Afiksasi sering pula
disinonimkan dengan proses pembubuhan afiks. Seperti telah dijelaskan, afiksasi
merupakan salah satu proses morfologis. Afiksasi dalam bahasa Indonesia sangat
memegang peranan penting. Hal itu didasarkan pada suatu kenyataan, bahwa bahasa
Indonesia termasuk rumpun bahasa aglutinatif.
Afiksasi yaitu penggabungan
akar (istilah lain untuk morfem bebas) atau pokok kata dengan afiks (Samsuri,
1982:190). Namun Ramlan (1983:47) lebih lanjut menyebut afiksasi itu sebagai
pembubuhan afiks pada suatu satuan (bentuk), baik tunggal maupun kompleks untuk
membentuk kata. Hasil afiksasi disebut kata berafiks atau kata berimbuhan.
Lubis (1954:39) dan Anshar (1969:9) menyebutkan dengan istilah kata
bersambungan.
Dari dua pernyataan di atas,
kita dapat mengambil satu perbedaan pengertian yang dilontarkan oleh Samsuri
dan Ramlan. Perbedaan bukan terletak pada peristiwa afiksasinya, tetapi
terletak pada bentuk dasarnya. Samsuri menyebutkan bahwa bentuk dasar yang
dilekati afiks berupa akar (bentuk tunggal bebas atau morfem bebas) dan pokok
kata, sedangkan Ramlan, menyebutnya bentuk tunggal maupun kompleks. Dalam hal
ini, penulis sependapat dengan Ramlan, bahwa pada dasarnya afiksasi dalam
bahasa Indonesia.tidk ahanya dibentuk dari bentuk dasar yang bermorfem tunggal,
tetapi bisa pula bentuk kompleks. Agar lebih jelas perhatikanlah korpus
berikut.
A. AFIKSASI PEMBENTUKAN VERBA
Verba berprefiks ber-
Bentuk dasar dalam pembentukan
verba
- Morfem dasar terikat: termpur →
bertempur; berkelahi→kelahi.
- Morfem dasar bebas: ladang→berladang;
kerja→bekerja.
- Bentuk turunan berafiks:
pakaian→berpakaian; kebangsaan→berkebangsaan.
- Bentuk turunan reduplikasi:
lari-lari→berlari-lari; keluh-kesah→berkeluh-kesah.
- Bentuk turunan hasil komposisi: jual
beli→berjual beli; terima kasih→berterima kasih.
Makna gramatikal verba berprefiks
ber- :
- Mempunyai (dasar) = Apabila bentuk
dasarnya berkomponen makna (+benda), (+umum),(+milik),(+bagian). Contoh:
berayah’mempunyai ayah’, berjendela’ada jendelanya’.
- Memakai = Apabila bentuk dasarnya
berkomponen makna (+pakaian) atau (+perhiasan). Contoh: berkebaya ‘memakai
kebaya’, berkalung ‘memakai kalung’.
- Mengendarai = Apabila bentuk dasarnya
berkomponen (+kendaraan). Contoh: bersepeda ‘mengendarai sepeda’, berbemo
‘naik bemo’, berkereta ‘menumpang kereta’.
- Berisi = Apabila bentuk dasarnya
berkomponen makna (+benda), (+dalaman), (+kandungan). Contoh: beracun
‘mengandung racun’, berair ‘berisi air’.
- Mengeluarkan = Apabila bentuk dasarnya
berkomponen makna (+benda), (+hasil), (+keluar). Contoh: bertelur
‘mengeluarkan telur’, berdarah ‘mengeluarkan darah’.
- Mengusahakan = Apabila bentuk dasarnya
berkomponen makna (+bidang usaha). Contoh: berladang ‘mengusahakan
ladang’, bersawah ‘mengerjakan sawah’.
- Melakukan kegiatan = Apabila bentuk
dasarnya berkomponen makna (+benda), (+kegiatan). Contoh: bersenam
‘melakukan senam’, berdiskusi ‘melakukan diskusi’.
- Mengalami = Apabila bentuk dasarnya
berkomponen makna (+perasaan batin). Contoh: bergembira’dalam keadaan
gembira’, bersedih ‘dalam keadaan sedih’.
- Menyebut’ atau ‘menyapa = Apabila bentuk
dasarnya berkomponen makna (+kerabat), (+sapaan). Contoh: berabang
‘memanggil abang’, berkakak ‘menyebut kakak’.
- Kumpulan’ atau ‘kelompok’ = Apabila
bentuk dasarnya berkomponen (+jumlah), (+hitungan). Contoh: berdua
‘kumpulan dari dua (orang).
- Memberi = Apabila bentuk dasarnya
berkomponen makna (+benda) dan (+berian). Contoh: bersedekah ‘memberi
sedekah’.
Ada kata berprefiks ber- yang
tidak bermakna gramatikal namun idiomatikal:Berpulang ‘meninggal’,
bersalin’melahirkan, bertekuk lutut ‘menyerah’, bertolak ‘melakukan
perjalanan’.
Verba berkonfiks dan berklofiks
ber-an
- Konfiks → prefiks ber- dan sufiks –an
diimbuhkan secara bersamaan sekaligus pada sebuah bentuk dasar. Contoh:
bermunculan.
- Klofiks → prefiks ber- dan sufiks –an
tidak diimbuhkan secara bersamaan pada sebuah dasar. Contoh: berpakaian.
Verba berklofiks ber-kan
Mula-mula pada bentuk dasar
diimbuhkan prefiks ber-, lalu diimbuhkan pula sufiks –kan.
Misal: Ber senjata kan
Beberapa verba berklofiks
ber-kan:
Bermodalkan, beratapkan, beristrikan, berlaintaikan,
berisikan
Verba bersufiks –kan
1.
Kalimat imperatif: lemparkan bola itu, tuliskan
2.
Kalimat pasif yang predikatnya berpola:
(aspek)+pelaku+verba. Contoh: rumah itu baru kami dirikan.
3.
Keterangan tambahan pada subjek atau objek yang
berpola: yang + (aspek) + pelaku + verba. Contoh: kami melawati daerah yang
sudah mereka amankan.
Verba bersufiks –kan memiliki
makna gramatikal:
1.
‘jadikan’ → (+keadaan), (+sifat khas). Contoh:
Tenangkan ‘jadikan tenang’.
2.
‘jadikan berada di’ → (+tempat), (+arah).
Contoh: tempatkan ‘jadikan berada di tempat’.
3.
‘lakukan untuk orang lain’ → (+tindakan),
(+sasaran). Contoh: bacakan ‘lakukan baca untuk orang lain’.
4.
‘lakukan akan’ → (+tindakan), (+sasaran).
Contoh: hindarkan ‘lakukan hindar akan’.
5.
‘bawa masuk ke’ → (+ruang). Contoh: gudangkan
‘bawa masuk ke gudang’.
Verba bersufiks –i
Verba bersufiks –i memiliki makna
gramatikal =
1.
‘berulang kali’ → (+tindakan), (+sasaran).
Contoh: pukuli ‘pekerjaan pukul dilakukan berulang kali’.
2.
‘tempat’ → (+tempat). Contoh: duduki ‘duduk di
….’.
3.
‘merasa sesuatu pada’ → (+emosi). Contoh: kasihi
‘merasa kasih pada’.
4.
‘memberi’ → (+bahan berian). Contoh: garami
‘beri garam pada’.
5.
‘jadikan’ → (+keadaan). Contoh: lengkapi
‘jadikan lengkap’.
6.
‘lakukan pada’ → (+tempat). Contoh: diami
‘lakukan diam pada’
Verba berprefiks per-
1.
Kalimat imperatif: Persingkat bicaramu!
2.
Kalimat pasif berpola: (aspek)+pelaku+verba →
penjagaan akan kami perketat nanti malam.
3.
Keterangan tambahan pada subjek atau objek yang
berpola: yang+aspek+pelaku+verba. Misalnya: mobil yang belum lama kami perbaiki
mogok lagi
Verba berkonfiks per-kan
1.
Kalimat imperatif : persiapkan dulu
bahan-bahannya!
2.
Kalimat pasif berpola: (aspek)+pelaku+verba →
usulmu itu sedang kami pertimbangkan.
3.
Keterangan tambahan pada subjek atau objek yang
berpola: yang+aspek+pelaku. Misalnya: Tarian yang sudah mereka pertunjukkan
akan diulang lagi.
Verba berkonfiks per-kan memiliki
makna gramatikal :
1.
Jadikan bahan per-an.
Contoh :
perdebatan, “artinya jadikan bahan perdebatan.”
2.
Lakukan supaya (dasar).
Contoh :
persamakan, “ artinya lakukan supaya sama”
3.
Jadikan me-.
Contoh :
perdengarkan. “ artinya jadikan (orang lain mendengar)
4.
Jadikan ber-.
Contoh :
pertemnukan. “ artinya jadikan bertemu”
Verba berkonfiks per-i
- Kalimat imperatif : Perbaiki dulu
sepeda ini!
- Kalimat pasif yang predikatnya berpola:
(aspek)+pelaku+verba → mobil itu baru kita perbaiki.
- Keterangan tambahan pada subjek atau
objek yang berpola: yang+aspek+pelaku+verba.
- Verba berprefiks me-
- Me- → /r,l,w,y,m,n,ny,ng/ → merawat,
menaiki, menyala
- Mem- → /b,p,f,v/ → meembina,
memfrasekan,memvitamnkan.
- Khusus morfem p → memprotes menjadi
memrotes.
- Men- → /d, t/ → menduda. Khusus morfem
/t/ → mentua menjadi menua.
- Meny- → /c, s/ → mencuci, mencari.
Khusu /s/ → mensikat menjadi menyikat.
- Meng- → /k,g,h,a,kh,z,u,e,o/ →
menggali, menkristal, menghubungi.
Verba berprefiks di-
Verba
berprefiks di- inflektif adalah verba pasif. Makna gramatikalnya adalah
kebalikan dari bentuk aktif verba berprefiks me- infelktif.
1.
Verba berprefiks di- inflektif adalah verba
pasif
2.
Verba berprefiks di- defiratif. Contoh kata :
dimaksud
Verba berprefiks ter-
1.
Verba berprefiks ter- inflektif
Terangkat →
dapat diangkat
Terbaca →
dapat dibaca
2.
Verba berprefiks ter- derivatif
Terbaik →
paling baik
Teringat →
tiba-tiba ingat.
Verba berprefiks ke-
1.
Kebaca = terbaca
2.
Ketipu = tertipu
3.
Ketangkap = tertagkap
Verba berprefiks ke-an
1.
Kebanjiran, artinya ‘terkena banjir’
2.
Kebakaran, atrinya ‘menderita bakar’
3.
Kehjauan, arinya ‘agak hijau’
B. AFIKSASI PEMBENTUKAN NOMINA
Menurut,
Chaer, 2008. Afiksasi pembentukan nomina adalah sebagai berikut:
Nomina berprefiks ke-
Nomina
berprefiks ke- sejauh data yang ada hanyalah ada tiga buah kata yaitu ketua,
kekasih, dan kehendak dengan makna gramatikal ‘yang ditua’, ‘yang dikasihi’,
dan ‘yang dikehendaki’. Contoh lain tidak ada
Nomina berkonfiks ke-an
1.
Dibentuk langsung dari bentuk dasar.
Contoh: hutan
+ ke-an → kehutanan, ‘hal hutan’.
2.
Dibentuk dari akar, tetapi melalui verba yang
menjadi predikat dalam satu klausa.
Contoh:
keberanian (diturunkan dari verba berani, dari klausa ‘mereka sungguh berani’).
Nomina berprefiks pe-
Nomina
berprefiks pe- yang mengikuti kaidah persengauan.
Prefiks pe- yang mengikuti kaidah
persengauan dapat berbentuk:
1.
Alomorf pe- → /r,l,w,y,m,n,ny,ng/.
Contoh:
perawat, pemarah, pengamen.
2.
Alomorf pem- → /b,p,f,v/ (/b,f,v/ tetap
berwujud, /p/ dinasalkan).
Contoh: pembina,
pemfitnah, pemveto, pemotong.
3.
Alomorf pen- → /d,t/ (/d/ tetap berwujud, /t/
dinasalkan).
Contoh:
pendengar, penulis.
4.
Alomorf peny- → /s,c,j/.
Contoh:
peny+sikat→penyikat, peny+curi→pencuri, peny+jual→penjual.
5.
Alomorf peng- → /k,g,h,kh,a,i,u,e,o/ (/k/ disenyawakan
dengan bunyi nasal /ng/).
Contoh:
peng+kirim→pengirim, peng+gugat→penggugat, peng+iris→pengiris.
6.
Alomorf penge- → digunakan untuk verba ekasuku.
Contoh:
penge+bom→pengebom, penge+tik→pengetik.
Nomina berprefiks pe- yang tidak
mengikuti kaidah persengauan.
Nomina
berprefiks pe- yang tidak mengikuti kaidah persengauan berkaitan dengan verba
berprefiks ber- atau verba berklofiks memper-kan yang dibentuk dari dasar itu.
Makna gramatikal yang dimiliki adalah ‘yang ber- (dasar)’. Contoh:Peladang (dari
dasar ladang melalui verba berladang).Pedagang (dari dasar dagang melalui verba
berdagang).
Nomina berprefiks pe- melalui
proses analogi.
Contoh :
penatar. “yang menatar” dan petatar “yang ditatar”
Nomina berkonfiks pe-an
Konfiks pe-an
dalam pembentukan nomina mempunyai enam buah bentuk atau alomorf, yaitu:
- Alomorf pe-an → /r,l,w,y,m,n,ny,ng/.
Contoh:
perawatan, pemantapan, penantian.
- Alomorf pem-an → /b,p,f,v/ (/b,f,v/
tetap berwujud, /p/ disengaukan).
Contoh:
bembinaan, pemfitnahan, pem+potong+an→pemotongan.
- Alomorf pen-an → /d,t/ (/d/ tetap
berwujud, /t/ disengaukan).
Contoh:
pedengaran, pen+tertib+an → penertiban.
- Alomorf peny-an → /s,c,j/.
Contoh:
peny+curi+an → pencurian.
- Alomorf peng-an → /k,g,h,kh,a,i,u,e,o/
(/k/ disengaukan).
Contoh:
penggalian, pengkhianatan, peng+kirim+an→pemgiriman.
- Alomorf penge-an → digunakan apabila
bentuk dasarnya berupa ekasuku.
Contoh:
pengeboran, pengetikan.
Nomina berkonfiks per-an
Diturunkan
dari dasar melalui verba berprefiks ber-.
1.
Alomorf per-an → perdagangan, perselingkuhan,
pergaulan.
2.
Alomorf pe-an → pekerjaan, peternakan.
3.
Alomorf pel-an → pelajaran.
Dibentuk langsung dari dasar
nomina.
Perkaretan, perburuhan, perkantoran
Nomina bersufiks –an
Dibentuk dari dasar melalui verba
berprefiks me-inflektif.
Tulisan, dalam arti ‘hasil menulis (diturunkan melalui verba menulis, di
mana hubungan verba menulis dengan objeknya, misalnya, surat, mempunyai
hubungan hasil)’.
Dibentuk dari dasar melalui verba
berprefiks ber-.
Tepian ‘tempat ber(tepi)’,
kubangan ‘tempat ber(kubang).
Dasar langsung diberi sufiks –an.
Bulanan, ubanan, murahan
Nomina Bersufiks –nya
1.
Nomina bersufiks –nya memiliki makna gramatikal
‘hal’ → (+keadaan).
Contoh:
naiknya harga BBM; luasnya daerah bencana.
2.
Nomina bersufiks –nya memiliki makna gramatikal
‘penegasan’ → (+bendaan), (+tindakan).
Contoh: mau
makan, nasinya habis; datangnya Budi disambut hangat oleh Rudi.
Nomina berprefiks ter-
Nomina
berprefiks ter- dengan makna gramatikal ‘yang di- (dasar)’ hanya terdapat
sebagai istilah dalam bidang hukum.
Contoh: tersangka, terperiksa,
terdakwa, tergugat, tertuduh, terhukum, terpidana.
Nomina berinfiks –el, -em, -er-
Sejauh ini
nomina berinfiks yang ada adalah:
1. Telapak – tapak
2. Telunjuk – tunjuk
3. Gemetar – getar
4. Seruling – suling
5. Gerigi – gigi
Nomina bersufiks asing
Dalam
perkembangannya bahasa Indonesia banyak menyerap kosakata asing. Kosakata itu
diserap sekaligus dengan “sufiks” yang menjadi penenda kategori kata serapan
itu. “sufiks” penanda kelas atau kategori nomina, antara lain adalah:
1.
in pada kata : hadirin, muslimin, mukimin
(laki-laki yang (dasar).
2.
at pada kata : hadirat, musihat, mukminat
(perempuan yang (dasar).
3.
–ah pada kata : gairah, hafizah (perempuan yang
(dasar).
4.
si pada kata : kritisi, politisi, redaksi (yang
bergerak dalam bidang yang (dasar).
5.
–ika pada kata : fisika, mekanika, fonetika
(ilmu tentang (dasar).
6.
–ir pada kata : importir, donasir (pelaku
kegiatan (dasar).
7.
–ur pada kata : direktur, inspektur (laki-laki
yang menjadi (dasar).
8.
–us pada kata : politikus, kritikus (orang yang
melakukan (dasar).
9.
–isme pda kata : kapitalisme, sukuisme (paham
mengenai (dasar).
10.
–sasi pada kata: oragisasi, spesialisasi (proses
pe-an (dasar).
11.
–or pada kata : aktor, konduktor (yang
melakukan/menjadi (dasar).
Sufiks asing
tidak produktif dalam pembentukan nomina bahasa Indonesia, kata-kata ‘asli’
bahasa Indonesia yang telah diberi sufiks asing itu yang ada hanyalah kata-kata
sukuisme, daerahisme, tendanisasi, neonisasi, lelenasi.
C. AFIKSASI PEMBENTUKAN AJEKTIVA
Menurut Chaer,
2008. Kosakata bahasa Indonesia yang berkategori atau berkelas ajektiva pada
umumnya berupa akar, jadi tidak ada yang perlu dibentuk terlebih dahulu dengan
proses pemberian afiks. Dalam buku
tata bahasa Kridaklaksana (1989) dan buku Alwi (1998) ada sejumlah kata
berafiks yang bentuk dasarnya berkategori ajektiva dan nomina tetapi
berkomponen makna (+sifat) atau (+keadaan) digolongkan juga sebagai kata
berkelas ajektiva (Chaer, 2008). Menurut
Chaer (168:2008) ciri gramatikal kosakata bahasa Indonesia ‘asli’ yang
berkategori ajektiva memang tidak tampak. Hal ini berbeda dengan kosakata yang
berasal dari unsur serapan bahasa Arab, bahasa Inggris, dan bahasa Belanda.
Kita hanya mengenal kosakata berkategori ajektiva yang berasal ‘asli’ bahasa
Indonesia dari segi semantik dan fungsi.
Dasar Ajektiva Berafiks Asli
Indonesia
- Dasar ajektiva berprefiks pe-
Ada dua macam proses pembubuhan
prefiks pe- pada adasar ajektiva, yaitu pertama yang diimbuhkan secara langsung
dan kedua yang diimbuhkan melalui verba berafiks me-kan. Bagannya:
(Dasar) + pe- → pe-dasar
(Dasar) → me-dasar-kan + pe →
pe-dasar
Pemberian afiks pe- secara
langsung dapat terjadi kalau dasar ajektiva itu memiliki komponen makna (+sikap
batin) dan memberi makna gramatikal ‘yang memiliki sifat (dasar)’. Misalnya:
Pemalu – Pendendam
Pemarah – Pembenci
Penakut – Peragu
Pemberian prefiks pe- melalui
verba konfiks me-kan dapat terjadi apabila dasar ajektiva itu memiliki komponen
makna (+keadaan fisik) dan memberi makna gramatikal ‘yang menjadikan (dasar)’.
Misalnya:
Pembersih – Pendingin
Pemutih – Pencemar
Pemanas – Pelicin
- Dasar ajektiva berprefiks se-
Pemberian prefiks se- pada semua
dasar ajektiva memberi makan gramatikal ‘sama (dasar) dengan nomina yang
mengikutinya’. Misalnya:
Sepintar A, ‘sama pintar dengan
A’.
Secantik B, ‘sama cantik dengan
B’.
Semerah C, ‘sama merah dengan C’.
Dasar ajektiva dengan prefiks se-
bukanlah berkategori ajektiva sebab tidak dapat diawali adverbia agak atau
sangat. Bentuk agak sepintar dan sangat sepintar tidak berterima. Kata-kata yang
dibentuk dari dasar ajektiva dengan prefiks se- sesungguhnya berkategori verba.
Prefiks se- pada dasar ajektiva bertugas membentuk tingkat perbandingan ‘sama’
atau sederajat dalam satu sistem penderajatan. Perhatikan:
Setinggi → sama tinggi → tingkat sama
(tinggian) → lebih tinggi → tingkat lebih
(tertinggi) → paling tinggi → tingkat paling (superlatif)
- Dasar ajektiva bersufiks –an
Pemberian
sufiks –an pada semua dasar ajektiva memberi makna gramatikal ‘lebih (dasar)’
pada semua nomina yang mengikutinya. Misalnya:
Pintaran a, ‘lebih pintar a’.
Murahan d, ‘lebih murah d’.
Nakalan w, ‘lebih nakal w’.
Dasar ajektiva dengan sufiks –an
bukanlah berkategori ajektiva, melainkan berketegori verba, sebab tidak dapat
diawali adverbia agak atau sangat.
(setinggi) → sama tinggi →
tingkat sama
Tinggian → lebih tinggi →
tingkat lebih
(tertinggi) → paling tinggi →
tingkat paling (superlatif)
- Dasar ajektiva berprefiks ter-
Pengimbuhan
prefiks ter- pada semua dasar ajektiva memberi makna gramatikal ‘paling
(dasar)’. Misalnya:
Tercantik, ‘paling cantik’.
Tertinggi, ‘paling tinggi’.
Termahal, ‘paling mahal’.
Kata-kata yang bentuk dasarnya
ajektiva dengan prefiks ter- tidaklah termasuk berkategori ajektiva, melainkan
berkategori verba, sebab tidak didahului adverbia agak dan sangat. Bentuk
seperti agak termahal dan sangat termahal tidak berterima.
(setinggi) → sama tinggi →
tingkat sama
(tinggian) → lebih tinggi →
tingkat lebih
Tertinggi → paling tinggi →
tingkat paling(superlatif)
- Dasar ajektiva berkonfiks ke-an
Pembentukan
konfiks ke-an pada dasar ajektiva akan memberi makna gramatikal ‘agak (dasar’
bila ajektiva itu memiliki komponen makna (+warna). Misalnya:
Kehitaman, ‘agak hitam’.
Kehijauan, ‘agak hijau’.
Kekuningan, ‘agak kuning’.
Makna gramatikal ‘agak (dasar)’
ini sering lebih dipertegas dengan pengulangan, sehingga menjadi:
Kehitam-hitaman, kehijau-hijauan, kekuning-kuningan
Ada sejumlah makna gramatikal
yang dimiliki dasar ajektiva bila diberi konfiks ke-an. Di antaranya adalah:
- Bermakna Gramatikal Komponen Misalnya
‘terlalu
(dasar)’ (+ warna), (+rasa),
(+ukuran) · Kehitaman, ‘terlalu
hitam’.·
Kekecilan, ‘terlalu kecil’. Keasinan, ‘terlalu asin’.
- ‘hal (dasar)’ (+sikap batin) · Ketakutan, ‘hal takut’.
Kesedihan,
‘hal sedih’.Kekecewaan, ‘hal kecewa’. ‘mengalami (dasar)’ (+rasa fisik) · Kedinginan, ‘mengalami dingin’.
Kesepian, ‘mengalami sepi’.
- Dasar ajektiva berklofiks me-kan
Dasar ajektiva berklofiks me-kan
memiliki makna gramatikal ‘menyebabkan jadi (dasar)’ apabila bentuk dasarnya
memiliki komponen makna (+sikap batin). Misalnya:
Memalukan, ‘menyebabkan malu’.
Memilukan, ‘menyebabkan pilu’.
Menakutkan, ‘menyebabkan takut’.
Dasar ajektiva dengan klofiks
me-kan sesungguhnya berkategori ganda, yaitu ajektiva dan verba. Sebagai
kategori adverbia, dia dapat didahului oleh adverbia agak dan sangat. Misal:
Agak memalukan orang banyak.
Sangat memalukan orang banyak.
Agak menghawatirkan kami.
Sangat menghawatirkan kami.
- Dasar ajektiva berklofiks me-i
Dasar ajektiva berklofiks me-i
memiliki makna gramatikal ‘merasa (dasar) pada’ apabila bentuk dasarnya
memiliki komponen makna (+rasa batin). Misanya:
Mencintai, ‘merasa cinta pada’.
Mengagumi, ‘merasa kagum pada’.
Mengasihi, ‘merasa kasih pada’.
Dasar ajektiva dengan klofiks
me-i ini sesungguhnya berketegori ganda, yaitu ajektiva dan verba. Sebagai
kategori ajektiva dia dapat didahului oleh edverbia agak dan sangat; dan
sebagai verba dapat diikuti oleh sebuah objek. Misalnya:
Agak mencintai gadis itu.
Sangat mencintai gadis itu.
Agak mengagumi permainannya.
Sangat mengagumi permainannya.
- Dasar lain berkomponen makna (+keadaan)
Pada bagian pengantar bab ini
sudah dikemukakan bahwa kosakata berkategori ajektiva dalam bahasa Indonesia
sudah merupakan ‘barang jadi’. Namun ‘barang jadi’ ini ada yang seratus persen
berkategori ajektiva, dan ada yang tidak.
Bisa didahului negasi bukan dan
tidak, misalnya: Bukan rugi, tidak untuk dan tidak rugi= sama-sama berterima.
Pembentukan Ajektiva dengan
“afiks” Serapan
Menurut buku
Pedoman Ejaan Bahasa Indonesia Yang Disempurnakan (EYD) dan buku Pedoman
Pembentukan Istilah (PPI, penyerapan kata dari bahasa asing dilakukan secara
utuh, bukan terpisah antara dasar dengan afiksnya. Jadi, di samping kita
menyerap kata standard menjadi standar (huruf d-nya dibuang), kita juga
menyerap kata standarditition menjadi standarisasi (-ditition disesuaikan
menjadi –disasi). Begitupun di samping kita menyerap kata object menjadi objek,
kita juga menyerap kata objective menjadi objektif.
Kata serapan dari bahasa Inggris
dan Belanda yang berkategori ajektif dapat kita kenali dari ‘akhiran’ seperti:
–if, misal : aktif, pasif,
edukatif, administratif.
-ik, misal : heroik, akademik,
mekanik, kritik.
-is, misal : teknis, kronologis,
kritis, egois.
-istis, misal : egoistis,
optimistis, pluralistis.
-al, misal : gramatikal, komunal,
material, individual.
-il, misal : prinsipil, idiil,
komersil.
Kata serapan dari bahasa Arab
yang berkategori ajektiva dapat kita kenali dari “akhiran:, antara lain:
-i, misal : rohani, jasmani,
abadi, madani.
-iah, misal : alamiah, jasmaniah,
rohaniah.
-wi, misal : duniawi, ukhrawi,
surgawi, manusiawi.
-in, misal : muslimin, mukminin,
hadiri, muhajirin.
-at, misal : hadirat, mukminat,
muslimat.
Tampaknya
“akhiran” unsur serapan, baik Inggris/Belanda maupun Arab tidak produktif untuk
pembentukan kata dalam bahasa Indonesia, bukan hanya untuk pembentukan verba,
tetapi juga untuk pembentukan kategori lain. Sejauh ini kata-kata (dari dasar
asli Indonesia) yang telah dibentuk dengan akhiran serapan itu hanyalah pancasilais,
surgawi, manusiawi, kimiawi, sukuisme, daerahisme, tendanidasasi, lelenisasi.
Daftar Pustaka
Chaer, Abdul. 2008. Morfologi Bahasa Indonesia(Pendekatan Proses). Banten:
Rineka Cipta
Tidak ada komentar:
Posting Komentar