Kamis, 31 Januari 2019

AFIKSASI



Afiksasi sering pula disinonimkan dengan proses pembubuhan afiks. Seperti telah dijelaskan, afiksasi merupakan salah satu proses morfologis. Afiksasi dalam bahasa Indonesia sangat memegang peranan penting. Hal itu didasarkan pada suatu kenyataan, bahwa bahasa Indonesia termasuk rumpun bahasa aglutinatif.
Afiksasi yaitu penggabungan akar (istilah lain untuk morfem bebas) atau pokok kata dengan afiks (Samsuri, 1982:190). Namun Ramlan (1983:47) lebih lanjut menyebut afiksasi itu sebagai pembubuhan afiks pada suatu satuan (bentuk), baik tunggal maupun kompleks untuk membentuk kata. Hasil afiksasi disebut kata berafiks atau kata berimbuhan. Lubis (1954:39) dan Anshar (1969:9) menyebutkan dengan istilah kata bersambungan.
Dari dua pernyataan di atas, kita dapat mengambil satu perbedaan pengertian yang dilontarkan oleh Samsuri dan Ramlan. Perbedaan bukan terletak pada peristiwa afiksasinya, tetapi terletak pada bentuk dasarnya. Samsuri menyebutkan bahwa bentuk dasar yang dilekati afiks berupa akar (bentuk tunggal bebas atau morfem bebas) dan pokok kata, sedangkan Ramlan, menyebutnya bentuk tunggal maupun kompleks. Dalam hal ini, penulis sependapat dengan Ramlan, bahwa pada dasarnya afiksasi dalam bahasa Indonesia.tidk ahanya dibentuk dari bentuk dasar yang bermorfem tunggal, tetapi bisa pula bentuk kompleks. Agar lebih jelas perhatikanlah korpus berikut.

A.    AFIKSASI PEMBENTUKAN VERBA
Verba berprefiks ber-
Bentuk dasar dalam pembentukan verba
  1. Morfem dasar terikat: termpur → bertempur; berkelahi→kelahi.
  2. Morfem dasar bebas: ladang→berladang; kerja→bekerja.
  3. Bentuk turunan berafiks: pakaian→berpakaian; kebangsaan→berkebangsaan.
  4. Bentuk turunan reduplikasi: lari-lari→berlari-lari; keluh-kesah→berkeluh-kesah.
  5. Bentuk turunan hasil komposisi: jual beli→berjual beli; terima kasih→berterima kasih.
Makna gramatikal verba berprefiks ber- :
  1. Mempunyai (dasar) = Apabila bentuk dasarnya berkomponen makna (+benda), (+umum),(+milik),(+bagian). Contoh: berayah’mempunyai ayah’, berjendela’ada jendelanya’.
  2. Memakai = Apabila bentuk dasarnya berkomponen makna (+pakaian) atau (+perhiasan). Contoh: berkebaya ‘memakai kebaya’, berkalung ‘memakai kalung’.
  3. Mengendarai = Apabila bentuk dasarnya berkomponen (+kendaraan). Contoh: bersepeda ‘mengendarai sepeda’, berbemo ‘naik bemo’, berkereta ‘menumpang kereta’.
  4. Berisi = Apabila bentuk dasarnya berkomponen makna (+benda), (+dalaman), (+kandungan). Contoh: beracun ‘mengandung racun’, berair ‘berisi air’.
  5. Mengeluarkan = Apabila bentuk dasarnya berkomponen makna (+benda), (+hasil), (+keluar). Contoh: bertelur ‘mengeluarkan telur’, berdarah ‘mengeluarkan darah’.
  6. Mengusahakan = Apabila bentuk dasarnya berkomponen makna (+bidang usaha). Contoh: berladang ‘mengusahakan ladang’, bersawah ‘mengerjakan sawah’.
  7. Melakukan kegiatan = Apabila bentuk dasarnya berkomponen makna (+benda), (+kegiatan). Contoh: bersenam ‘melakukan senam’, berdiskusi ‘melakukan diskusi’.
  8. Mengalami = Apabila bentuk dasarnya berkomponen makna (+perasaan batin). Contoh: bergembira’dalam keadaan gembira’, bersedih ‘dalam keadaan sedih’.
  9. Menyebut’ atau ‘menyapa = Apabila bentuk dasarnya berkomponen makna (+kerabat), (+sapaan). Contoh: berabang ‘memanggil abang’, berkakak ‘menyebut kakak’.
  10. Kumpulan’ atau ‘kelompok’ = Apabila bentuk dasarnya berkomponen (+jumlah), (+hitungan). Contoh: berdua ‘kumpulan dari dua (orang).
  11. Memberi = Apabila bentuk dasarnya berkomponen makna (+benda) dan (+berian). Contoh: bersedekah ‘memberi sedekah’.
Ada kata berprefiks ber- yang tidak bermakna gramatikal namun idiomatikal:Berpulang ‘meninggal’, bersalin’melahirkan, bertekuk lutut ‘menyerah’, bertolak ‘melakukan perjalanan’.
Verba berkonfiks dan berklofiks ber-an
  1. Konfiks → prefiks ber- dan sufiks –an diimbuhkan secara bersamaan sekaligus pada sebuah bentuk dasar. Contoh: bermunculan.
  2. Klofiks → prefiks ber- dan sufiks –an tidak diimbuhkan secara bersamaan pada sebuah dasar. Contoh: berpakaian.
Verba berklofiks ber-kan
Mula-mula pada bentuk dasar diimbuhkan prefiks ber-, lalu diimbuhkan pula sufiks –kan.
Misal:   Ber                  senjata             kan
Beberapa verba berklofiks ber-kan:
Bermodalkan, beratapkan, beristrikan, berlaintaikan, berisikan
Verba bersufiks –kan
1.                     Kalimat imperatif: lemparkan bola itu, tuliskan
2.                     Kalimat pasif yang predikatnya berpola: (aspek)+pelaku+verba. Contoh: rumah itu baru kami dirikan.
3.                     Keterangan tambahan pada subjek atau objek yang berpola: yang + (aspek) + pelaku + verba. Contoh: kami melawati daerah yang sudah mereka amankan.
Verba bersufiks –kan memiliki makna gramatikal:
1.                     ‘jadikan’ → (+keadaan), (+sifat khas). Contoh: Tenangkan ‘jadikan tenang’.
2.                     ‘jadikan berada di’ → (+tempat), (+arah). Contoh: tempatkan ‘jadikan berada di tempat’.
3.                     ‘lakukan untuk orang lain’ → (+tindakan), (+sasaran). Contoh: bacakan ‘lakukan baca untuk orang lain’.
4.                     ‘lakukan akan’ → (+tindakan), (+sasaran). Contoh: hindarkan ‘lakukan hindar akan’.
5.                     ‘bawa masuk ke’ → (+ruang). Contoh: gudangkan ‘bawa masuk ke gudang’.
Verba bersufiks –i
Verba bersufiks –i memiliki makna gramatikal =
1.                   ‘berulang kali’ → (+tindakan), (+sasaran). Contoh: pukuli ‘pekerjaan pukul dilakukan berulang kali’.
2.                   ‘tempat’ → (+tempat). Contoh: duduki ‘duduk di ….’.
3.                   ‘merasa sesuatu pada’ → (+emosi). Contoh: kasihi ‘merasa kasih pada’.
4.                   ‘memberi’ → (+bahan berian). Contoh: garami ‘beri garam pada’.
5.                   ‘jadikan’ → (+keadaan). Contoh: lengkapi ‘jadikan lengkap’.
6.                   ‘lakukan pada’ → (+tempat). Contoh: diami ‘lakukan diam pada’
Verba berprefiks per-
1.                   Kalimat imperatif: Persingkat bicaramu!
2.                   Kalimat pasif berpola: (aspek)+pelaku+verba → penjagaan akan kami perketat nanti malam.
3.                   Keterangan tambahan pada subjek atau objek yang berpola: yang+aspek+pelaku+verba. Misalnya: mobil yang belum lama kami perbaiki mogok lagi
Verba berkonfiks per-kan
1.                   Kalimat imperatif : persiapkan dulu bahan-bahannya!
2.                   Kalimat pasif berpola: (aspek)+pelaku+verba → usulmu itu sedang kami pertimbangkan.
3.                   Keterangan tambahan pada subjek atau objek yang berpola: yang+aspek+pelaku. Misalnya: Tarian yang sudah mereka pertunjukkan akan diulang lagi.
Verba berkonfiks per-kan memiliki makna gramatikal :
1.            Jadikan bahan per-an.
Contoh : perdebatan, “artinya jadikan bahan perdebatan.”
2.            Lakukan supaya (dasar).
Contoh : persamakan, “ artinya lakukan supaya sama”
3.            Jadikan me-.
Contoh : perdengarkan. “ artinya jadikan (orang lain mendengar)
4.                   Jadikan ber-.
Contoh : pertemnukan. “ artinya jadikan bertemu”
Verba berkonfiks per-i
  1. Kalimat imperatif : Perbaiki dulu sepeda ini!
  2. Kalimat pasif yang predikatnya berpola: (aspek)+pelaku+verba → mobil itu baru kita perbaiki.
  3. Keterangan tambahan pada subjek atau objek yang berpola: yang+aspek+pelaku+verba.
  4. Verba berprefiks me-
  5. Me- → /r,l,w,y,m,n,ny,ng/ → merawat, menaiki, menyala
  6. Mem- → /b,p,f,v/ → meembina, memfrasekan,memvitamnkan.
  7. Khusus morfem p → memprotes menjadi memrotes.
  8. Men- → /d, t/ → menduda. Khusus morfem /t/ → mentua menjadi menua.
  9. Meny- → /c, s/ → mencuci, mencari. Khusu /s/ → mensikat menjadi menyikat.
  10. Meng- → /k,g,h,a,kh,z,u,e,o/ → menggali, menkristal, menghubungi.
Verba berprefiks di-
Verba berprefiks di- inflektif adalah verba pasif. Makna gramatikalnya adalah kebalikan dari bentuk aktif verba berprefiks me- infelktif.
1.            Verba berprefiks di- inflektif adalah verba pasif
2.            Verba berprefiks di- defiratif. Contoh kata : dimaksud
Verba berprefiks ter-
1.            Verba berprefiks ter- inflektif
Terangkat → dapat diangkat
Terbaca → dapat dibaca
2.            Verba berprefiks ter- derivatif
Terbaik → paling baik
Teringat → tiba-tiba ingat.
Verba berprefiks ke-
1.            Kebaca = terbaca
2.            Ketipu = tertipu
3.            Ketangkap = tertagkap
Verba berprefiks ke-an
1.            Kebanjiran, artinya ‘terkena banjir’
2.            Kebakaran, atrinya ‘menderita bakar’
3.            Kehjauan, arinya ‘agak hijau’

B.     AFIKSASI PEMBENTUKAN NOMINA
Menurut, Chaer, 2008. Afiksasi pembentukan nomina adalah sebagai berikut:
Nomina berprefiks ke-
Nomina berprefiks ke- sejauh data yang ada hanyalah ada tiga buah kata yaitu ketua, kekasih, dan kehendak dengan makna gramatikal ‘yang ditua’, ‘yang dikasihi’, dan ‘yang dikehendaki’. Contoh lain tidak ada
Nomina berkonfiks ke-an
1.            Dibentuk langsung dari bentuk dasar.
Contoh: hutan + ke-an → kehutanan, ‘hal hutan’.
2.            Dibentuk dari akar, tetapi melalui verba yang menjadi predikat dalam satu klausa.
Contoh: keberanian (diturunkan dari verba berani, dari klausa ‘mereka sungguh berani’).
Nomina berprefiks pe-
Nomina berprefiks pe- yang mengikuti kaidah persengauan.
Prefiks pe- yang mengikuti kaidah persengauan dapat berbentuk:
1.            Alomorf pe- → /r,l,w,y,m,n,ny,ng/.
Contoh: perawat, pemarah, pengamen.
2.            Alomorf pem- → /b,p,f,v/ (/b,f,v/ tetap berwujud, /p/ dinasalkan).
Contoh: pembina, pemfitnah, pemveto, pemotong.
3.            Alomorf pen- → /d,t/ (/d/ tetap berwujud, /t/ dinasalkan).
Contoh: pendengar, penulis.
4.            Alomorf peny- → /s,c,j/.
Contoh: peny+sikat→penyikat, peny+curi→pencuri, peny+jual→penjual.
5.            Alomorf peng- → /k,g,h,kh,a,i,u,e,o/ (/k/ disenyawakan dengan bunyi nasal /ng/).
Contoh: peng+kirim→pengirim, peng+gugat→penggugat, peng+iris→pengiris.
6.            Alomorf penge- → digunakan untuk verba ekasuku.
Contoh: penge+bom→pengebom, penge+tik→pengetik.


Nomina berprefiks pe- yang tidak mengikuti kaidah persengauan.
Nomina berprefiks pe- yang tidak mengikuti kaidah persengauan berkaitan dengan verba berprefiks ber- atau verba berklofiks memper-kan yang dibentuk dari dasar itu. Makna gramatikal yang dimiliki adalah ‘yang ber- (dasar)’. Contoh:Peladang (dari dasar ladang melalui verba berladang).Pedagang (dari dasar dagang melalui verba berdagang).
Nomina berprefiks pe- melalui proses analogi.
Contoh : penatar. “yang menatar” dan petatar “yang ditatar”
Nomina berkonfiks pe-an
Konfiks pe-an dalam pembentukan nomina mempunyai enam buah bentuk atau alomorf, yaitu:
  1. Alomorf pe-an → /r,l,w,y,m,n,ny,ng/.
Contoh: perawatan, pemantapan, penantian.
  1. Alomorf pem-an → /b,p,f,v/ (/b,f,v/ tetap berwujud, /p/ disengaukan).
Contoh: bembinaan, pemfitnahan, pem+potong+an→pemotongan.
  1. Alomorf pen-an → /d,t/ (/d/ tetap berwujud, /t/ disengaukan).
Contoh: pedengaran, pen+tertib+an → penertiban.
  1. Alomorf peny-an → /s,c,j/.
Contoh: peny+curi+an → pencurian.
  1. Alomorf peng-an → /k,g,h,kh,a,i,u,e,o/ (/k/ disengaukan).
Contoh: penggalian, pengkhianatan, peng+kirim+an→pemgiriman.
  1. Alomorf penge-an → digunakan apabila bentuk dasarnya berupa ekasuku.
Contoh: pengeboran, pengetikan.
Nomina berkonfiks per-an
Diturunkan dari dasar melalui verba berprefiks ber-.
1.            Alomorf per-an → perdagangan, perselingkuhan, pergaulan.
2.            Alomorf pe-an → pekerjaan, peternakan.
3.            Alomorf pel-an → pelajaran.
Dibentuk langsung dari dasar nomina.
Perkaretan, perburuhan, perkantoran
Nomina bersufiks –an
Dibentuk dari dasar melalui verba berprefiks me-inflektif.
Tulisan, dalam arti ‘hasil menulis (diturunkan melalui verba menulis, di mana hubungan verba menulis dengan objeknya, misalnya, surat, mempunyai hubungan hasil)’.
Dibentuk dari dasar melalui verba berprefiks ber-.
Tepian ‘tempat ber(tepi)’, kubangan ‘tempat ber(kubang).
Dasar langsung diberi sufiks –an.
Bulanan, ubanan, murahan
Nomina Bersufiks –nya
1.            Nomina bersufiks –nya memiliki makna gramatikal ‘hal’ → (+keadaan).
Contoh: naiknya harga BBM; luasnya daerah bencana.
2.            Nomina bersufiks –nya memiliki makna gramatikal ‘penegasan’ → (+bendaan), (+tindakan).
Contoh: mau makan, nasinya habis; datangnya Budi disambut hangat oleh Rudi.
Nomina berprefiks ter-
Nomina berprefiks ter- dengan makna gramatikal ‘yang di- (dasar)’ hanya terdapat sebagai istilah dalam bidang hukum.
Contoh: tersangka, terperiksa, terdakwa, tergugat, tertuduh, terhukum, terpidana.
Nomina berinfiks –el, -em, -er-
Sejauh ini nomina berinfiks yang ada adalah:
1.      Telapak –           tapak
2.      Telunjuk –           tunjuk
3.      Gemetar –           getar
4.      Seruling –           suling
5.      Gerigi –           gigi
Nomina bersufiks asing
Dalam perkembangannya bahasa Indonesia banyak menyerap kosakata asing. Kosakata itu diserap sekaligus dengan “sufiks” yang menjadi penenda kategori kata serapan itu. “sufiks” penanda kelas atau kategori nomina, antara lain adalah:
1.            in pada kata : hadirin, muslimin, mukimin (laki-laki yang (dasar).
2.            at pada kata : hadirat, musihat, mukminat (perempuan yang (dasar).
3.            –ah pada kata : gairah, hafizah (perempuan yang (dasar).
4.            si pada kata : kritisi, politisi, redaksi (yang bergerak dalam bidang yang (dasar).
5.            –ika pada kata : fisika, mekanika, fonetika (ilmu tentang (dasar).
6.            –ir pada kata : importir, donasir (pelaku kegiatan (dasar).
7.            –ur pada kata : direktur, inspektur (laki-laki yang menjadi (dasar).
8.            –us pada kata : politikus, kritikus (orang yang melakukan (dasar).
9.            –isme pda kata : kapitalisme, sukuisme (paham mengenai (dasar).
10.        –sasi pada kata: oragisasi, spesialisasi (proses pe-an (dasar).
11.        –or pada kata : aktor, konduktor (yang melakukan/menjadi (dasar).
Sufiks asing tidak produktif dalam pembentukan nomina bahasa Indonesia, kata-kata ‘asli’ bahasa Indonesia yang telah diberi sufiks asing itu yang ada hanyalah kata-kata sukuisme, daerahisme, tendanisasi, neonisasi, lelenasi.

C.    AFIKSASI PEMBENTUKAN AJEKTIVA
Menurut Chaer, 2008. Kosakata bahasa Indonesia yang berkategori atau berkelas ajektiva pada umumnya berupa akar, jadi tidak ada yang perlu dibentuk terlebih dahulu dengan proses pemberian afiks. Dalam buku tata bahasa Kridaklaksana (1989) dan buku Alwi (1998) ada sejumlah kata berafiks yang bentuk dasarnya berkategori ajektiva dan nomina tetapi berkomponen makna (+sifat) atau (+keadaan) digolongkan juga sebagai kata berkelas ajektiva (Chaer, 2008). Menurut Chaer (168:2008) ciri gramatikal kosakata bahasa Indonesia ‘asli’ yang berkategori ajektiva memang tidak tampak. Hal ini berbeda dengan kosakata yang berasal dari unsur serapan bahasa Arab, bahasa Inggris, dan bahasa Belanda. Kita hanya mengenal kosakata berkategori ajektiva yang berasal ‘asli’ bahasa Indonesia dari segi semantik dan fungsi.
Dasar Ajektiva Berafiks Asli Indonesia
  1. Dasar ajektiva berprefiks pe-
Ada dua macam proses pembubuhan prefiks pe- pada adasar ajektiva, yaitu pertama yang diimbuhkan secara langsung dan kedua yang diimbuhkan melalui verba berafiks me-kan. Bagannya:
(Dasar) + pe- →        pe-dasar
(Dasar) →        me-dasar-kan + pe               pe-dasar
Pemberian afiks pe- secara langsung dapat terjadi kalau dasar ajektiva itu memiliki komponen makna (+sikap batin) dan memberi makna gramatikal ‘yang memiliki sifat (dasar)’. Misalnya:
Pemalu – Pendendam
Pemarah – Pembenci
Penakut – Peragu
Pemberian prefiks pe- melalui verba konfiks me-kan dapat terjadi apabila dasar ajektiva itu memiliki komponen makna (+keadaan fisik) dan memberi makna gramatikal ‘yang menjadikan (dasar)’. Misalnya:
Pembersih – Pendingin
Pemutih – Pencemar
Pemanas – Pelicin
  1. Dasar ajektiva berprefiks se-
Pemberian prefiks se- pada semua dasar ajektiva memberi makan gramatikal ‘sama (dasar) dengan nomina yang mengikutinya’. Misalnya:
Sepintar A, ‘sama pintar dengan A’.
Secantik B, ‘sama cantik dengan B’.
Semerah C, ‘sama merah dengan C’.
Dasar ajektiva dengan prefiks se- bukanlah berkategori ajektiva sebab tidak dapat diawali adverbia agak atau sangat. Bentuk agak sepintar dan sangat sepintar tidak berterima. Kata-kata yang dibentuk dari dasar ajektiva dengan prefiks se- sesungguhnya berkategori verba. Prefiks se- pada dasar ajektiva bertugas membentuk tingkat perbandingan ‘sama’ atau sederajat dalam satu sistem penderajatan. Perhatikan:
Setinggi → sama tinggi             → tingkat sama
(tinggian) → lebih tinggi             → tingkat lebih
(tertinggi) → paling tinggi           → tingkat paling (superlatif)
  1. Dasar ajektiva bersufiks –an
Pemberian sufiks –an pada semua dasar ajektiva memberi makna gramatikal ‘lebih (dasar)’ pada semua nomina yang mengikutinya. Misalnya:
Pintaran a, ‘lebih pintar a’.
Murahan d, ‘lebih murah d’.
Nakalan w, ‘lebih nakal w’.
Dasar ajektiva dengan sufiks –an bukanlah berkategori ajektiva, melainkan berketegori verba, sebab tidak dapat diawali adverbia agak atau sangat.
(setinggi) →        sama tinggi              tingkat sama
Tinggian →        lebih tinggi              tingkat lebih
(tertinggi) →        paling tinggi            tingkat paling (superlatif)
  1. Dasar ajektiva berprefiks ter-
Pengimbuhan prefiks ter- pada semua dasar ajektiva memberi makna gramatikal ‘paling (dasar)’. Misalnya:
Tercantik, ‘paling cantik’.
Tertinggi, ‘paling tinggi’.
Termahal, ‘paling mahal’.
Kata-kata yang bentuk dasarnya ajektiva dengan prefiks ter- tidaklah termasuk berkategori ajektiva, melainkan berkategori verba, sebab tidak didahului adverbia agak dan sangat. Bentuk seperti agak termahal dan sangat termahal tidak berterima.
(setinggi) →        sama tinggi              tingkat sama
(tinggian) →        lebih tinggi              tingkat lebih
Tertinggi →        paling tinggi            tingkat paling(superlatif)
  1. Dasar ajektiva berkonfiks ke-an
Pembentukan konfiks ke-an pada dasar ajektiva akan memberi makna gramatikal ‘agak (dasar’ bila ajektiva itu memiliki komponen makna (+warna). Misalnya:
Kehitaman, ‘agak hitam’.
Kehijauan, ‘agak hijau’.
Kekuningan, ‘agak kuning’.
Makna gramatikal ‘agak (dasar)’ ini sering lebih dipertegas dengan pengulangan, sehingga menjadi:
Kehitam-hitaman, kehijau-hijauan, kekuning-kuningan
Ada sejumlah makna gramatikal yang dimiliki dasar ajektiva bila diberi konfiks ke-an. Di antaranya adalah:
  1. Bermakna Gramatikal Komponen      Misalnya
‘terlalu (dasar)’           (+ warna), (+rasa), (+ukuran) · Kehitaman, ‘terlalu
hitam’.· Kekecilan, ‘terlalu kecil’. Keasinan, ‘terlalu asin’.
  1.  ‘hal (dasar)’     (+sikap batin)  · Ketakutan, ‘hal takut’.
Kesedihan, ‘hal sedih’.Kekecewaan, ‘hal kecewa’. ‘mengalami (dasar)’   (+rasa fisik)     · Kedinginan, ‘mengalami dingin’. Kesepian, ‘mengalami sepi’.
  1. Dasar ajektiva berklofiks me-kan
Dasar ajektiva berklofiks me-kan memiliki makna gramatikal ‘menyebabkan jadi (dasar)’ apabila bentuk dasarnya memiliki komponen makna (+sikap batin). Misalnya:
Memalukan, ‘menyebabkan malu’.
Memilukan, ‘menyebabkan pilu’.
Menakutkan, ‘menyebabkan takut’.
Dasar ajektiva dengan klofiks me-kan sesungguhnya berkategori ganda, yaitu ajektiva dan verba. Sebagai kategori adverbia, dia dapat didahului oleh adverbia agak dan sangat. Misal:
Agak memalukan orang banyak.
Sangat memalukan orang banyak.
Agak menghawatirkan kami.
Sangat menghawatirkan kami.
  1. Dasar ajektiva berklofiks me-i
Dasar ajektiva berklofiks me-i memiliki makna gramatikal ‘merasa (dasar) pada’ apabila bentuk dasarnya memiliki komponen makna (+rasa batin). Misanya:
Mencintai, ‘merasa cinta pada’.
Mengagumi, ‘merasa kagum pada’.
Mengasihi, ‘merasa kasih pada’.
Dasar ajektiva dengan klofiks me-i ini sesungguhnya berketegori ganda, yaitu ajektiva dan verba. Sebagai kategori ajektiva dia dapat didahului oleh edverbia agak dan sangat; dan sebagai verba dapat diikuti oleh sebuah objek. Misalnya:
Agak mencintai gadis itu.
Sangat mencintai gadis itu.
Agak mengagumi permainannya.
Sangat mengagumi permainannya.
  1. Dasar lain berkomponen makna (+keadaan)
Pada bagian pengantar bab ini sudah dikemukakan bahwa kosakata berkategori ajektiva dalam bahasa Indonesia sudah merupakan ‘barang jadi’. Namun ‘barang jadi’ ini ada yang seratus persen berkategori ajektiva, dan ada yang tidak.
Bisa didahului negasi bukan dan tidak, misalnya: Bukan rugi, tidak untuk dan tidak rugi= sama-sama berterima.
Pembentukan Ajektiva dengan “afiks” Serapan
Menurut buku Pedoman Ejaan Bahasa Indonesia Yang Disempurnakan (EYD) dan buku Pedoman Pembentukan Istilah (PPI, penyerapan kata dari bahasa asing dilakukan secara utuh, bukan terpisah antara dasar dengan afiksnya. Jadi, di samping kita menyerap kata standard menjadi standar (huruf d-nya dibuang), kita juga menyerap kata standarditition menjadi standarisasi (-ditition disesuaikan menjadi –disasi). Begitupun di samping kita menyerap kata object menjadi objek, kita juga menyerap kata objective menjadi objektif.
Kata serapan dari bahasa Inggris dan Belanda yang berkategori ajektif dapat kita kenali dari ‘akhiran’ seperti:
–if, misal : aktif, pasif, edukatif, administratif.
-ik, misal : heroik, akademik, mekanik, kritik.
-is, misal : teknis, kronologis, kritis, egois.
-istis, misal : egoistis, optimistis, pluralistis.
-al, misal : gramatikal, komunal, material, individual.
-il, misal : prinsipil, idiil, komersil.
Kata serapan dari bahasa Arab yang berkategori ajektiva dapat kita kenali dari “akhiran:, antara lain:
-i, misal : rohani, jasmani, abadi, madani.
-iah, misal : alamiah, jasmaniah, rohaniah.
-wi, misal : duniawi, ukhrawi, surgawi, manusiawi.
-in, misal : muslimin, mukminin, hadiri, muhajirin.
-at, misal : hadirat, mukminat, muslimat.
Tampaknya “akhiran” unsur serapan, baik Inggris/Belanda maupun Arab tidak produktif untuk pembentukan kata dalam bahasa Indonesia, bukan hanya untuk pembentukan verba, tetapi juga untuk pembentukan kategori lain. Sejauh ini kata-kata (dari dasar asli Indonesia) yang telah dibentuk dengan akhiran serapan itu hanyalah pancasilais, surgawi, manusiawi, kimiawi, sukuisme, daerahisme, tendanidasasi, lelenisasi.

Daftar Pustaka
Chaer, Abdul. 2008. Morfologi Bahasa Indonesia(Pendekatan Proses). Banten: Rineka Cipta


Tidak ada komentar:

Posting Komentar