gunting yang berstatus
verba, seperti dalam kalimat “gunting dulu baik-baik nanti baru dilem” (Chaer
2008:28)
daftar
pustaka
Chaer,
Abdul. 2008. Morfologi Bahasa Indonesia. Jakarta : Rineka Cipta.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar