a. Hakikat
Kata
Menurut Ramlan,1996
yang mengatakan bahwa kata merupakan dua macam satuan, yaitu satuan fonologis
dan satuan gramatis. Pendapat lain mengatakan bahwa kata adalah kesatuan
kumpulan fonem atau huruf yang terkecil yang mengandung pengertian
(Alisyahbana, 1978). Berdasarkan definisi para ahli dapat disimpulkan bahwa
kata adalah satuan terkecil dari kalimat yang dapat berdiri sendiri dan
mempunyai makna.
Dari segi bentuknya
kata dapat dibedakan atas dua macam, yaitu (1) kata yang bermofem tunggal , dan
(2) kata yang bermorfem banyak. Kata yang bermorfem tunggal disebut juga kata
dasar atau kata yang tidak berimbuhan. Kata dasar pada umumnya berpotensi untuk
dikembangkan menjadi kata turunan atau kata berimbuhan.
b. Klasifikasi
Kata
Klasifikasi kata terdiri dari dua macam
yaitu:
1. Kelas Terbuka
Kelas kata terbuka adalah kelas yang
keanggotaanya dapat bertambah atau berkurang sewaktu-waktu berkenaan dengan
perkembangan sosial budaya yang terjadi dalam masyarakat penutur suatu bahasa.
Kelas kata terbuka selalu menjadi dasar dalam proses morfologis. Yang termasuk
dalam kelas kata terbuka adalah :
a) Nomina
Ciri utama kelas kata nomina dilihat
dari adverbia pendampingnya adalah(Abdul Chaer,2008:69):
·
Tidak dapat didahului oleh adverbia
negasi tidak.
·
Tidak dapat didahului oleh adverbia
derajat agak (lebih, sangat, dan paling)
·
Tidak dapat didahului oleh adverbia
keharusan wajib
·
Dapat didahului oleh adverbia yang
menyatakan jumlah seperti satu, sebuah, sebatang, selembar, dan sebagainya.
b) Verba
Ciri utama verba atau kata kerja dilihat
dari adverbia yang mendampinginya adalah bahwa kata-kata yang termasuk kelas
verba(Abdul Chaer, 2008:74)..
·
Dapat didampingi oleh adverbia negasi
(tidak dan tanpa)
·
Dapat didampingi oleh semua daverbia
frekuensi (sering, jarang, kadang-kadang)
·
Tidak dapat didampingi oleh kata
bilangan dengan penggolongan (sebuah, sebutir, selembar), namun dapat
didampingi oleh semua adverbia jumlah (sedikit, kurang, cukup)
·
Tidak dapat didampingi oleh semua
adverbia derajat.
·
Dapat didampingi oleh semua adverbia
kala (sudah, sedang, tengah, lagi, akan, hendak, mau).
·
Dapat didampingi oleh semua adverbia
keselesaian (belum, baru, sedang, sudah).
·
Dapat didampingi oleh semua adverbia
keharusan (boleh, haus,wajib).
·
Dapat didampingi oleh semua anggota
adverbia kepastian (pasti, tentu, mungkin, barangkali)
c) Ajektifa
Ciri utama ajektifa dari adverbia yang
mendampinginya adalah bahwa kata-kata yang termasuk kelas ajektifa(Abdul
Chaer,2008:80)..
·
Tidak dapat didampingi oleh adverbia
frekuensi (sering, jarang, kafang-kadang)
·
Tidak dapat didampingi oleh adverbia
jumlah (banyak, sedikit, sebuah)
·
Dapat didampingi oleh semua adverbia
derajat (agak, cukup, lebih, sangat, sedikit, jauh, paling)
·
Dapat didampingi oleh adverbia kepastian
(pasti, tentu, mungkin, barangkali)
·
Tidak dapat diberi adverbia kala
(hendak, mau)
2. Kelas Tertutup
Menurut Abdul Chaer,2008:83, kelas kata
tertutup adalah kelas kata jumlah keanggotaanya terbatas dan tidak tampak
kemungkinan untuk bertambah atau berkurang. Yang termasuk kelas kata tetutup
adalah kelas adverbia, kelas preposisi, kelas konjungsi, kelas artikula, dan
kelas interjeksi.
a. Adverbia
Adverbia lazim disebut kata keterangan
atau kata keterangan tambahan. Fungsinya adalah menerangkan kata kerja, kata
sifat, dan jenis kata lainnya. Adverbia disebut juga kata-kata yang bertugas
mendampingi nomina, verba, dan ajektifa. Adverbia pada umumnya berupa bentuk
dasar. Sedikit sekali yang berupa kata bentukan. Yang berupa kata bentukan ini
secara morfologi dapat dikenali dari bentuknya (Abdul Chaer,2008:83).
·
Berprefiks se- (sejumlah, sebagian,
seberapa, semoga)
·
Berprefiks se- dengan reduplikasi
(sekali-kali, semena-mena)
·
Berkonsfiks se-nya ( sebaiknya,
seharusnya, sesungguhnya, sebisanya)
·
Berkonfiks se-nya disertai reduplikasi
(selambat-lambatnya, secepat-cepatnya, sedapat-dapatnya)
b. Pronomina
Pronomina lazim disebut kata ganti
karena tugasnya memang menggantikan nomina yang ada. Secara umum dibedakan
menjadi empat macam pronomina yaitu (Abdul Chaer,2008:87).:
·
Pronomina persona (kata ganti diri)
·
Pronomina demostrativa ( kata ganti
penunjuk)
·
Pronomina interogatifa (kata ganti
tanya)
·
Pronomina tak tentu
c. Numeralia
Kata bilangan atau numeralia adalaha
kata-kata yang menyatakan bilangan, jumlah, nomor, urutan dan himpunan. Menurut
bentuk dan fungsinya dikenal adanya kata bilangan utama (satu, dua, lima),
bilangan genap (dua, empat dua belas), bilangan ganjil (tiga, lima, tujuh),
bilangan bulat, bilangan pecahan, bilanan tingkat (pertama, kedua) dan kata
bantu bilangan. Kata bilangan dapat ditulis dengan angka arab, angka romawi,
maupun dengan huruf. Yang termasuk dalam kata bantu bilangan adalah: ekor,
buah, batang, helai, butir, biji, pucuk, bilah, mata, tangkai, kuntum, tandan,
carik, kaki, pasang, dan rumpun (Abdul Chaer,2008:93).
d. Preposisi
Preposisi atau kata depan adalah
kata-kata yang digunakan untuk merangkaikan nomina dengan verba di dalam suatu
klausa.
Secara semantik preposisi menyatakan
makna sebagai berikut(Abdul Chaer,2008:96):
·
Tempat berada (di , pada, dalam, atas,
antara)
·
Arah asal (dari)
·
Arah tujuan (ke, kepada, akan, terhadap)
·
Pelaku (oleh)
·
Alat (dengan, berkat)
·
Perbandingan (daripada)
·
Hal atau masalah (tentang, mengenai)
·
Akibat, batas waktu (hingga, sehingga,
sampai)
·
Tujuan (untuk, buat, guna, bagi)
e. Konjungsi
Konjungsi atau kata pengubung adalah
kata-kata yang menghubungkan satuan-satuan sintaksis, baik antara kata dengan
kata, antara frase dengan frase, antara klausa dengan klausa atau antara
kalimat dengan kalimat. Dilihat dari tingkat kedudukannya dibedakan adanya (1)
konjungsi koordinatif, (2) konjungsi sbordinatif. Dilihat dari luas
jangkauannya ada (1) konjungsi intrakalimat, dan (2) konjungsi antarkalimat.
f. Artikula
Artikula atau kata sandang adalah
kata-kata yang berfungsi sebagai penentu atau mendefinisikan sesuatu nomina,
ajektifa, atau kelas lain. Artikula yang ada dalam bahasa Indonesia adalah si,
sang (Abdul Chaer,2008:98).
g. Interjeksi
Interjeksi adalah kata-kata yang
mengungkapkan perasaan batin misalnya karena kaget, marah, terharu, kangen,
kagum, sedih, dan sebagainya. Interjeksi terbagi menjadi dua yaitu interjeksi
yang berupa kata singkat (wah, cih, hai, oi, oh, nah, hah) dan interjeksi yang
terdiri dari kata-kata biasa ( aduh, celaka, gila, kasihan, bangsat, astaga.
Alhamdulillah, Masyaallah dsb) (Abdul Chaer,2008:104).
h. Partikel
Partikel dalam bahasa Indonesia antara
lain adalah kah, lah, tah, dan pun . Partikel ini adayang berfungsi sebagai
penegas, tetapi adapula yang bukan (Abdul Chaer,2008:104).
c. Pembentukan kata secara inflektif dan
derivatif serta paradigmanya.
Dalam pembentukan kata inflektif
identitas leksikal kata yang dihasilkan sama dengan identitas leksikal bentuk
dasarnya. Sebaliknya dalam proses pembentukan derivatif identitas bentuk yang
dihasilkan tidak sama dengan identitas leksikal bentuk dasarnya. Jadi
pembentukan kata inggris dari dasar write menjadi writes adalah pembentukan
kata inflektif, karena baik write maupun writes sama-sama verba; tetapi
pembentukan kata dari write menadi writer adalah pembentukan derivatif, sebab
bentuk write berkategori verba, sedangkan writer berkategori nomina (Abdul
Chaer,2008:37).
Penggolongan Kata oleh Anton M. Meoliono
Anton M.
Moeliono (1967) dalam tulisanya, “Suatu Reonientasi dalam Tata Bahasa
Indonesia” yang termuat dalam Bahasa dan Kesusastran Indonsia halaman
45-52, menggolongkan kata berdasarkan kesamaan perilaku sintaktik.
Beliau menggolongkannya menjadi tiga rumpun yaitu: (1) rumpun nominal,
(2) rumpun verbal, dan (5) rumpun partikel. Ihktisar Ramlan (l965:42-44)
sebagai berikut.
1)
Rumpun Nominal
Rumpun
nominal ialah rurmpun yang diingkari oleh kata bukan dalam suatu
konstruksi
endosentnik beratribut. Rumpun ini dapat dibedakn menjadi dua anak rumpun
yaitu:
1. Rumpun nominal
yang dapat didaului oleh partikel preposisi direktif di, seperti: di rumah, di
air, di kertas. Secara arbitrer, anak rumpun ini disebut nominal tak
bernyawa.
2. Rumpun nomial
yang didahului oleh partikel pada, seperti: pada anak, pada ibu, pada harimau,
pada tanggal, pada hari. Anak rumpun ini secara atbitrer disebut nominal
bernyawa.
2)
Rumpun Verbal
Rumpun verbal ialah rumpun kata yang diingkari
oleh kata tidak dalam suatu konstruksi endosentrik yang beratribut. Rumpon ini
dapat dibedakan menjadi: Rumpun verbal transitif ialah rumpun verbal yang secara
potensial dapat mendahului obyek nominal dalam konstruksi objektif, misal: bawa
buku itu, tulis surat itu. Rumpun verbal taktransitif ialah rumpun verbal
yang tidak berkonstruksi dengan sebuah obyek, tetapi dapat disertai oleh
atribut, misalnya: terbang, jauh, tertawa sangat keras. Rumpun verbal
ajektif ialah rumpun verbal yang dapat didahului oleh partikel penunjuk derajat
seperti amat dan sangat dalam amat miskin, sangat miski.
3)
Rumpun Partikel
Rumpun ini keanggotaannya terbatas. Di samping
itu biasanya tidak diperluas lagi
bentuknya oleh imbuhan dan tidak dapat
dijadikan bentuk alas (bentu dasar, pen.) untuk suatu
konstruksi morfologik yang lebih lanjut.
Menurut kedudukannya dalam kalimat, rumpun
dapat dibedakan menjadi lima anak umpun.
1. Preposisi yang pada umumnya mendahului nominal
dan tidak terarah terdapat pada akhir kalimat, yang dapat digolongkan lagi
menjadi tiga golongan yakni: (1) preposisi direktif, misalnya: di, ke, dari,
pada, (2) preposisi agentif yaitu oleh, dan (3) preposisi penunjuk orang,
misalnya: para, si, sang.
2. Konjungsi yang pada umumnya tidak terdapat
pada akhir kalimat dan tidak selalu diikuti oleh nominal, yang dipat dibedakan
lagi menjadi. tiga golongan yaitu: (1) konjungsi setara, misalnya: dan,
tetapi, namun, atau, (2)konjungsi taksetara, misalnya: sambil, seraya,
demi, dan (3) konjungsi korelatif, misalnya: kian…kian, makin…makin,
baik…maupun, walau…sekalipun.
3.
Penunjuk kecaraan atau modalita yang distribusinya lebih luas daripada
preposisi dan konjugasi. Ada di antaranya yang berbentuk klitika. Kelompok ini
dapat dibedakan menjadi sepuluh yaitu: (a) pengingkaran, misalnya: bukan,
tidak, (b) penegasan, misalnya: bahva, toh, lah, pun, (c)
pertanyaan, misalnya: adakah , apakah, (d) pelarangan, misalnya: jangan,
jangan sampai, (e) pengharapan, misalnya: semoga, mudah-mudahan, (f)
permintaan, misalnya: silakan, sudila,. (g) penujuan, misalnya: agar, supaya,
(h) penguluran, misalnya: meski, biar, (i) pensyaratan, misalnya: jika
jikalau, dan (j) penyangsian, misalnya: jangan-jangan, gerangan, entah.
4.
Penunjuk segi atau aspek yang biasanya tidak terdapat pada akhir kalimat dan
pada umumnya mendahului verbal. Kelompok ini dapat dibedakan menjadi: (1) segi komplektif,
misalnya: telah, sudah, (2) segi duratif, misalnya: sedang, tengah, dan
(3) segi berantisipasi, misalnya akar.
5. Penunjuk derajat yang
berdistribusi preverbal atau purnaverbal dan kadang-kadang terdapat pada akhir
kalimat, misalnya: amat, sangat, agak, sekali, benar.
DAFTAR PUSTAKA
Anton M. Moeliono. 1967. Bahasa
dan Kesusastran Indonsia halaman 45-52
Chaer, Abdul. 2008. Morfologi Bahasa Indonesi (Pendekatan
Proses). Jakarta: Rinika Cipta
Tidak ada komentar:
Posting Komentar