Kamis, 31 Januari 2019

KLASIFIKASI KATA



a.       Hakikat Kata
Menurut Ramlan,1996 yang mengatakan bahwa kata merupakan dua macam satuan, yaitu satuan fonologis dan satuan gramatis. Pendapat lain mengatakan bahwa kata adalah kesatuan kumpulan fonem atau huruf yang terkecil yang mengandung pengertian (Alisyahbana, 1978). Berdasarkan definisi para ahli dapat disimpulkan bahwa kata adalah satuan terkecil dari kalimat yang dapat berdiri sendiri dan mempunyai makna.
Dari segi bentuknya kata dapat dibedakan atas dua macam, yaitu (1) kata yang bermofem tunggal , dan (2) kata yang bermorfem banyak. Kata yang bermorfem tunggal disebut juga kata dasar atau kata yang tidak berimbuhan. Kata dasar pada umumnya berpotensi untuk dikembangkan menjadi kata turunan atau kata berimbuhan.
b.      Klasifikasi Kata
Klasifikasi kata terdiri dari dua macam yaitu:
1. Kelas Terbuka
Kelas kata terbuka adalah kelas yang keanggotaanya dapat bertambah atau berkurang sewaktu-waktu berkenaan dengan perkembangan sosial budaya yang terjadi dalam masyarakat penutur suatu bahasa. Kelas kata terbuka selalu menjadi dasar dalam proses morfologis. Yang termasuk dalam kelas kata terbuka adalah :
a) Nomina
Ciri utama kelas kata nomina dilihat dari adverbia pendampingnya adalah(Abdul Chaer,2008:69):
·         Tidak dapat didahului oleh adverbia negasi tidak.
·         Tidak dapat didahului oleh adverbia derajat agak (lebih, sangat, dan paling)
·         Tidak dapat didahului oleh adverbia keharusan wajib
·         Dapat didahului oleh adverbia yang menyatakan jumlah seperti satu, sebuah, sebatang, selembar, dan sebagainya.
b) Verba
Ciri utama verba atau kata kerja dilihat dari adverbia yang mendampinginya adalah bahwa kata-kata yang termasuk kelas verba(Abdul Chaer, 2008:74)..
·         Dapat didampingi oleh adverbia negasi (tidak dan tanpa)
·         Dapat didampingi oleh semua daverbia frekuensi (sering, jarang, kadang-kadang)
·         Tidak dapat didampingi oleh kata bilangan dengan penggolongan (sebuah, sebutir, selembar), namun dapat didampingi oleh semua adverbia jumlah (sedikit, kurang, cukup)
·         Tidak dapat didampingi oleh semua adverbia derajat.
·         Dapat didampingi oleh semua adverbia kala (sudah, sedang, tengah, lagi, akan, hendak, mau).
·         Dapat didampingi oleh semua adverbia keselesaian (belum, baru, sedang, sudah).
·         Dapat didampingi oleh semua adverbia keharusan (boleh, haus,wajib).
·         Dapat didampingi oleh semua anggota adverbia kepastian (pasti, tentu, mungkin, barangkali)
c) Ajektifa
Ciri utama ajektifa dari adverbia yang mendampinginya adalah bahwa kata-kata yang termasuk kelas ajektifa(Abdul Chaer,2008:80)..
·         Tidak dapat didampingi oleh adverbia frekuensi (sering, jarang, kafang-kadang)
·         Tidak dapat didampingi oleh adverbia jumlah (banyak, sedikit, sebuah)
·         Dapat didampingi oleh semua adverbia derajat (agak, cukup, lebih, sangat, sedikit, jauh, paling)
·         Dapat didampingi oleh adverbia kepastian (pasti, tentu, mungkin, barangkali)
·         Tidak dapat diberi adverbia kala (hendak, mau)

2. Kelas Tertutup
Menurut Abdul Chaer,2008:83, kelas kata tertutup adalah kelas kata jumlah keanggotaanya terbatas dan tidak tampak kemungkinan untuk bertambah atau berkurang. Yang termasuk kelas kata tetutup adalah kelas adverbia, kelas preposisi, kelas konjungsi, kelas artikula, dan kelas interjeksi.
a. Adverbia
Adverbia lazim disebut kata keterangan atau kata keterangan tambahan. Fungsinya adalah menerangkan kata kerja, kata sifat, dan jenis kata lainnya. Adverbia disebut juga kata-kata yang bertugas mendampingi nomina, verba, dan ajektifa. Adverbia pada umumnya berupa bentuk dasar. Sedikit sekali yang berupa kata bentukan. Yang berupa kata bentukan ini secara morfologi dapat dikenali dari bentuknya (Abdul Chaer,2008:83).
·         Berprefiks se- (sejumlah, sebagian, seberapa, semoga)
·         Berprefiks se- dengan reduplikasi (sekali-kali, semena-mena)
·         Berkonsfiks se-nya ( sebaiknya, seharusnya, sesungguhnya, sebisanya)
·         Berkonfiks se-nya disertai reduplikasi (selambat-lambatnya, secepat-cepatnya, sedapat-dapatnya)
b. Pronomina
Pronomina lazim disebut kata ganti karena tugasnya memang menggantikan nomina yang ada. Secara umum dibedakan menjadi empat macam pronomina yaitu (Abdul Chaer,2008:87).:
·         Pronomina persona (kata ganti diri)
·         Pronomina demostrativa ( kata ganti penunjuk)
·         Pronomina interogatifa (kata ganti tanya)
·         Pronomina tak tentu
c. Numeralia
Kata bilangan atau numeralia adalaha kata-kata yang menyatakan bilangan, jumlah, nomor, urutan dan himpunan. Menurut bentuk dan fungsinya dikenal adanya kata bilangan utama (satu, dua, lima), bilangan genap (dua, empat dua belas), bilangan ganjil (tiga, lima, tujuh), bilangan bulat, bilangan pecahan, bilanan tingkat (pertama, kedua) dan kata bantu bilangan. Kata bilangan dapat ditulis dengan angka arab, angka romawi, maupun dengan huruf. Yang termasuk dalam kata bantu bilangan adalah: ekor, buah, batang, helai, butir, biji, pucuk, bilah, mata, tangkai, kuntum, tandan, carik, kaki, pasang, dan rumpun (Abdul Chaer,2008:93).
d. Preposisi
Preposisi atau kata depan adalah kata-kata yang digunakan untuk merangkaikan nomina dengan verba di dalam suatu klausa.
Secara semantik preposisi menyatakan makna sebagai berikut(Abdul Chaer,2008:96):
·         Tempat berada (di , pada, dalam, atas, antara)
·         Arah asal (dari)
·         Arah tujuan (ke, kepada, akan, terhadap)
·         Pelaku (oleh)
·         Alat (dengan, berkat)
·         Perbandingan (daripada)
·         Hal atau masalah (tentang, mengenai)
·         Akibat, batas waktu (hingga, sehingga, sampai)
·         Tujuan (untuk, buat, guna, bagi)
e. Konjungsi
Konjungsi atau kata pengubung adalah kata-kata yang menghubungkan satuan-satuan sintaksis, baik antara kata dengan kata, antara frase dengan frase, antara klausa dengan klausa atau antara kalimat dengan kalimat. Dilihat dari tingkat kedudukannya dibedakan adanya (1) konjungsi koordinatif, (2) konjungsi sbordinatif. Dilihat dari luas jangkauannya ada (1) konjungsi intrakalimat, dan (2) konjungsi antarkalimat.
f. Artikula
Artikula atau kata sandang adalah kata-kata yang berfungsi sebagai penentu atau mendefinisikan sesuatu nomina, ajektifa, atau kelas lain. Artikula yang ada dalam bahasa Indonesia adalah si, sang (Abdul Chaer,2008:98).
g. Interjeksi
Interjeksi adalah kata-kata yang mengungkapkan perasaan batin misalnya karena kaget, marah, terharu, kangen, kagum, sedih, dan sebagainya. Interjeksi terbagi menjadi dua yaitu interjeksi yang berupa kata singkat (wah, cih, hai, oi, oh, nah, hah) dan interjeksi yang terdiri dari kata-kata biasa ( aduh, celaka, gila, kasihan, bangsat, astaga. Alhamdulillah, Masyaallah dsb) (Abdul Chaer,2008:104).
h. Partikel
Partikel dalam bahasa Indonesia antara lain adalah kah, lah, tah, dan pun . Partikel ini adayang berfungsi sebagai penegas, tetapi adapula yang bukan (Abdul Chaer,2008:104).
c. Pembentukan kata secara inflektif dan derivatif serta paradigmanya.
Dalam pembentukan kata inflektif identitas leksikal kata yang dihasilkan sama dengan identitas leksikal bentuk dasarnya. Sebaliknya dalam proses pembentukan derivatif identitas bentuk yang dihasilkan tidak sama dengan identitas leksikal bentuk dasarnya. Jadi pembentukan kata inggris dari dasar write menjadi writes adalah pembentukan kata inflektif, karena baik write maupun writes sama-sama verba; tetapi pembentukan kata dari write menadi writer adalah pembentukan derivatif, sebab bentuk write berkategori verba, sedangkan writer berkategori nomina (Abdul Chaer,2008:37).



Penggolongan Kata oleh Anton M. Meoliono
Anton M. Moeliono (1967) dalam tulisanya, “Suatu Reonientasi dalam Tata Bahasa Indonesia” yang termuat dalam Bahasa dan Kesusastran Indonsia halaman 45-52, menggolongkan kata berdasarkan kesamaan perilaku sintaktik. Beliau menggolongkannya menjadi tiga rumpun yaitu: (1) rumpun nominal, (2) rumpun verbal, dan (5) rumpun partikel. Ihktisar Ramlan (l965:42-44) sebagai berikut.
1) Rumpun Nominal
Rumpun nominal ialah rurmpun yang diingkari oleh kata bukan dalam suatu
konstruksi endosentnik beratribut. Rumpun ini dapat dibedakn menjadi dua anak rumpun
yaitu:
1. Rumpun nominal yang dapat didaului oleh partikel preposisi direktif di, seperti: di rumah, di air, di kertas. Secara arbitrer, anak rumpun ini disebut nominal tak bernyawa.
2. Rumpun nomial yang didahului oleh partikel pada, seperti: pada anak, pada ibu, pada harimau, pada tanggal, pada hari. Anak rumpun ini secara atbitrer disebut nominal bernyawa.
2) Rumpun Verbal
Rumpun verbal ialah rumpun kata yang diingkari oleh kata tidak dalam suatu konstruksi endosentrik yang beratribut. Rumpon ini dapat dibedakan menjadi: Rumpun verbal transitif ialah rumpun verbal yang secara potensial dapat mendahului obyek nominal dalam konstruksi objektif, misal: bawa buku itu, tulis surat itu. Rumpun verbal taktransitif ialah rumpun verbal yang tidak berkonstruksi dengan sebuah obyek, tetapi dapat disertai oleh atribut, misalnya: terbang, jauh, tertawa sangat keras. Rumpun verbal ajektif ialah rumpun verbal yang dapat didahului oleh partikel penunjuk derajat seperti amat dan sangat dalam amat miskin, sangat miski.
3) Rumpun Partikel
Rumpun ini keanggotaannya terbatas. Di samping itu biasanya tidak diperluas lagi
bentuknya oleh imbuhan dan tidak dapat dijadikan bentuk alas (bentu dasar, pen.) untuk suatu
konstruksi morfologik yang lebih lanjut. Menurut kedudukannya dalam kalimat, rumpun
dapat dibedakan menjadi lima anak umpun.
1. Preposisi yang pada umumnya mendahului nominal dan tidak terarah terdapat pada akhir kalimat, yang dapat digolongkan lagi menjadi tiga golongan yakni: (1) preposisi direktif, misalnya: di, ke, dari, pada, (2) preposisi agentif yaitu oleh, dan (3) preposisi penunjuk orang, misalnya: para, si, sang.
2. Konjungsi yang pada umumnya tidak terdapat pada akhir kalimat dan tidak selalu diikuti oleh nominal, yang dipat dibedakan lagi menjadi. tiga golongan yaitu: (1) konjungsi setara, misalnya: dan, tetapi, namun, atau, (2)konjungsi taksetara, misalnya: sambil, seraya, demi, dan (3) konjungsi korelatif, misalnya: kian…kian, makin…makin, baik…maupun, walau…sekalipun.
3. Penunjuk kecaraan atau modalita yang distribusinya lebih luas daripada preposisi dan konjugasi. Ada di antaranya yang berbentuk klitika. Kelompok ini dapat dibedakan menjadi sepuluh yaitu: (a) pengingkaran, misalnya: bukan, tidak, (b) penegasan, misalnya: bahva, toh, lah, pun, (c) pertanyaan, misalnya: adakah , apakah, (d) pelarangan, misalnya: jangan, jangan sampai, (e) pengharapan, misalnya: semoga, mudah-mudahan, (f) permintaan, misalnya: silakan, sudila,. (g) penujuan, misalnya: agar, supaya, (h) penguluran, misalnya: meski, biar, (i) pensyaratan, misalnya: jika jikalau, dan (j) penyangsian, misalnya: jangan-jangan, gerangan, entah.
4. Penunjuk segi atau aspek yang biasanya tidak terdapat pada akhir kalimat dan pada umumnya mendahului verbal. Kelompok ini dapat dibedakan menjadi: (1) segi komplektif, misalnya: telah, sudah, (2) segi duratif, misalnya: sedang, tengah, dan (3) segi berantisipasi, misalnya akar.
5. Penunjuk derajat yang berdistribusi preverbal atau purnaverbal dan kadang-kadang terdapat pada akhir kalimat, misalnya: amat, sangat, agak, sekali, benar.

DAFTAR PUSTAKA
Anton M. Moeliono. 1967. Bahasa dan Kesusastran Indonsia halaman 45-52
Chaer, Abdul. 2008. Morfologi Bahasa Indonesi (Pendekatan Proses). Jakarta: Rinika Cipta

Tidak ada komentar:

Posting Komentar