Kamis, 31 Januari 2019

Jenis Morfem Bahasa Indonesia



1) Ditinjau dari Hubungannya
Pengklasifikasian morfem dari segi hubungannya, masih dapat kita lihat dari hubungan struktural dan hubungan posisi.
a) Ditinjau dari Hubungan Struktur
Menurut hubungan strukturnya, morfem dapat dibedakan menjadi tiga macam yaitu morfem bersifat aditif (tambahan) yang bersifat replasif (penggantian), dan yang bersifat substraktif (pengurangan). Morfem yang bersifat aditif yaitu morfem-morfem yang biasa yang pada umumnya terdapat pada semua bahasa, seperti pada urutan putra, tunggal, -nya, sakit. Unsur-unsur morfem tersebut tidak lain penambahan yang satu dengan yang lain. Morfem yang bersifat replasif yaitu morfem-morfem berubah bentuk atau berganti bentuk dari morfem asalnya. Perubahan bentuk itu mungkin disebabkan oleh perubahan waktu atau perubahan jumlah. Contoh morfem replasif ini terdapat dalam bahasa Inggris. Untuk menyatakan jamak, biasanya dipergunakan banyak alomorf. Bentuk-bentuk /fiyt/, /mays/, /mεn/ masing-masing merupakan dua morfem /f…t/, /m…s/, /m…n/ dan /iy ← u/, /ay← aw/, /ε/, /æ/. Bentuk-bentuk yang pertama dapat diartikan masing-masing ‗kaki‘, ‗tikus‘, dan ‗orang‘, sedangkan bentuk-bentuk yang kedua merupakan alomorf-alomorf jamak.
Bentuk-bentuk yang kedua inilah yang merupakan morfem-morfem atau lebih tepatnya alomorf-alomorf yang bersifat penggantian itu, karena /u/ diganti oleh /iy/ pada kata foot dan feet, /aw/ diganti oleh /ay/ pada kata mouse dan mice, dan /æ/ diganti oleh / ε/ pada kata man dan men.
Morfem bersifat substraktif, misalnya terdapat dalam bahasa Perancis. Dalam bahasa ini, terdapat bentuk ajektif yang dikenakan pada bentuk betina dan jantan secara ketatabahasaan. Perhatikanlah bentuk-bentuk berikut !

Betina
/mov εs/
/fos/
/bon/
/sod/
/ptit/
Jantan
/mov ε/
/fo/
/bo/
/so/
/pti/
Arti
buruk
palsu
baik
panas
kecil

Bentuk-bentuk yang ‗bersifat jantan‘ adalah ‗bentuk betina‘ yang dikurangi konsonan akhir. Jadi dapat dikatakan bahwa pengurangan konsonan akhir itu merupakan morfem jantan.
Berdasarkan pernyataan di atas, kita akan berpendapat bahwa untuk ―membetinakan morfem ―jantan bisa dilakukan dengan cara menambahkan morfem-morfem lain. Itu bisa saja, tetapi kita harus ingat bahwa morfem tersebut mempunyai bermacam-macam alomorf.
Jika diketahui bentuk jantannya, kita tidak dapat memastikan dengan tegas bentuk ―betinanya. Misal diketahui bentuk jantan / fraw / ‗ dingin ‗ kita tidak dapat secara tepat mematikan bahwa bentuk ‗‘ betinanya ― / frawd /. Berbeda jika bentuk betinanya yang diketahui, bentuk jantannya akan dapat dipastikandengan mudah yakni menghilangkan sebuah fonem akhir, Misalnya / gras / :gemuk: merupakan bentuk betina, maka jantannya patilah / gra /.
b) Ditinjau dari Hubungan Posisi
Dilihat dari hubungan posisinya, morfem pun dapat dibagi menjadi tiga macam yakni ; morfem yang bersifat urutan, sisipan, dan simultan. Tiga jenis morfem ini akan jelas bila diterangkan dengan memakai morfem-morfem imbuhan dan morfem lainnya.
Contoh morfem yang bersifat urutan terdapat pada kata berpakaian yaitu / ber-/+/-an/. Ketiga morfem itu bersifat berurutan yakni yang satu terdapat sesudah yang lainnya.
Contoh morfem yang bersifat sisipan dapat kita lihat dari kata / telunjuk/. Bentuk tunjuk merupakan bentuk kata bahasa Indonesia di samping telunjuk. Kalau diuraikan maka akan menjadi / t…unjuk/+/-e1-/.
Morfem simultan atau disebut pula morfem tidak langsung terdapat pada kata-kata seperti /k∂hujanan/. /k∂siaηgan/ dan sebagainya. Bentuk /k∂hujanan/ terdiri dari /k∂…an/ dan /hujan/, sedang /kesiangan/ terdiri dari /ke…an/ dan /siaη/. Bentuk /k∂-an/ dalam bahasa
Indonesia merupakan morfem simultan, terbukti karena bahasa Indonesia tidak mengenal bentuk /k∂hujan/ atau /hujanan/ maupun /k∂siaη/ atau /sianaη/. Morfem simultan itu serin disebut morfem kontinu ( discontinous morpheme ).

2) Ditinjau dari Distribusinya
Ditinjau dari distribusinya, morem dapat dibagi menjadi dua macam yaitu morfem bebas dan morem ikat. Morfem bebas ialah morfem yang dapat berdiri dalam tuturan biasa , atau morfem yang dapat berfungsi sebagai kata, misalnya : bunga, cinta, sawah, kerbau. Morfem ikat yaitu morfem yang tidak dapat berdiri sendiri dalam tuturan biasa, misalnya : di-, ke-, -i, se-, ke-an. Disamping itu ada bentuk lain seperti juang, gurau, yang selalu disertai oleh salah satu imbuhan baru dapat digunakan dalam komunikasi yang wajar. Samsuri (1982:188 )menamakan bentuk-bentuk seperti bunga, cinta, sawah, dan kerbau dengan istilah akar; bentuk-bentukseperti di-,ke-, -i, se-, ke-an dengan nama afiks atau imbuhan; dan juang, gurau dengan istilah pokok. Sementara itu Verhaar (1984:53) berturut-turut dengan istilah dasar afiks atau imbuhan dan akar. Selain itu ada satu bentuk lagi seperti belia, renta, siur yang masing-masing hanya mau melekat pada bentuk muda, tua, dan simpang, tidak bisa dilekatkan pada bentuk lain. Bentuk seperti itu dinamakan morfem unik. Dalam bahasa-bahasa tertentu, ada pula bentuk-bentuk biasanya sangat pende yang mempunyai fungsi ―memberikan fasilitas, yaitu melekatnya afiks atau bagi afiksasi selanjutnya. Contoh dalam bahasa Sansekerta, satuan /wad/ ‗menulis‘ tidak akan dibubuhi afiks apabila tidak didahului dengan pembubuhan satuan /a/ sehingga terjelma bentuk sekunder atau bentuk kedua yakni satuan /wada/ yang dapat yang dapat memperoleh akhiran seperti wadati, wadama. Bentuk /a/ seperti itu disebut pembentuk dasar.
Sehubungan dengan distribusinya, afiks atau imbuhan dapat pula dibagi menjadi imbuhan terbuka dan tertutup. Imbuhan terbuka yaitu imbuhan yang setelah melekat pada suatu benda masih dapat menerima kehadiran imbuhan lain. Sebagai contoh afiks /p∂r/ setelah dibubuhakn pada satuan /b∂sar/ menjadi perbesar /p∂rb∂sar/. Satuan /p∂rb∂sar/ masih menerima afiks lain seperti /di/ sehingga menjadi /dip∂rb∂sar/. Imbuhan /p∂r/ dinamakan imbuhan terbuka, karena masih dapat menerima kehadiran afiks /di/. Sedangkan yang dimaksud dengan imbuhan tertutup ialah imbuhan atau afiks yang setelah melekat pada suatu bentuk tidak dapat menerima kehadiran bentuk lain, misalnya afiks /di/ setelah melekat pada satuan /baca/ menjadi /dibaca/ tidak dapat menerima kehadiran afiks lainnya. Afiks /di/ itulah merupakan contoh afiks atau imbuhan tertutup.

Jenis morfem berdasarkan produktivitasnya
Bentuk-bentuk linguistic dapat dijeniskan atas dasar kemampuannya membentuk kata-kata. Biasanya hanya dibatasi pada morfem-morfem terikat. Khusunya afiks, dalam Bahasa Indonesia ada morfem afiks yang sangat produktif membentuk kata-kata baru, ada yang tak produktif, bahkan ada yang sedang cenderung produktif dan  sedang cenderung tak produktif. Misalnyamorfemafiks {ke-an} dapatmembentuk kata baru : keterlaluan, keadilan, dll
·                Afiks produktif adalah morfem afiks yang terus menerus mampu membentuk kata-kata baru
·                Afiks tak produktif adalah morfem afiks yang sudah  tidak mampu lagi membentuk kata-kata baru
Jenis morfem berdasarkan relasi antar unsurnya
Morfem-morfem segmental dalam Bahasa Indonesia, ada yang unsur-unsurnya merupakan satu kesatuan yang tak terpisahkan dalam pemakaiannya, tetapi ada pula yang sebaliknya. Contoh dalam kalimat “ kesuksesan selalu didambakan setiap manusia yang ingin maju”. Kalimat itu terdiri atas delapan kata. Ada yang berdiri atas satu morfem (selalu, manusia, yang, ingin, maju) yang terdiri atas dua morfem (kesuksesan, setiap), dan yang terdiri  atas tiga morfem (didambakan). Dalam pemakaiannya, unsur-unsur (dalam hal ini berupa fonem-fonem) yang membentuk morfem “selalu, manusia, yang, ingin, maju, sukses, damba, se-, di-, dan –kan. Merupakan deretan morfem yang tak terpisahkan antara satu dengan yang lainnya.
·         Morfem utuh adalah morfem yang deretannya tidak terpisahkan
·         Morfem terbelah adalah morfem yang terpisah dalam pemakaiannya, seperti {ke-an}

Jenis morfem berdasarkan sumbernya
Berdasarkan sumbernya, morfem Bahasa Indonesia dapat dikelompokkan atas  mofem yang berasal dari Bahasa Indonesia asli, morfem yang berasal dari Bahasa daerah yang berada di wilayah Indonesia. Dan morfem yang berasal dari Bahasa asing.
-          Morfemafiks yang berasaldari Bahasa Indonesia asli dapat digolongkan menjadi empat kelompok, yaitu : {prefiks, infiks, sufiks, dankonfiks}
-          Yang tergolong prefix adalah {meN-}, {peN-}, dsb.
-          Yang tergolong infiks adalah {-el-},{-me}, dan {-er-}
-          Yang tergolong sufiks adalah {-an-}, {-kan} dan {-i}
-          Yang tergolong konfiks adalah { pe-an}, {ke-an}, {per-an}.
·         Morfem afiks seperti {ke-} dalam ketawa, {pra-} dalam prasangka, {-wan} dalam peragawan, {bi-} dalam bilingual, {non-} dalam nonpolitik, adalah morfem serapan yang dipakai dalam Bahasa Indonesia.

Jenis morfem berdasarkan jumlah fonem yang menjadi unsurnya
Dilihat dari jumlahnya, morfem-morfem itu ada yang berunsur satu fonem, tetapi ada juga yang berunsur lebih daru satu fonem.
-          Morfem yang berunsur satu fonem disebut MONOFONEMIS. Misalnya morfem {-i} dalam memtiki dan {a-} dalam amoral.
-          Morfem yang berunsur lebih dari satu fonem disebut POLIFONEMIS, misalnya {an-}, {di-}, {ke-}, [duafonem]. {ber-}, {meN-}, {di-}, {dua}, {itu}, {api}, [tigafonem]. {satu}, {daki}. Dll
-          Secara konkret, morfem yang monofonemis itu hannyalah morfemafiks, sedaangkan morfem-morfem yang berjenis lain belum ada yang monofonemis.

Jenis morfem berdasarkan keterbukaannya bergabung dengan morfem lain.
Dalam pemakaiannya morfem-morfem Bahasa Indonesia ada yang mempunyai kemungkinan bergabung dengan morfem lain, tetapi ada juga yang tidak.
Kata-kata benda yang dapat dipakai sebagai alat untuk melakukaan pekerjaan. Misalnya : paku, bajak, jarum dan tongkat. Mempunyai sifat keterbukaan yang berbeda. Kata pakudan bajak dapat dibentuk menjadi kontruksi yang lebih besar dengan membubuhkan afiks {meN-} dan {di-} sehingga menjadi memaku, dipaku, membajak dan dipajak. Akan tetapi, untuk membentuk konsep “melakukan pekerjaan dengan alat tongkat”, penutur Bahasa Indonesia belum pernah terdengar menggunakan kontruksi “menjarum dan menongkat”. Konsep itu hanya dapat menggunakan bentuk urai, misalnnya menjahit dengan jarum dan memukul dengan tongkat oleh  sebabitu, bentuk paku dan  bajak dikatakan sebagai BENTUK TERBUKA, sedangkan bentuk jarum dan tongkat dikatakan sebagai BENTUK TERTUTUP.



Jenis morfem berdasarkan bermakna tidaknya,
Atas dasar bermakna tidaknya morfem, ia bisa dikelompokkan kedalam dua kelompok, yaitu kelompok yang bermakna dan kelompok yang tidak bermakna.
-          Morfem kelompok bermakna : sesuai dengan namanya -selalubermakna- maknanya bisa dicari dalam  kamus-kamus umum. Contohnya : lapar, lapor, kuda, merah, dll.  Karena morfemnya langsung bermakna dan maknanya bisa diperiksa dalam kamus, bisa juga disebut morfem leksikal.
-          Morfem kelompok tidak bermakna : memang tidak punya makna (sendiri). Contohnya : {ter-}, {di-}, {pen}, {se-}, {-i}, {-an}, {-el} dll. Kelompo kini baru diketahui maknanya bila sudah berada dalam kontruksi yang lebih besar atau dikatakan melekat pada bentuk-bentuk dasar, bentuk dari kelompok pertama. Karena itulah, morfem-morfem ini disebut saja “Morfem gramatikal”.
(Chaer, 2015:16-25)
Daftar Pustaka
Chaer, Abdul. 2008. Morfologi Bahasa Indonesi (Pendekatan Proses). Jakarta: Rinika Cipta
Ramlan,M.2009.morfologi.Yogyakarta: CV Karyono
Alwi, Hasan.2003. Tata Bahasa Baku Bahasa Indonesia. Edisi ke III. Jakarta : Balai Pustaka

Tidak ada komentar:

Posting Komentar