Kamis, 31 Januari 2019

REDUPLIKASI



1)      Masalah Bentuk Dasar Kata Ulang
Kalau kita tinjau berbagai buku tata bahasa, di antara mereka terdapat perbedaan dalam mengklasifikasikan atau membagi-bagi kata. Sebagai contoh, kata berjalan-jalan oleh Gorys Keraf (1982:120) dan Alisahbana (l954:68) dimasukan ke dalam macam kata ulang berimbuhan, sedangkan Slametmulyana (1957:38), Ramlan (1983:57), dan Ahmad slamet (1982:61) menggolongkannya ke dalam kata ulang sebagian.
Perbedaan pengklasifikasian atau penggolongan sperti di atas disebabkan oleh bedanya sistem konsepsi (Parera, 1980:40). Keraf dan Aliisjahbana berdsarkan pada konsepsi kata dasar, sedangkan Slamet ulyana, Ramlan, dan Ahmadslamet. berlandaskan pada bentuk dasar. Kata dasar merupakan istilah dalam tata bahasa tradisional yang maknanya hampir sama dengan bentuk bebas yakni kata yang belum mengalami perubahan atau penambahan. (Alisahbana, 1954:6). Umumnya kata dasar bahasa Indonesia dan juga semua bahasa yang sekeluarga dengan bahasa Indonesia terjadi dari dua suku kata (Keraf,1982:51) .
Dengan berbedanya konsepsi dalam membahas pengulangan, maka jelaslah hasilnya pun akan berbeda. Berdasarkan hasil teori, saya cenderung terhadap pendapat yang menggunakan bentuk dasar sebagai konsepsi penggolongan pengulangan. Dengan perkataan Lain, bentuk dasar pengulangan mungkin merupakan bentuk (satuan) yang bermorfem tunggal mungkin pula jamak.

2)         Menentukan Bentuk Dasar Kata Ulang
Untuk mementukan bentuk dasar suatu kata ulang, Ramlan, (1983:57) rnenggunakan dua prinsip. Kedua prinsip tersebut ialah:
1) Reduplikasi (pengulangan) pada dasarnya tidak mengubah golongan atau jenis kata. Dengan berpegang pada prinsip tersebut dapatlah ditentukan jika kata ulang itu termasuk jenis kata kerja, maka bentuk dasarnya pun kata kerja. Jika kata ulang tersebut termasuk kata benda, maka bentuk dasarnya pun kata benda. Perhatikan contoh-contah berikut!
berkata-kata (k. kerja): bentuk dasarnya berkata (kata kerja) bukan kata (kata benda)
gunung-gunung (k. benda): bentuk dasarnya gunung (kata benda)
kemerah-merahan (k. sifat): bentuk dasarnya merah (k. sifat )
melemparkan (k. kerja): bentuk dasarnya melempar (k. kerja)
pemikiran-pemikiran (k. benda) : bentuk dasarnya pemikiran (k. benda)
2) Bentuk dasar kata ulang selalu berupa bentuk (satuan) yang terdapat dalam penggunaan bahasa. Contohnya:
mempertahan-tahankan : bentuk dasarnya mempertahankan bukan memertahan
karena tidak terdapat di dalam pemakaian bahasa
rnengata-ngatakan : bentuk dasarnya mengatakan
berdesak-desakkan : bentuk dasarnya berdesakkan
Pada kata ulang menulis-nuliskan, ada dua kemungkinan sebagai bentuk dasarnya. Pertama bentuk dasarnya mungkin menulis diulang menjadi menulis-nulis, setelah itu mendapat afiks -kan menjadi menulis-nuliskan. Kedua, bentuk dasarnya mungkin menuliskan diulang menjadi menulis-nuliskan.

Reduplikasi adalah proses pengulangan kata dasar baik keseluruhan maupun sebagian.
Reduplikasi dalam bahasa Indonesia dapat dibagi sebagai berikut:
a. pengulangan seluruh
Dalam bahasa Indonesia perulangan seluruh adalah perulangan bentuk dasar tanpa perubahan fonem dan tidak dengan proses afiks.
Misalnya:
orang orang-orang
cantik cantik-cantik
b. pengulangan sebagian
Pengulangan sebagian adalah pengulangan sebagian morfem dasar, baik bagian awal maupun bagian akhir morfem.
Misalnya:
tamu tetamu
berapa beberapa
c. pengulangan dengan perubahan fonem
Pengulangan dengan perubahan fonem adalah morfem dasar yang diulang mengalami perubahan fonem.
Misalnya:
lauk lauk-pauk
gerak gerak-gerik
d. pengulangan berimbuhan.
Pengulangan berimbuhan adalah pengulangan bentuk dasar diulang secara keseluruhan dan mengalami proses pembubuhan afiks. Afiks yang dibubuhkan bisa berupa prefiks, sufiks, atau konfiks.
Perhatikan data berikut!
batu batu-batuan
hijau kehijau-hijauan
tolong tolong-menolong
 Pembagian Proses Pengulangan atau Reduplikasi
Proses pengulangan atau reduplikasi ialah pengulangan satuan gramatikal,baik seluruhnya maupun sebagiannya, baik dengan variasi fonem maupun tidak. Hasil pengulangan disini disebut kata ulang, sedangkan satuan yang diulang merupakan bentuk dasar. Misalnya kata ulang rumah-rumahan dari bentuk dasar rumah. Kata ulang perumahan-perumahan dari bentuk dasar perumahan, kata ulang jalan–jalan dibentuk dasar berjalan, kata ulang bolak-balik dari bentuk dasar balik. Menurut Abdul Chaer ( 2008 : 179 - 208 ) pembagian proses pengulangan atau reduplikasi adalah sebagai berikut:
1.      Reduplikasi Fonologis
Reduplikasi fonologis berlangsung terhadap dasar yang bukan akar atauterhadap bentuk yang statusnya lebih dari akar. Status bentuk yang diulang tidak jelas dan reduplikasi fonogis ini tidak menghasilkan makna gramatikal, melainkan makna leksikal. Yang termasuk reduplikasi fonologis adalah bentuk-bentuk seperti:
·         Kuku, dada, pipi, cincin, dan sisi. Bentuk-bentuk tersebut bukan berasal dari ku, da, pi, cin dan si. Jadi, bentuk bentuk tersebut adalah sebuah kata yang bunyi kedua suku katanya sama.
·         Foya-foya, tubi-tubi, sema-sema, anai-anai dan ani-ani. Bentuk-bentuk memang jelas sebagai bentuk ulang, yang diulang secara utuh. Namun, bentuk dasarnya tidak berstatus sebagai akar yang mandiri.
·         Laba-laba, kupu-kupu, paru-paru, onde-onde dan rama-rama. Bentuk-bentuk ini juga jelas sebagai bentuk ulang dan dasar yang diulang pun jelas ada, tetapi hasil reduplikasinya tidak melahirkan makna gramatikal. Hasil reduplikasinya hanya menghasilkan makna leksikal.
·         Mondar-mandir, luntang lantung, lunggang-langgang, kocar-kacir dan teka-teki. Bentuk-bentuk ini tidak diketahui mana yang menjadi bentuk dasar pengulangannya. Sedangkan maknanya pun hanyalah makna leksikal, bukan makna gramatikal. Dalam berbagai buku tata bahasa tradisional, bentuk-bentuk ini disebut kata ulang semu.
2.      Reduplikasi Sintaksis
Reduplikasi sintaksis adalah proses pengulangan terhadap sebuah dasar yang biasanya berupa akar, tetapi menghasilkan satuan bahasa yang statusnya lebih tinggi daripada sebuah kata. Kridalaksana ( 1989 ) menyebutnya menghasilkan sebuah ‘ulangan kata’, bukan ‘kata ulang’. Contoh:
§  Jauh – jauh sekali negeri yang akan kita datangi.
§  Panas – panas memang rasanya hatiku.
Bentuk – bentuk reduplikasi sintaksis memiliki ikatan yang cukup longgar sehingga kedua unsurnya memiliki potensi untuk dipisahkan. Contoh :
-          Jangan kau dekati pemuda itu, jangan.
-          Panas memang panas rasa hatiku.
Reduplikasi sintaksis ini memiliki makna ‘ menegakan ‘ atau ‘ menguatkan. Dalam hal ini terasuk juga reduplikasi yang dilakukan terhadap sejumlah kata ganti orang ( pronomina persona ). Contoh :
-          Yang tidak datang ternyata dia dia juga.
-          Mereka mereka memang sengaja tidak diundang.
Reduplikasi intaksis termasuk juga yang dilakukan terhadap akar yang menyatakan waktu. Contoh:
-          Besok – besok kamu boleh datang ke sini.
-          Hari – hari menjelang pilkda beliau tampak sibuk.
3.      Reduplikasi Semantis
Reduplikasi semantis adalah pengulangan “makna” yang sama dari dua buah kata yang bersinonim. Misalnya ilmu pengetahuan, alim ulama dan cerdik cendakia. Kita lihat kata ilmu dan kata pengetahuan memiliki makna yang sama; kata alim dan ulama juga memiliki makna yang sama. Demikian juga kata cerdik dan juga kata cendekia.
4.      Reduplikasi Morfologis
Reduplikasi morfologis dapat terjadi pada bentuk dasar yang berupa akar, berupa bentuk berafiks dan berupa bentuk komposisi. Prosesnya dapat berupa pengulangan utuh, pengulangan berubah bunyi, dan pengulangan sebagian.
a.       Pengulangan akar, Bentuk dasar yang berupa akar memiliki tiga macam proses pengulangan, yaitu :
o   Pengulangan utuh, bentuk dasar itu di ulang tanpa melakukan perubahan bentuk fisik dari akar itu. Misalnya, meja – meja ( bentuk dasar meja ).
o   Pengulangan sebagian, yang diulang dari bentuk dasar itu hany salah satu suku katanya saja disertai dengan ‘ pelemahan ‘ bunyi. Misalnya, leluhur ( bentuk dasar luhur ). Perlu dicatat bentuk dasar dalam pengulangan sebagian ini dapat juga diulang secara utuh, tetapi dengan perbedaan makna gramatikalnya.
o   Pengulangan dengan perubahan bunyi, bentuk dasar itu diulang tetapi disertai dengan perubahan bunyi. Yang berubah bisa bunyi vokalnya dan bisa pul bunyi konsonannya. Bentuk yang berubah bunyi bisa menduduki :
ð  Yang berubah unsur pertamanya. Contoh : bolak – balik, kelap – kelip, corat – coret, dll.
ð  Yng berubah unsur keduanya. Contoh : ramah – tamah, lauk – pauk, sayur – mayur, dll.
o   Pengulangan dengan infiks, sebuah akar diulang tetapi diberi infiks pada unsur ulangannya. Misalnya, turun – temurun dan tali – temali.
b.      Pengulangan dasar berafiks. Berikut ini dibicarakan proses itu dengan afiksnya satu per- satu :
o   Akar berprefiks ber -. Ada dua macam pengulangan akar berprefiks ber – yaitu :
ð  Pada akar mula – mula diimbuhkan prefiks ber -, lalu dilakukan pengulangan sebagian dan yang diulang hanya akarnya saja. Contoh :
Berlari – lari ( dari ber - + lari ).
Beralan – jalan ( dari ber - +  jalan ).
ð  Pengulangan dilakukan serentak dengan pengimbuhan prefiks ber -. Contoh :
Berhari – hari.
Bermeter – meter.
o   Akar berkonfiks ber – an direduplikasikan sebagian, yaitu hanya akarnya saja. Misalnya :
Berlari – larian.
Berkejar – kejaran.
Berpeluk – pelukan.
o   Akar berprefiks me – direduplikasikan hanya akarnya saja, tetapi ada dua macam cara, yaitu :
ð  Bersifat progresif, pengulangan ke arah depan atau ke arah kanan. Contoh :
Menari – nari. ( dasar menari ).
Melihat – lihat. ( dasar melihat ).
ð  Bersifat regresif, pengulangan ke arah belakang atau ke arah kiri. Contoh :
Tembak – menembak. ( dasar menembak ).
Pukul – memukul. ( dasar memukul ).
o   Akar berklofiks me – kan direduplikasikan hanya akarnya saja. Misalnya :
Membeda – bedakan.
Melebih – lebihkan.
Membesar – besarkan.
o   Akar berklofiks me – I direduplikasikan hanya akarnya saja. Misalnya :
Menulis – nulisi.
Mengurang – ngurangi.
Melempar – lempari.
o   Akar berprefiks pe – direduplikasikan secara utuh. Misalnya :
Pemuda – pemuda.
Pembina – pembina.
o   Akar berkonfiks pe – an direduplikasikan secara utuh. Misalnya :
Penjelasan – penjelasan.
Pelatihan – pelatihan.
Bentuk reduplikasi itu boleh saja digunakan tetapi lebih baik menggunakan adverbia semua, seluruh, dan sejumlah bila ingin menyatakan plural. Misalnya :
Semua pembangunan.
Seluruh pembinaan.
o   Akar berkonfiks per – an direduplikasikan haruslah secara utuh. Misalnya :
Pertokoan – pertokoan.
Peraturan – peraturan.
o   Akar bersufiks – an ada dua cara pereduplikasinya.
ð  Dengan mengulang secara utuh bentuk bersufiks – an. Contoh :
Aturan – aturan.
Tulisan – tulisan.
Latihan – latihan.
ð  Mengulang akarnya saja yang sekaligus disertai dengan pengulangannya. Contoh :
Obat – obatan.
Biji – bijian.
Batu – batuan.
o   Akar berprefiks se – direduplikasikan dengan dua cara, yaitu :
ð  Diulang secara utuh. Contoh :
Sedikit – sedikit.
Sekali – sekali.
ð  Hanya mengulang bentuk akarnya saja. Contoh :
Sekali – kali.
Sejauh – jauh.
o   Akar berprefiks ter – direduplikasikan hanya akarnya saja. Misalnya :
Terbawa – bawa.
Tertawa – tawa.
Tersedu – sedu.
o   Akar berkonfiks se – nya direduplikasikan hanya akarnya saja. Misalnya :
Secepat – cepatnya.
Sebaik – baiknya.
o   Akar berkonfiks ke – an direduplikasikan hanya akarnya saja. Misalnya :
Keragu – raguan.
Kebiru – biruan.
o   Akar berinfiks ( - em, - el, - er, -m- ) direduplikasikan sekaligus dalam pengimbuhan infiks dan proses reduplikasi. Misalnya :
Tali – temali.
Sinar – seminar.
c.       Reduplikasi KompositumReduplikasi kompositum/gabungan kata/kata majemuk secara umum dapat dibedakan atas ( a ) yang kedua unsurnya sederajat, seperti tua muda, ayam itik, dan tikar bantal; dan ( b ) yang kedua unsurnya tidak sederajat seperti rumah sakit, surat kabar, dan keras kepala. Reduplikasi terhadap dasar kompositum dilakukan dalam dua cara:
·         Reduplikasi secara utuh dilakukan terhadap yang kedua unsurnya sederajat dandilakukan terhadap yang kedua unsurnya tidak sederajat tetapi memiliki makna idiomatikal. Contoh:
- ayam itik-ayam itik
- kasur bantal-kasur bantal
- tua muda-tua muda
Bentuk-bentuk diatas direduplikasikan secara utuh karena kedua unsurnya membentuk satu kesatuan makna.
·         Reduplikasi secara sebagian dilakukan terhadap kompositum yang kedua unsurnya tidak sederajat dan tidak bermakna idiomatikal. Contoh:
- surat-surat kabar
- rumah-rumah sakit
- buku-buku agama
Bentuk-bentuk di atas diulang hanya sebagian karena kedua unsurnya tidak memiliki makna idiomatikal. Kedua unsurnya membangun makna gramatikal. Ada tiga catatan yang perlu diperhatikan, yaitu:
Pertama, dalam tata bahasa tradisional gabungan kata harus direduplikasikan secara utuh karena dianggap sebagai sebuah kata.
Kedua, gabungan kata yang kedua unsurnya tidak sederajat dan tidak bermakna idiomatikal, boleh saja direduplikasikan sebagian karena ada kaidah yang membolehkan dilakukan hanya sebagian.
Ketiga, sesungguhnya bentuk-bentuk kompositum tidak perlu direduplikasikan kalau hanya bertujuan mendapatkan makna plural. Untuk keperluan itu lebih baik menggunakan adverbia yang menyatakan plural, seperti semua, banyak, beberapa, sejumlah, dan sebagainya. Contoh: banyak rumah sakit, beberapa surat kabar, semua jemaah haji
Catatan:
Selain yang dibicarakan di atas masih ada satu macam reduplikasi yang tidak produktif tetapi lazim dibicarakan orang. Reduplikasi itu adalah reduplikasi yang dilakukan tiga kali disertai perubahan bunyi. Contoh: dar-der-dor, cas-cis-cus, dag-dig-dug ( Chaer, 2008 : 189 – 191 ).
5.      Reduplikasi Dasar Nomina
Reduplikasi dasar nomina, secara morfologis nomina dapat berbentuk akar. Dasar nomina bila direduplikasikan antara lain, akan melahirkan makna gramatikal yang menyatakan :
-          Banyak
-          Banyak dan bermacam – macam
-          Banyak dengan ukuran tertentu
-          Menyerupai atau seperti
-          Saat atau waktu
Bentuk dasar dan bentuk reduplikasi yang melahirkan makna gramatikal :
a.       Dasar nomina baik berupa akar, bentuk berprefiks pe -, prefiks ke -, konfiks pe – an, konfiks per – an, konfiks ke – an, sufiks – an, dan berupa gabungan kata apabila direduplikasikan akan memiliki makna gramatikal ‘ banyak ‘ kalau memiliki komponen makna ( + terhitung ). Misalnya :
ð  Peraturan – peraturan daerah itu harus ditinjau lagi.
b.      Dasar nomina khususnya dalam bentuk akar bila direduplikasikan akan memiliki makna gramatikal ‘ banyak dan bermacam – macam ‘ apabila memiliki komponen makna ( + berjenis ). Misalnya :
ð  Indonesia akan mengirim obat – obatan ke Libanon.
c.       Dasar nomina khususnya dalam bentuk dasar direduplikasikan akan memiliki makna gramatikal ‘ banyak dengan satuan ukuran tertentu ‘ apabila memiliki komponen makna ( + ukuran ) atau ( + takaran ). Misalnya :
ð  Kami sudah berhari – hari belum makan.
d.      Dasar nomina khususnya dalam bentuk akar bila direduplikasikan akan memiliki makna gramatikal ‘ menyerupai ‘ atau ‘ seperti ‘apabila memiliki komponen makna ( + bentuk tertentu ) atau ( + sifat tertentu ). Misalnya :
ð  Adik menangis minta dibelikan mobil – mobilan.
e.       Dasar nomina khususnya dalam bentuk akar bila direduplikasikan akan memiliki makna gramatikal ‘ saat ‘ atau ‘ waktu ‘apabila memiliki komponen makna ( + saat ). Misalnya :
ð  Pagi – pagi sekali dia sudah pergi bekerja.
6.      Reduplikasi Dasar Verba
Reduplikasi dasar verba, makna gramatikal yang dapat dihasilkan dalam proses reduplikasi terhadap dasar verba ini :
-          Kejadian berulang kali
-          Kejadian berintensitas
-          Kejadian berbalasan
-          Dilakukan tanpa tujuan ( dasar )
-          Hal tindakan
-          Begitu ( dasar )
Bentuk dasar dan makna reduplikasi yang terjadi pada dasar verba ini :
a.       Dasar verba apabila direduplikasikan akan memiliki makna gramatikal ‘ kejadian berulang kali ‘ apabila dasar itu memiliki komponen makna ( + tindakan ) dan ( - durasi ). Misalnya :
ð  Dari tadi beliau marah – marah terus.
b.      Dasar verba apabila direduplikasikan akan memiliki makna gramatikal ‘ Kejadian berintensitas ‘ apabila dasar itu memiliki komponen makna ( + tindakan ) dan ( + durasi ). Misalnya :
ð  Mereka berlari – lari di halaman sekolah.
c.       Dasar verba apabila direduplikasikan akan memiliki makna gramatikal ‘ berbalasan ‘ apabila dasar itu memiliki komponen makna ( + tindakan ) dan ( - durasi ) serta dalam bentuk berprefiks me – regresif. Misalnya :
ð  Kita tidak boleh salah – menyalahkan dulu.
d.      Dasar verba apabila direduplikasikan akan memiliki makna gramatikal ‘ dilakukan tanpa tujuan ( dasar ) ‘ apabila dasar itu memiliki komponen makna ( + tindakan ) dan ( + durasi ). Misalnya :
ð  Mari kita duduk – duduk di taman depan.
e.       Dasar verba apabila direduplikasikan akan memiliki makna gramatikal ‘ hal me…… ‘ apabila dasar itu memiliki komponen makna ( + tindakan ) dan ( + durasi ) serta dalam bentuk reduplikasi berprefiks me – regresif. Misalnya :
ð  Menerima pekerjaan ketik – mengetik.
f.       Dasar verba apabila direduplikasikan akan memiliki makna gramatikal ‘ begitu ( dasar ) ‘ apabila dasar itu memiliki komponen makna ( + tindakan ) dan ( + saat ). Misalnya :
ð  Saya tidak sadar, tahu – tahu dia sudah berada didepanku.
7.      Reduplikasi Dasar Ajektifa
Reduplikasi dasar ajektifa, makna gramatikal yang dapat dihasilkan dalam proses reduplikasi terhadap dasar ajektifa ini :
-          Banyak yang ( dasar )
-          Se ( dasar ) mungkin
-          Hanya yang ( dasar )
-          Sedikit bersifat ( dasar )
-          Meskipun ( dasar )
-          Semua ( dasar ) dengan
-          Intensitas
Bentuk reduplikasi dan makna gramatikal yang terjadi pada dasar ajektifa ini :
a.       Dasar ajektifa apabila direduplikasikan akan menghasilkan makna gramatikal ‘ banyak yang dasar ‘ jika bentuk dasar memiliki komponen makna ( + keadaan ) dan ( + ukuran ). Misalnya :
ð  Pohon – pohon di hutan itu besar – besar.
b.      Dasar ajektifa apabila direduplikasikan akan menghasilkan makna gramatikal ‘ se ( dasar ) mungkin ‘ jika bentuk dasar memiliki komponen makna ( + keadaan ) dan ( + ukuran ). Misalnya :
ð  Buang jauh – jauh pikiran seperti itu.
c.       Dasar ajektifa apabila direduplikasikan akan menghasilkan makna gramatikal ‘ hanya yang ( dasar ) ‘ jika bentuk dasar memiliki komponen makna ( + keadaan ) dan ( + ukuran ). Misalnya :
ð  Kumpulkan buah itu yang besar – besar saja.
d.      Dasar ajektifa apabila direduplikasikan akan menghasilkan makna gramatikal ‘ sedikit bersifat ( dasar ) ‘ jika bentuk dasar memiliki komponen makna ( + keadaan ) dan ( + warna ). Misalnya :
ð  Dari jauh air laut tampak kebiru – biruan.
e.       Dasar ajektifa apabila direduplikasikan akan menghasilkan makna gramatikal ‘ meskipun ( dasar ) ‘ jika bentuk dasar memiliki komponen makna ( + keadaan ) dan ( + sikap ). Misalnya :
ð  Kecil – kecil berani dia melawan preman itu.
f.       Dasar ajektifa apabila direduplikasikan akan menghasilkan makna gramatikal ‘ sama ( dasar ) dengan ‘ jika bentuk dasar memiliki komponen makna ( + keadaan ) dan ( + ukuran ). Misalnya :
ð  Nyamuk di situ segede – gede lalat hijau.
g.       Dasar ajektifa apabila direduplikasikan akan menghasilkan makna gramatikal ‘ intensitas ‘ jika bentuk dasar memiliki komponen makna ( + keadaan ) dan ( + ukuran ). Misalnya :
ð  Janganlah kamu melemah – lemahkan semangat dia.
8.      Reduplikasi Dasar Kelas Tertutup
Yang termasuk kelas tertutup adalah kata – kata yang termasuk dalam kelas adverbia, pronomina, numeralia, konjungsi, artikulus, dan interjeksi. Kata – kata yang termasuk dalam kelas tertutup ini pun ada yang mengalami proses reduplikasi :
a.       Reduplikasi dasar adverbia negasi
Kosakata adverbia negasi adalah bukan, tidak, tak, dan tiada. Yang terlibat dalam proses reduplikasi hanyalah bukan dan tidak, bentuk tak dan tiada tidak terlibat dalam proses itu. Misalnya :
ð  Di sini kamu jangan bicara yang bukan – bukan.
ð  Anak itu selalu menangis meminta yang tidsak – tidak.
b.      Reduplikasi dasar adverbia larangan
Kosakata adverbia larangan adalah jangan dan tidak boleh. Yang berkenaan dengan reduplikasi hanyalah akar jangan seperti tampak dalam kalimat :
ð  Mari kita segera pulang, jangan – jangan ayah sudah di rumah.
ð  Hari ini dia tidak masuk sekolah, kemarin dia juga tidak masuk sekolah, jangan – jangan dia sakit.
c.       Reduplikasi dasar adverbia kala
Kosakata adverbia kala adalah kata – kata sudah dan telah untuk menyatakan kata lampau ; sedang, tengah, dan lagi untuk menyatakan kala kini ; akan dan mau untuk menyatakan kala yang akan datang. Sebagai adverbia kala yang terlibat dalam proses reduplikasi sudah dan akan, seperti tampak dalam kalimat :
ð  Kalau mengingat yang sudah – sudah kami memang kasihan kepadanya.
d.      Reduplikasi dasar adverbia keharusan
Kosakata adverbia keharusan adalah barangkali, kali, dan mungkin yang menyatakan kemungkinan ; mesti, harus, dan wajib yang menyatakan keharusan ; mau, ingin, dan hendak yang menyatakan keinginan ; dan boleh yang menyatakan kebolehan. Sebagai adverbia keharusan yang terlibat dalam reduplikasi hanyalah kali, mau, dan boleh. Seperti pada kalimat :
ð  Jangan bekerja semau – maunya saja.
e.       Reduplikasi dasar adverbia jumlah
Kosakata adverbia jumlah ada banyak, sedikit, lebih, kurang, dan cukup. Semuanya terlibat dalam proses reduplikasi. Seperti pada kalimat berikut :
ð  Beri dia minum sedikit – sedikit.
ð  Kami dapat membantu sebanyak – banyaknya.
f.       Reduplikasi dasar adverbia taraf
Kosakata adverbia taraf adalah agak, sangat, amat, sekali, sedang, kurang, dan paling. Yang terlibat dalam proses reduplikasi hanyalah agak dan paling. Seperti dalam kalimat berikut :
ð  Harus dihitung yang benar, jangan mengagak – agak saja.
ð  Harganya paling – paling seribu rupiah.
g.       Reduplikasi dasar adverbia frekuensi
Kosakata adverbia frekuensi adalah sekali, jarang, sering, dan lagi. Semuanya terlibat dalam proses reduplikasi. Seperti dalam kalimat :
ð  Sekali – sekali dia datang juga ke sini.
ð  Sering – seringlah kau singgah di situ.
h.      Reduplikasi dasar numeralia
Kosakata numeralia yang terlibat dalam reduplikasi adalah nama – nama bilangan bulat juga bilangan seperti sepertiga, setengah, seperempat, dan sebagainya. Contoh :
ð  Anak – anak itu dibariskan dua – dua.
ð  Mereka diberi uang seratus – seratus.
i.        Reduplikasi dasar konjungsi koordinatif
Kosakata konjungsi koordinatif adalah dan yang menyatakan ‘ gabungan ‘ ; serta yang menyatakan ‘ kesertaan ‘ ; tetapi, namun dan melainkan yang menyatakan ‘ kebalikan ‘ ; bahkan dan malah ( an ) yang menyatakan ‘ penguatan ‘ ; kemudian, setelah, sesudah, dan lalu yang menyatakan ‘ hubungan waktu ‘. Semuanya tidak ada yang terlibat dalam proses reduplikasi. Memang ada bentuk lalu – lalu seperti :
ð  Kita tidak perlu mengingat lagi kejadian yang lalu –lalu.
j.        Reduplikasi dasar konjungsi subordinatif
Kosakata konjungsi subordinatif adalah karena, sebab, asal, dan lantaran yang menyatakan ‘ sebab ‘ ; kalau, jika, jikalau, andai, andaikata, dan seandainya yang menyatakan ‘ persyaratan ‘ ; meski ( pun ), biar ( pun ), walau ( pun ), kendati ( pun ) yang menyatakan ‘ penguatan ‘ ; hingga, sehingga, dan sampai yang menyatakan ‘ batas ‘ ; dan kecuali yang menyatakan ‘ perkecualian ‘. Namun yang terlibat dalam proses reduplikasi hanyalah kalau, andai, dan sampai. Seperti dalam kalimat :
ð  Mari kita ke kebun, kalau – kalau ada durian jatuh.
ð  Kami Cuma berandai – andai, tidak memikirkan yang sebenarnya.

DAFTAR PUSTAKA
Chaer, Abdul. 2008. Morfologi Bahasa Indonesi (Pendekatan Proses). Jakarta: Rinika Cipta