1) Masalah
Bentuk Dasar Kata Ulang
Kalau kita tinjau berbagai buku tata bahasa, di antara
mereka terdapat perbedaan dalam mengklasifikasikan atau membagi-bagi kata.
Sebagai contoh, kata berjalan-jalan oleh Gorys Keraf (1982:120) dan Alisahbana
(l954:68) dimasukan ke dalam macam kata ulang berimbuhan, sedangkan
Slametmulyana (1957:38), Ramlan (1983:57), dan Ahmad slamet (1982:61)
menggolongkannya ke dalam kata ulang sebagian.
Perbedaan pengklasifikasian atau penggolongan sperti di
atas disebabkan oleh bedanya sistem konsepsi (Parera, 1980:40). Keraf dan
Aliisjahbana berdsarkan pada konsepsi kata dasar, sedangkan Slamet ulyana,
Ramlan, dan Ahmadslamet. berlandaskan pada bentuk dasar. Kata dasar merupakan
istilah dalam tata bahasa tradisional yang maknanya hampir sama dengan bentuk
bebas yakni kata yang belum mengalami perubahan atau penambahan. (Alisahbana,
1954:6). Umumnya kata dasar bahasa Indonesia dan juga semua bahasa yang
sekeluarga dengan bahasa Indonesia terjadi dari dua suku kata (Keraf,1982:51) .
Dengan berbedanya konsepsi dalam membahas pengulangan, maka
jelaslah hasilnya pun akan berbeda. Berdasarkan hasil teori, saya cenderung
terhadap pendapat yang menggunakan bentuk dasar sebagai konsepsi penggolongan
pengulangan. Dengan perkataan Lain, bentuk dasar pengulangan mungkin merupakan
bentuk (satuan) yang bermorfem tunggal mungkin pula jamak.
2) Menentukan
Bentuk Dasar Kata Ulang
Untuk mementukan bentuk dasar suatu kata ulang, Ramlan,
(1983:57) rnenggunakan dua prinsip. Kedua prinsip tersebut ialah:
1) Reduplikasi (pengulangan) pada dasarnya tidak mengubah
golongan atau jenis kata. Dengan berpegang pada prinsip tersebut dapatlah
ditentukan jika kata ulang itu termasuk jenis kata kerja, maka bentuk dasarnya
pun kata kerja. Jika kata ulang tersebut termasuk kata benda, maka bentuk
dasarnya pun kata benda. Perhatikan contoh-contah berikut!
berkata-kata (k. kerja): bentuk dasarnya berkata (kata
kerja) bukan kata (kata benda)
gunung-gunung (k. benda): bentuk dasarnya gunung (kata
benda)
kemerah-merahan (k. sifat): bentuk dasarnya merah (k. sifat
)
melemparkan (k. kerja): bentuk dasarnya melempar (k. kerja)
pemikiran-pemikiran (k. benda) : bentuk dasarnya pemikiran
(k. benda)
2) Bentuk dasar kata ulang selalu berupa bentuk (satuan)
yang terdapat dalam penggunaan bahasa. Contohnya:
mempertahan-tahankan : bentuk dasarnya
mempertahankan bukan memertahan
karena tidak terdapat di dalam pemakaian
bahasa
rnengata-ngatakan : bentuk dasarnya
mengatakan
berdesak-desakkan : bentuk dasarnya
berdesakkan
Pada kata ulang menulis-nuliskan, ada dua
kemungkinan sebagai bentuk dasarnya. Pertama bentuk dasarnya mungkin menulis
diulang menjadi menulis-nulis, setelah itu mendapat afiks -kan menjadi
menulis-nuliskan. Kedua, bentuk dasarnya mungkin menuliskan diulang menjadi
menulis-nuliskan.
Reduplikasi
adalah proses pengulangan kata dasar baik keseluruhan maupun sebagian.
Reduplikasi
dalam bahasa Indonesia dapat dibagi sebagai berikut:
a. pengulangan
seluruh
Dalam bahasa
Indonesia perulangan seluruh adalah perulangan bentuk dasar tanpa perubahan
fonem dan tidak dengan proses afiks.
Misalnya:
orang → orang-orang
cantik → cantik-cantik
b. pengulangan
sebagian
Pengulangan
sebagian adalah pengulangan sebagian morfem dasar, baik bagian awal maupun
bagian akhir morfem.
Misalnya:
tamu → tetamu
berapa → beberapa
c. pengulangan
dengan perubahan fonem
Pengulangan
dengan perubahan fonem adalah morfem dasar yang diulang mengalami perubahan
fonem.
Misalnya:
lauk → lauk-pauk
gerak → gerak-gerik
d. pengulangan
berimbuhan.
Pengulangan
berimbuhan adalah pengulangan bentuk dasar diulang secara keseluruhan dan
mengalami proses pembubuhan afiks. Afiks yang dibubuhkan bisa berupa prefiks,
sufiks, atau konfiks.
Perhatikan
data berikut!
batu → batu-batuan
hijau → kehijau-hijauan
tolong →
tolong-menolong
Pembagian
Proses Pengulangan atau Reduplikasi
Proses pengulangan atau reduplikasi ialah
pengulangan satuan gramatikal,baik seluruhnya maupun sebagiannya, baik dengan
variasi fonem maupun tidak. Hasil pengulangan disini disebut kata ulang,
sedangkan satuan yang diulang merupakan bentuk dasar. Misalnya kata ulang
rumah-rumahan dari bentuk dasar rumah. Kata ulang perumahan-perumahan dari
bentuk dasar perumahan, kata ulang jalan–jalan dibentuk dasar berjalan, kata
ulang bolak-balik dari bentuk dasar balik. Menurut Abdul Chaer ( 2008 : 179 -
208 ) pembagian proses pengulangan atau reduplikasi adalah sebagai berikut:
1. Reduplikasi
Fonologis
Reduplikasi fonologis berlangsung terhadap
dasar yang bukan akar atauterhadap bentuk yang statusnya lebih dari akar.
Status bentuk yang diulang tidak jelas dan reduplikasi fonogis ini tidak
menghasilkan makna gramatikal, melainkan makna leksikal. Yang termasuk
reduplikasi fonologis adalah bentuk-bentuk seperti:
· Kuku,
dada, pipi, cincin, dan sisi. Bentuk-bentuk tersebut bukan berasal dari ku, da,
pi, cin dan si. Jadi, bentuk bentuk tersebut adalah sebuah kata yang bunyi
kedua suku katanya sama.
· Foya-foya,
tubi-tubi, sema-sema, anai-anai dan ani-ani. Bentuk-bentuk memang jelas sebagai
bentuk ulang, yang diulang secara utuh. Namun, bentuk dasarnya tidak berstatus
sebagai akar yang mandiri.
· Laba-laba,
kupu-kupu, paru-paru, onde-onde dan rama-rama. Bentuk-bentuk ini juga jelas
sebagai bentuk ulang dan dasar yang diulang pun jelas ada, tetapi hasil
reduplikasinya tidak melahirkan makna gramatikal. Hasil reduplikasinya hanya
menghasilkan makna leksikal.
· Mondar-mandir,
luntang lantung, lunggang-langgang, kocar-kacir dan teka-teki. Bentuk-bentuk
ini tidak diketahui mana yang menjadi bentuk dasar pengulangannya. Sedangkan
maknanya pun hanyalah makna leksikal, bukan makna gramatikal. Dalam berbagai
buku tata bahasa tradisional, bentuk-bentuk ini disebut kata ulang semu.
2. Reduplikasi
Sintaksis
Reduplikasi sintaksis adalah proses
pengulangan terhadap sebuah dasar yang biasanya berupa akar, tetapi
menghasilkan satuan bahasa yang statusnya lebih tinggi daripada sebuah kata.
Kridalaksana ( 1989 ) menyebutnya menghasilkan sebuah ‘ulangan kata’, bukan
‘kata ulang’. Contoh:
§ Jauh – jauh sekali negeri yang akan kita datangi.
§ Panas – panas memang rasanya hatiku.
Bentuk – bentuk reduplikasi sintaksis memiliki
ikatan yang cukup longgar sehingga kedua unsurnya memiliki potensi untuk
dipisahkan. Contoh :
- Jangan
kau dekati pemuda itu, jangan.
- Panas
memang panas rasa hatiku.
Reduplikasi sintaksis ini memiliki makna ‘
menegakan ‘ atau ‘ menguatkan. Dalam hal ini terasuk juga reduplikasi yang
dilakukan terhadap sejumlah kata ganti orang ( pronomina persona ). Contoh :
- Yang
tidak datang ternyata dia dia juga.
- Mereka
mereka memang sengaja tidak diundang.
Reduplikasi intaksis termasuk juga yang
dilakukan terhadap akar yang menyatakan waktu. Contoh:
- Besok
– besok kamu boleh datang ke sini.
- Hari
– hari menjelang pilkda beliau tampak sibuk.
3. Reduplikasi
Semantis
Reduplikasi semantis adalah pengulangan
“makna” yang sama dari dua buah kata yang bersinonim. Misalnya ilmu
pengetahuan, alim ulama dan cerdik cendakia. Kita lihat kata ilmu dan kata
pengetahuan memiliki makna yang sama; kata alim dan ulama juga memiliki makna
yang sama. Demikian juga kata cerdik dan juga kata cendekia.
4. Reduplikasi
Morfologis
Reduplikasi morfologis dapat terjadi pada
bentuk dasar yang berupa akar, berupa bentuk berafiks dan berupa bentuk
komposisi. Prosesnya dapat berupa pengulangan utuh, pengulangan berubah bunyi,
dan pengulangan sebagian.
a. Pengulangan
akar, Bentuk dasar yang berupa akar memiliki tiga macam proses pengulangan,
yaitu :
o Pengulangan
utuh, bentuk dasar itu di ulang tanpa melakukan perubahan bentuk fisik dari
akar itu. Misalnya, meja – meja ( bentuk dasar meja ).
o Pengulangan
sebagian, yang diulang dari bentuk dasar itu hany salah satu suku katanya saja
disertai dengan ‘ pelemahan ‘ bunyi. Misalnya, leluhur ( bentuk dasar luhur ).
Perlu dicatat bentuk dasar dalam pengulangan sebagian ini dapat juga diulang
secara utuh, tetapi dengan perbedaan makna gramatikalnya.
o Pengulangan
dengan perubahan bunyi, bentuk dasar itu diulang tetapi disertai dengan
perubahan bunyi. Yang berubah bisa bunyi vokalnya dan bisa pul bunyi
konsonannya. Bentuk yang berubah bunyi bisa menduduki :
ð Yang berubah unsur pertamanya. Contoh : bolak –
balik, kelap – kelip, corat – coret, dll.
ð Yng berubah unsur keduanya. Contoh : ramah – tamah,
lauk – pauk, sayur – mayur, dll.
o Pengulangan
dengan infiks, sebuah akar diulang tetapi diberi infiks pada unsur ulangannya.
Misalnya, turun – temurun dan tali – temali.
b. Pengulangan
dasar berafiks. Berikut ini dibicarakan proses itu dengan afiksnya satu per-
satu :
o Akar
berprefiks ber -. Ada dua macam pengulangan akar berprefiks ber – yaitu :
ð Pada akar mula – mula diimbuhkan prefiks ber -, lalu
dilakukan pengulangan sebagian dan yang diulang hanya akarnya saja. Contoh :
Berlari – lari ( dari ber - + lari ).
Beralan – jalan ( dari ber -
+ jalan ).
ð Pengulangan dilakukan serentak dengan pengimbuhan
prefiks ber -. Contoh :
Berhari – hari.
Bermeter – meter.
o Akar
berkonfiks ber – an direduplikasikan sebagian, yaitu hanya akarnya saja.
Misalnya :
Berlari – larian.
Berkejar – kejaran.
Berpeluk – pelukan.
o Akar
berprefiks me – direduplikasikan hanya akarnya saja, tetapi ada dua macam cara,
yaitu :
ð Bersifat progresif, pengulangan ke arah depan atau
ke arah kanan. Contoh :
Menari – nari. ( dasar menari ).
Melihat – lihat. ( dasar melihat ).
ð Bersifat regresif, pengulangan ke arah belakang atau
ke arah kiri. Contoh :
Tembak – menembak. ( dasar menembak ).
Pukul – memukul. ( dasar memukul ).
o Akar
berklofiks me – kan direduplikasikan hanya akarnya saja. Misalnya :
Membeda – bedakan.
Melebih – lebihkan.
Membesar – besarkan.
o Akar
berklofiks me – I direduplikasikan hanya akarnya saja. Misalnya :
Menulis – nulisi.
Mengurang – ngurangi.
Melempar – lempari.
o Akar
berprefiks pe – direduplikasikan secara utuh. Misalnya :
Pemuda – pemuda.
Pembina – pembina.
o Akar
berkonfiks pe – an direduplikasikan secara utuh. Misalnya :
Penjelasan – penjelasan.
Pelatihan – pelatihan.
Bentuk reduplikasi itu boleh saja digunakan
tetapi lebih baik menggunakan adverbia semua, seluruh, dan sejumlah bila ingin
menyatakan plural. Misalnya :
Semua pembangunan.
Seluruh pembinaan.
o Akar
berkonfiks per – an direduplikasikan haruslah secara utuh. Misalnya :
Pertokoan – pertokoan.
Peraturan – peraturan.
o Akar
bersufiks – an ada dua cara pereduplikasinya.
ð Dengan mengulang secara utuh bentuk bersufiks – an.
Contoh :
Aturan – aturan.
Tulisan – tulisan.
Latihan – latihan.
ð Mengulang akarnya saja yang sekaligus disertai
dengan pengulangannya. Contoh :
Obat – obatan.
Biji – bijian.
Batu – batuan.
o Akar
berprefiks se – direduplikasikan dengan dua cara, yaitu :
ð Diulang secara utuh. Contoh :
Sedikit – sedikit.
Sekali – sekali.
ð Hanya mengulang bentuk akarnya saja. Contoh :
Sekali – kali.
Sejauh – jauh.
o Akar
berprefiks ter – direduplikasikan hanya akarnya saja. Misalnya :
Terbawa – bawa.
Tertawa – tawa.
Tersedu – sedu.
o Akar
berkonfiks se – nya direduplikasikan hanya akarnya saja. Misalnya :
Secepat – cepatnya.
Sebaik – baiknya.
o Akar
berkonfiks ke – an direduplikasikan hanya akarnya saja. Misalnya :
Keragu – raguan.
Kebiru – biruan.
o Akar
berinfiks ( - em, - el, - er, -m- ) direduplikasikan sekaligus dalam
pengimbuhan infiks dan proses reduplikasi. Misalnya :
Tali – temali.
Sinar – seminar.
c. Reduplikasi Kompositum. Reduplikasi
kompositum/gabungan kata/kata majemuk secara umum dapat dibedakan atas
( a ) yang kedua unsurnya sederajat, seperti tua muda, ayam itik, dan
tikar bantal; dan ( b ) yang kedua unsurnya tidak sederajat seperti
rumah sakit, surat kabar, dan keras kepala. Reduplikasi terhadap dasar
kompositum dilakukan dalam dua cara:
· Reduplikasi secara utuh dilakukan terhadap yang
kedua unsurnya sederajat dandilakukan terhadap yang
kedua unsurnya tidak sederajat tetapi memiliki makna idiomatikal. Contoh:
- ayam itik-ayam itik
- kasur bantal-kasur
bantal
- tua muda-tua muda
Bentuk-bentuk diatas
direduplikasikan secara utuh karena kedua unsurnya membentuk satu kesatuan
makna.
· Reduplikasi secara sebagian dilakukan terhadap
kompositum yang kedua unsurnya tidak sederajat dan tidak bermakna
idiomatikal. Contoh:
- surat-surat kabar
- rumah-rumah sakit
- buku-buku agama
Bentuk-bentuk di atas
diulang hanya sebagian karena kedua unsurnya tidak memiliki makna idiomatikal.
Kedua unsurnya membangun makna gramatikal. Ada tiga catatan yang perlu
diperhatikan, yaitu:
Pertama, dalam tata bahasa tradisional gabungan kata harus
direduplikasikan secara utuh karena dianggap sebagai sebuah kata.
Kedua, gabungan kata yang kedua unsurnya tidak sederajat dan
tidak bermakna idiomatikal, boleh saja direduplikasikan sebagian karena ada
kaidah yang membolehkan dilakukan hanya sebagian.
Ketiga, sesungguhnya bentuk-bentuk kompositum tidak perlu
direduplikasikan kalau hanya bertujuan mendapatkan makna plural. Untuk
keperluan itu lebih baik menggunakan adverbia yang menyatakan plural, seperti
semua, banyak, beberapa, sejumlah, dan sebagainya. Contoh: banyak rumah
sakit, beberapa surat kabar, semua jemaah haji
Catatan:
Selain yang dibicarakan
di atas masih ada satu macam reduplikasi yang tidak produktif tetapi lazim
dibicarakan orang. Reduplikasi itu adalah reduplikasi yang dilakukan tiga kali
disertai perubahan bunyi. Contoh: dar-der-dor, cas-cis-cus, dag-dig-dug
( Chaer, 2008 : 189 – 191 ).
5. Reduplikasi
Dasar Nomina
Reduplikasi dasar nomina, secara morfologis
nomina dapat berbentuk akar. Dasar nomina bila direduplikasikan antara lain,
akan melahirkan makna gramatikal yang menyatakan :
- Banyak
- Banyak
dan bermacam – macam
- Banyak
dengan ukuran tertentu
- Menyerupai
atau seperti
- Saat
atau waktu
Bentuk dasar dan bentuk reduplikasi yang
melahirkan makna gramatikal :
a. Dasar
nomina baik berupa akar, bentuk berprefiks pe -, prefiks ke -, konfiks pe – an,
konfiks per – an, konfiks ke – an, sufiks – an, dan berupa gabungan kata
apabila direduplikasikan akan memiliki makna gramatikal ‘ banyak ‘ kalau
memiliki komponen makna ( + terhitung ). Misalnya :
ð Peraturan – peraturan daerah itu harus ditinjau
lagi.
b. Dasar
nomina khususnya dalam bentuk akar bila direduplikasikan akan memiliki makna
gramatikal ‘ banyak dan bermacam – macam ‘ apabila memiliki komponen makna ( +
berjenis ). Misalnya :
ð Indonesia akan mengirim obat – obatan ke Libanon.
c. Dasar
nomina khususnya dalam bentuk dasar direduplikasikan akan memiliki makna
gramatikal ‘ banyak dengan satuan ukuran tertentu ‘ apabila memiliki komponen
makna ( + ukuran ) atau ( + takaran ). Misalnya :
ð Kami sudah berhari – hari belum makan.
d. Dasar
nomina khususnya dalam bentuk akar bila direduplikasikan akan memiliki makna
gramatikal ‘ menyerupai ‘ atau ‘ seperti ‘apabila memiliki komponen makna ( +
bentuk tertentu ) atau ( + sifat tertentu ). Misalnya :
ð Adik menangis minta dibelikan mobil – mobilan.
e. Dasar
nomina khususnya dalam bentuk akar bila direduplikasikan akan memiliki makna
gramatikal ‘ saat ‘ atau ‘ waktu ‘apabila memiliki komponen makna ( + saat ).
Misalnya :
ð Pagi – pagi sekali dia sudah pergi bekerja.
6. Reduplikasi
Dasar Verba
Reduplikasi dasar verba, makna gramatikal yang
dapat dihasilkan dalam proses reduplikasi terhadap dasar verba ini :
- Kejadian
berulang kali
- Kejadian
berintensitas
- Kejadian
berbalasan
- Dilakukan
tanpa tujuan ( dasar )
- Hal
tindakan
- Begitu
( dasar )
Bentuk dasar dan makna reduplikasi yang
terjadi pada dasar verba ini :
a. Dasar
verba apabila direduplikasikan akan memiliki makna gramatikal ‘ kejadian
berulang kali ‘ apabila dasar itu memiliki komponen makna ( + tindakan ) dan (
- durasi ). Misalnya :
ð Dari tadi beliau marah – marah terus.
b. Dasar
verba apabila direduplikasikan akan memiliki makna gramatikal ‘ Kejadian
berintensitas ‘ apabila dasar itu memiliki komponen makna ( + tindakan ) dan (
+ durasi ). Misalnya :
ð Mereka berlari – lari di halaman sekolah.
c. Dasar
verba apabila direduplikasikan akan memiliki makna gramatikal ‘ berbalasan ‘
apabila dasar itu memiliki komponen makna ( + tindakan ) dan ( - durasi ) serta
dalam bentuk berprefiks me – regresif. Misalnya :
ð Kita tidak boleh salah – menyalahkan dulu.
d. Dasar
verba apabila direduplikasikan akan memiliki makna gramatikal ‘ dilakukan tanpa
tujuan ( dasar ) ‘ apabila dasar itu memiliki komponen makna ( + tindakan ) dan
( + durasi ). Misalnya :
ð Mari kita duduk – duduk di taman depan.
e. Dasar
verba apabila direduplikasikan akan memiliki makna gramatikal ‘ hal me…… ‘
apabila dasar itu memiliki komponen makna ( + tindakan ) dan ( + durasi ) serta
dalam bentuk reduplikasi berprefiks me – regresif. Misalnya :
ð Menerima pekerjaan ketik – mengetik.
f. Dasar
verba apabila direduplikasikan akan memiliki makna gramatikal ‘ begitu
( dasar ) ‘ apabila dasar itu memiliki komponen makna ( + tindakan ) dan (
+ saat ). Misalnya :
ð Saya tidak sadar, tahu – tahu dia sudah berada
didepanku.
7. Reduplikasi
Dasar Ajektifa
Reduplikasi dasar ajektifa, makna gramatikal
yang dapat dihasilkan dalam proses reduplikasi terhadap dasar ajektifa ini :
- Banyak
yang ( dasar )
- Se
( dasar ) mungkin
- Hanya
yang ( dasar )
- Sedikit
bersifat ( dasar )
- Meskipun
( dasar )
- Semua
( dasar ) dengan
- Intensitas
Bentuk reduplikasi dan makna gramatikal yang
terjadi pada dasar ajektifa ini :
a. Dasar
ajektifa apabila direduplikasikan akan menghasilkan makna gramatikal ‘ banyak
yang dasar ‘ jika bentuk dasar memiliki komponen makna ( + keadaan ) dan ( +
ukuran ). Misalnya :
ð Pohon – pohon di hutan itu besar – besar.
b. Dasar
ajektifa apabila direduplikasikan akan menghasilkan makna gramatikal ‘ se (
dasar ) mungkin ‘ jika bentuk dasar memiliki komponen makna ( + keadaan ) dan (
+ ukuran ). Misalnya :
ð Buang jauh – jauh pikiran seperti itu.
c. Dasar
ajektifa apabila direduplikasikan akan menghasilkan makna gramatikal ‘ hanya
yang ( dasar ) ‘ jika bentuk dasar memiliki komponen makna ( + keadaan ) dan (
+ ukuran ). Misalnya :
ð Kumpulkan buah itu yang besar – besar saja.
d. Dasar
ajektifa apabila direduplikasikan akan menghasilkan makna gramatikal ‘ sedikit
bersifat ( dasar ) ‘ jika bentuk dasar memiliki komponen makna ( + keadaan )
dan ( + warna ). Misalnya :
ð Dari jauh air laut tampak kebiru – biruan.
e. Dasar
ajektifa apabila direduplikasikan akan menghasilkan makna gramatikal ‘ meskipun
( dasar ) ‘ jika bentuk dasar memiliki komponen makna ( + keadaan ) dan ( +
sikap ). Misalnya :
ð Kecil – kecil berani dia melawan preman itu.
f. Dasar
ajektifa apabila direduplikasikan akan menghasilkan makna gramatikal ‘ sama ( dasar
) dengan ‘ jika bentuk dasar memiliki komponen makna ( + keadaan ) dan ( +
ukuran ). Misalnya :
ð Nyamuk di situ segede – gede lalat hijau.
g. Dasar
ajektifa apabila direduplikasikan akan menghasilkan makna gramatikal ‘
intensitas ‘ jika bentuk dasar memiliki komponen makna ( + keadaan ) dan ( +
ukuran ). Misalnya :
ð Janganlah kamu melemah – lemahkan semangat dia.
8. Reduplikasi
Dasar Kelas Tertutup
Yang termasuk kelas tertutup adalah kata –
kata yang termasuk dalam kelas adverbia, pronomina, numeralia, konjungsi,
artikulus, dan interjeksi. Kata – kata yang termasuk dalam kelas tertutup ini
pun ada yang mengalami proses reduplikasi :
a. Reduplikasi
dasar adverbia negasi
Kosakata adverbia negasi adalah bukan, tidak,
tak, dan tiada. Yang terlibat dalam proses reduplikasi hanyalah bukan dan
tidak, bentuk tak dan tiada tidak terlibat dalam proses itu. Misalnya :
ð Di sini kamu jangan bicara yang bukan – bukan.
ð Anak itu selalu menangis meminta yang tidsak –
tidak.
b. Reduplikasi
dasar adverbia larangan
Kosakata adverbia larangan adalah jangan dan
tidak boleh. Yang berkenaan dengan reduplikasi hanyalah akar jangan seperti
tampak dalam kalimat :
ð Mari kita segera pulang, jangan – jangan ayah sudah
di rumah.
ð Hari ini dia tidak masuk sekolah, kemarin dia juga
tidak masuk sekolah, jangan – jangan dia sakit.
c. Reduplikasi
dasar adverbia kala
Kosakata adverbia kala adalah kata – kata
sudah dan telah untuk menyatakan kata lampau ; sedang, tengah, dan lagi untuk
menyatakan kala kini ; akan dan mau untuk menyatakan kala yang akan datang.
Sebagai adverbia kala yang terlibat dalam proses reduplikasi sudah dan akan,
seperti tampak dalam kalimat :
ð Kalau mengingat yang sudah – sudah kami memang
kasihan kepadanya.
d. Reduplikasi
dasar adverbia keharusan
Kosakata adverbia keharusan adalah barangkali,
kali, dan mungkin yang menyatakan kemungkinan ; mesti, harus, dan wajib yang
menyatakan keharusan ; mau, ingin, dan hendak yang menyatakan keinginan ; dan
boleh yang menyatakan kebolehan. Sebagai adverbia keharusan yang terlibat dalam
reduplikasi hanyalah kali, mau, dan boleh. Seperti pada kalimat :
ð Jangan bekerja semau – maunya saja.
e. Reduplikasi
dasar adverbia jumlah
Kosakata adverbia jumlah ada banyak, sedikit,
lebih, kurang, dan cukup. Semuanya terlibat dalam proses reduplikasi. Seperti
pada kalimat berikut :
ð Beri dia minum sedikit – sedikit.
ð Kami dapat membantu sebanyak – banyaknya.
f. Reduplikasi
dasar adverbia taraf
Kosakata adverbia taraf adalah agak, sangat,
amat, sekali, sedang, kurang, dan paling. Yang terlibat dalam proses
reduplikasi hanyalah agak dan paling. Seperti dalam kalimat berikut :
ð Harus dihitung yang benar, jangan mengagak – agak
saja.
ð Harganya paling – paling seribu rupiah.
g. Reduplikasi
dasar adverbia frekuensi
Kosakata adverbia frekuensi adalah sekali,
jarang, sering, dan lagi. Semuanya terlibat dalam proses reduplikasi. Seperti
dalam kalimat :
ð Sekali – sekali dia datang juga ke sini.
ð Sering – seringlah kau singgah di situ.
h. Reduplikasi
dasar numeralia
Kosakata numeralia yang terlibat dalam
reduplikasi adalah nama – nama bilangan bulat juga bilangan seperti sepertiga,
setengah, seperempat, dan sebagainya. Contoh :
ð Anak – anak itu dibariskan dua – dua.
ð Mereka diberi uang seratus – seratus.
i. Reduplikasi
dasar konjungsi koordinatif
Kosakata konjungsi koordinatif adalah dan yang
menyatakan ‘ gabungan ‘ ; serta yang menyatakan ‘ kesertaan ‘ ; tetapi, namun
dan melainkan yang menyatakan ‘ kebalikan ‘ ; bahkan dan malah ( an ) yang
menyatakan ‘ penguatan ‘ ; kemudian, setelah, sesudah, dan lalu yang menyatakan
‘ hubungan waktu ‘. Semuanya tidak ada yang terlibat dalam proses reduplikasi.
Memang ada bentuk lalu – lalu seperti :
ð Kita tidak perlu mengingat lagi kejadian yang lalu
–lalu.
j. Reduplikasi
dasar konjungsi subordinatif
Kosakata konjungsi subordinatif adalah karena,
sebab, asal, dan lantaran yang menyatakan ‘ sebab ‘ ; kalau, jika, jikalau,
andai, andaikata, dan seandainya yang menyatakan ‘ persyaratan ‘ ; meski ( pun
), biar ( pun ), walau ( pun ), kendati ( pun ) yang menyatakan ‘ penguatan ‘ ;
hingga, sehingga, dan sampai yang menyatakan ‘ batas ‘ ; dan kecuali yang
menyatakan ‘ perkecualian ‘. Namun yang terlibat dalam proses reduplikasi
hanyalah kalau, andai, dan sampai. Seperti dalam kalimat :
ð Mari kita ke kebun, kalau – kalau ada durian jatuh.
ð Kami Cuma berandai – andai, tidak memikirkan yang
sebenarnya.
DAFTAR PUSTAKA
Chaer,
Abdul. 2008. Morfologi Bahasa Indonesi
(Pendekatan Proses). Jakarta: Rinika Cipta