A.
Morfem imbuhan
Arti morfem imbuhan adalah arti suatu kata sebagai akibat
bergabungnya morefm satu dengan yang lain, arti structural atau arti gramatikal
(Masnur Muslich, 2010: 66).
Berikut ini uraian dari arti morfem - morfem imbuhan yang
terdapat dalam Bahasa Indonesia.
a. Morfem
imbuhan {meN-}
Arti morfem imbuhan ini bergantung pada kelas kata bentuk
dasarnya.
- Apabila bentuk dasarnya berkelas verba, maka memiliki arti,
a) ‘melakukan tindakan seperti
yang tersebut pada bentuk dasar’. Misalnya,
Mengambil ‘melakukan
tindakan ambil’
Menjual ‘melakukan tindakan jual’
b) ‘menjadi seperti tersebut
dalam bentuk dasar’ atau ‘dalam keadaan seperti bentuk dasar’
Melarut ‘menjadi/
dalam keadaan laut’
Menurun ‘menjadi/
dalam kedaan turun’
c) ‘membuat kesan seperti pada bentuk dasar
dengan sengaja’
Mengalah ‘membuat
kesan kalah dengan sengaja’
Membisu ‘membuat
kesan bisu dengan sengaja’
- Apabila bentuk dasarnya berkelas verba, maka memiliki arti,
a) ‘pergi ke…’ atau ‘menuju
ke…’. Misalnya,
Mendarat ‘menuju
ke darat’
Melaut ‘menuju
ke laut’
b) ‘mencari’ atau
‘mengumpulkan’, misalnya,
Merumput ‘mencari
rumput’
Merotan ‘mencari
rotan’
c) Menjadi sebagaimana yang
disebut dalam bentuk dasar’, misalnya
Membuah ‘menjadi
buah’
Membisu ‘menjadi
bisu’
d) ‘membubuhkan apa yang tersebut
dalam bentuk dasar’, misalnya,
Mencap ‘membubuhkan
cap’
Mencat ‘membubuhkan
cat’
e) ‘membuat apa yang tersebut
pada bentuk dasar’. misalnya,
Menyate ‘membuat
sate’
Menggulai ‘membuat
gulai’
f) ‘berlaku seperti yang
tersebt dalam bentuk dasar’, misalnya:
Membabi babi buta ‘berlaku
seperti babi buta’
Merajalela ‘berlaku
seperti rajalela’
g) ‘melakukan tindakan dengan
alat seperti bentuk dasar’. misalnya,
Menyabit ‘melakukan
sabit’
Men(ge)tik ‘melakukan
tik’
h) ‘meminum atau menghisap
seperti yang tersebut dalam bentuk dasar. misalnya,
Mengopi ‘meminum
kopi’
Merokok ‘menghisap
rokok’
i) ‘menyerupai
seperti bentuk dasar’, misalnya
Menyemt ‘menyerupai
semt’
Membukit ‘menyerupai
bukit’
j) ‘dalam keadaan
berfungsi sebagai seperti bentk dasar’. misalnya,
Menjanda ‘dalam
keadaan berfngsi seperti janda’
Menyopir ‘berfungsi
seperti sopir’
k) ‘mengelarkan bnyi seperti
bentuk dasar’.misal,
Mengeong ‘mengelarkan
bunyi ngeong’
Mencicit ‘mengelarkan
bunyi cicit’
- Apabila bentuk dasarnya berkelas verba, maka memiliki arti,
a) ‘menjadi seperti bentuk
dasar dengan sendirinya’
Menguning (padi) ‘menjadi
kuning dengan sendirinya’
Memutih (rambut) ‘menjadi
putih dengan sendirinya’
b) ‘menimbulkan kesan seperti
bentuk dasar’. misal,
Memanjang ‘menimbulkan
kesan panjang’
Memutih ‘menimbulkan
kesan putih’
b. Morfem imbuhan
{ber-}
Bentuk dasar yang dapat bergabung dengan imbuhan {ber-}
dapat dikelompokan atas empat kelas antara lain berkelas kata kerja,kata benda,kata sifat
dan kata bilangan.
Ø Apabila bentuk dasarnya berkelas
kata kerja, maka imbuhan {ber-} mempunyai arti seperti berikut:
a)
‘dalam keadaan seperti bentuk dasar’:
ber- + Ada = berada ‘dalam keadaan ada’;
b)
‘menjadi seperti bentuk dasar’:
ber- + Ubah = berubah ‘menjadi ubah’;
c)
‘melakukan seperti bentuk dasar’:
ber- + Lari = berlari ‘melakukan kegiatan lari’;
Ø Apabila bentuk dasarnya berkelas
kata benda, maka imbuhan {ber-} mempunyai arti seperti berikut:
a)
‘memakai ‘atau’ mengenakan’, mislnya:
ber- + Dasi = berdasi ‘memakai atau mengenakan
dasi’;
b)
‘mempunyai apa yang tersebut pada bentuk dasarnya’,misalnya:
ber- + Kumis = berkumis ‘mempunyai kumis’;
c) ‘mengeluarkan’,misalnya:
ber- + Suara = bersuara ‘mengeluarkan suara’;
d)
‘mengerjakan ‘atau’ menggarap’,misalnya:
ber- + Ladang = berladang ‘mengerjakan atau menggarap
ladang’;
e)
‘mengendarai ‘atau’ mempergunakan’,misalnya:
ber- + Sepeda = bersepeda ‘mengendarai ‘atau’
mempergunakan sepeda’;
f)
‘bermain seperti bentuk dasar’:
ber- + Catur = bercatur ‘bermain catur’;
Ø Apabila bentuk dasarnya berkelas
kata sifat, maka imbuhan {ber-} mempunyai arti ‘dalam keadaan’.
Contohnya, ber- + Duka = berduka
Ø Apabila bentuk dasarnya berkelas
kata bilangan , maka imbuhan {ber-} mempunyai arti ‘menjadi’ atau
‘kumpulan yang terdiri atas satu, berdua, berlima, dan sebagainya’. Misalnya berlima
Ø Apabila bentuk dasarnya berkelas kata bilangan ada pada proses pengulangan pada kelas
numeralia in, maka morfem {ber-} memiliki arti ‘dalam jumlah kelipatan seperti
tersebut pada bentuk dasar’. Misalnya, berpuluh-puluh.
c.
Morfem imbuhan {di-}
Arti imbuhan {di-} hanya satu, yaitu
menyatakan tindakan yang pasif atau semata-mata dihubungkan dengan fungsi
subyeknya.
Contoh: diambil,diangkat,disirami,dibayar dan sebagainya.
d.
Morfem imbuhan {ter-}
Imbuhan {ter-} adalah bentuk dasar
yang berkelas kata kerja,kata sifat, dan kata benda.
ü Apabila bentuk dasarnya berkelas
kata benda, maka imbuhan {ter-} mempunyai arti seperti berikut:
1.
‘tak sengaja di (seperti bentuk dasar)’
ter- + Cangkul = tercangkul ‘tak sengaja dicangkul’
2.
‘dapat di (seperti bentuk dasar) kan/i’
ter- Bukti = terbukti ‘dapat
dibuktikan’
ü Apabila bentuk dasarnya berkelas
kata kerja, maka imbuhan {ter-} mempunyai arti seperti berikut:
1.
‘menyatakan bahwa pekerjaan yang dilakukan tidak disengaja’,misalnya tersentuh,tertiup,tergeret,terganggu.
2.
‘dapat ‘atau’ sanggup’,misalnya:
ter- + Kejar = terkejar dalam kalimat Pencuri itu terkejar juga.
3.
‘menyatakan bahwa pekerjaan sudah selesai (perfektif)’,misalnya:
ter- + Tulis = tertulis, dalam
kalimat Namanya tertulis di madding
kampus.
4.
‘ketiba-tibaan’,misalnya:
ter- + Bangun = terbangun,
dalam kalimat Aku terbangun karena suara
itu begitu asing.
ü Apabila bentuk dasarnya berkelas
kata sifat, maka imbuhan {ter-} mempunyai arti ‘paling’ seperti, terpandai
‘paling pandai’, terjauh, terpendek, tertinggal.
e.
Morfem Imbuhan {peN-}
Arti morfem imbuhan {peN-} sangat
ditentukan oleh kelas kata bentuk dasarnya. Bentuk dasar yang dapat bergabung
dengan {peN-} ialah bentuk dasar yang berkelas kata kerja,kata sifat, dan kata
benda.
ü Apabila bentuk dasarnya berkelas
kata kerja, maka imbuhan {peN-} mempunyai arti seperti berikut:
1.
‘orang yang (biasa) melakukan pekerjaan yang – sebut pada bentuk dasar’,
misalnya: penjual ‘orang yang (biasa) melakukan menjual’
2.
‘alat yang dipakai untuk melakukan tindakan tersebut pada bentuk dasar’,
misalnya: penggaris ‘alat untuk menggaris’
ü Apabila bentuk dasarnya berkelas
kata sifat, maka imbuhan {peN -} mempunyai arti seperti berikut:
1. ‘yang memiliki sifat yangtersebut pada bentuk
dasar’, misalnya:
periang
‘yang mempunyai sifat periang’
2.
‘yang menyebabkan adanya sifat yang tersebut pada bentuk dasar’, misalnya:
pendingin ‘ yang menyebabkan jadi dingin’ atau yang menyebabkan
dingin’
3.
‘orang yang mudah cepat/menjadi seperti tersebut dalam bentuk dasar’, misalnya:
pemalu ‘orang yang mudah menjadi
malu’
ü Apabila bentuk dasarnya berkelas
kata benda, maka imbuhan {peN-} mempunyai arti yang biasa melakukan
tindakan/pekerjaan yang berhubungan dengan kata benda yang pada bentuk dasarnya
‘atau’ orang yang meN-...
pelaut ‘orang yang
biasa melaut’
perokok ‘orang yang
biasa merokok’
f.
Morfem Imbuhan {pe-}
Morfem Imbuhan {pe-} mempunyai
kesejajaran morfem imbuhan {ber-}, sedangkan morfem imbuhan {peN-} mmpunyai
kesejajaran dengan morfem imbuhan {meN-}.
Contoh:
pelari ‘orang yang berlari’
Perbandingkan dengan:
peninju ‘orang
yang meninju’
Oleh sebab itu,kedua morfem imbuhan
ini,{pe-} dan {peN-}, perlu dibedakan.
g.
Morfem Imbuhan {per-}
Morfem imbuhan {per-} dapat
bergabung dengan bentuk dasar yang berkelas kata benda,bilangan, dan sifat.
1.
Apabila bergandeng dengan bentuk dasar kata benda, {per-} mempunyai arti
menjadikan (objek) sebagai atau memperlakukan (objek) sebagai berikut:
peristri ‘menjadikan (objek) sebagai
istri’;
perbudak ‘memperlakukan (objek) sebagai budak’;
2.
Apabila bergandeng dengan bentuk dasar kata bilangan,imbuhan {per-i
mempunyai arti ‘membuat jadi;
pertiga
‘membuat jadi tiga;
3.
Apabila bergandeng dengan bentuk dengan bentuk dasar yang berkelas kata
sifat,{per-} mempunyai arti
membuat jadi lebih’.
perdalam ‘membuat jadi lebih dalam’.
h.
Morfem Imbuhan {se-}
Morfem mimbuhan {se-} bisa digandeng
dengan bentuk dasar yang berkelas kata benda. Misalnya sekelas,sejalan,sekpala,sedesa, dan
sebagainya. Imbuhan {se} yang melekat pada bentuk dasar kata benda mempunyai arti
sebagai berikut:
1.
Menyatakan ‘satu’ misalnya:
sebuah
‘satu buah’
2.
Menyatakan ‘seluruh’,misalnya:
sedunia ‘seluruh dunia’
3.
Menyatakan ‘sama’ atau ‘sebesar ...’,misalnya:
sekucing
‘sama dengan kucing ‘atau’ sebesar kucing’
Selain melekat pada kata benda, morfem {se-} bisa bergabung
dengan penggolong benda. Misalnya seorang,seekor,sebuah,sebatang,sebentuk,sebidang
dan sebagainya. Imbuhan {se-} yang melekat pada bentuk dasar kata
sifat mempunyai arti sebagai berikut: sebaik dan secantik
i.
Morfem Imbuhan {ke-}
Bentuk ke itu ada dua macam, yaitu {ke-} sebagai imbuhan (sehingga
ditulis ke) dan ke sebagai kata depan
(biasanya ditulis ke). Contoh: kesepuluh,kekasih,kedua dan sebagainya. Sedangkan
yang termasuk kata depan. Contoh: ke sini, ke situ, ke jakarta dan sebagainya
· Apabila imbuhan {ke-} bergandengan dengan bentuk dasar
berkelas kata bilangan, maka imbuhan {ke-} mempunyai arti sebagai
berikut:
1.
‘menyatakan kumpulan yng terdiri atas jumlah yang tersebut pada bentuk dasar’,
misalnya:
kelima (anak itu anak saya) ‘kumpulan anak yang terdiri atas lima
orang’
2.
‘menyatakan urutan seperti apa yang tersebut pada bentuk dasarnya’, misalnya:
kedua ‘urutan istri yang nomor dua’;
3. Apabila bergandeng dengan bentuk dasar selain kata bilangan, maka
imbuhan {ke-} itu berarti ‘yang di... ‘atau’ yang dianggap’.
Kekasih ‘yang dikasihi’
Kerangka
(karangan,laporan) ‘yang dianggap rangka’
j.
Morfem imbuhan {-kan}
Morfem Imbuhan {-kan} ialah bentuk
kan yang merupakan bagian dari morfem imbuhan terbelah {meN-kan} dan {di-kan}
Contoh: melakukan, menganaktirikan, dijalankan, dan dikesampingkan.
Morfem {-kan} bisa melekat pada kata
benda misalnya artikan,
kanfaskan, bukukan.
Morfem {-kan} bisa melekat pada kata
kerja misalnya kerjakan, berikan,
bacakan.
Morfem {-kan} bisa melekat pada kata
sifat misalnya hitamkan,
putihkan, licinkan.
Arti morfem afiks {-kan} bisa
dideskripsikan seperti ini:
ü ‘membuat (objek) seperti bentuk
dasar ‘atau’ kausatif’
menyempitkan
‘membuat (objek) menjadi sempit’
ü ‘melakukan sesuatu untuk orang lain’
atau ‘ me... (objek) untuk orang lain’ atau’ benektif’:
membelikan
‘membeli untuk orang lain’
ü ‘melakukan sesuatu secara intensif’:
mendengarkan
‘mendengarkan dengan
intensif’
ü ‘melakukan seperti bentuk dasar
pada/tentang sesuatu’atau transitif:
mengajarkan
‘mengajar (pada seseorang) tentang sesuatu’;
k.
Morfem Imbuhan {-i}
Seperti halnya morfem imbuhan
{-kan}, morfem imbuhan{-i} ini juga merupakan morfem tersendiri yang mempunyai
arti sendiri dalam pembentukan kata. Bentuk ini bukan merupakan bagian dari
morfem imbuyan terbelah {meN-i} dan {di-i} seperti pada kata menduduki,mendatangi,disakiti dan dikotori. Morfem {-i} biasanya
bergandeng dengan bentuk dasar kompleks yang berkelas kata kerja dan biasanya
mempunyai dua kem,ingkinan arti berikut:
1.
Menyatakan bahwa ‘tindakan yangtersebut pada bentuk dasar itu dilakukan
berulang-ulang’,misalnya:
melempari
‘melempari berulang-ulang’;
2.
Menyatakan ‘melakukan tindakan yang tersebut padabentuk dasarnya di suatu
tempat’:
menulisi ‘menulis di ...’;
3.
Melakukan sesuatu atau terjadi sesuatu pada ... ‘:
mendekati
‘mendekat pada ...
‘;
B.
Morfem ulang
Morfem ulang bahasa Indonesia dapat membentuk kata dengan
bentuk dasar yang berkelas kata kerja, benda dan sifat. Di samping itu morfem ulang ini ada
juga yang berkombinasi dengan morfem
imbuhan dalam membentuk suatu kata
(Abdul Chaer, 2008: 89).
Apabila bentuk dasarnya berkelas kata kerja, maka morfem
ulang mempunyai beberapa kemungkinan arti sebagai berikut,
a)
Menyatakan bahwa ‘tindakan yang tersebut pada bentuk dasar dilakukan berulang-ulang’
misalnya :
Memukul-mukul
“memukul berulang-ulang”
Menggerak-gerakkan
“menggerakkan
berulang-ulang”
b)
Menyatakan bahwa ‘tindakan yang tersebut pada bentuk dasar dilakukan oleh dua
pihak dan saling mengenai / berbalasan’ misalnya :
Bantu-membantu
“saling membantu”
Tinjau-meninjau
“saling meninjau”
c)
Menyatakan ‘hal-hal yang berhubungan dengan tindakan yang bersangkut paut
dengan bentuk dasar’ misalnya :
Cetak-mencetak
“hal-hal yang berhubungan dengan
kegiata mencetak”
d)
Menyatakan bahwa “tindakan yang tersebut pada bentuk dasar dilakukan seenaknya
/santai atau hanya untuk bersenang-senang’ misalnya :
Membaca-baca
“membaca seenaknya / santai
untuk bersenang-senang”
Makan-makan
“ makan seenaknya /
santai untuk bersenang-senang”
e)
Apabila berkombinasi dengan {ber-an} menyatakan bahwa tindakan itu dilakukan
oleh kedua pihak dan saling mengenai, misalnya :
Berkirim-kiriman
“saling mengirim”
Berolok-olok
“saling
mengolok”
f)
Rasa kekhawatiran, rasa ketidaksetujuan, rasa menggerutu :
Datang-datang dalam ‘datang-datang,
langsung tidur menjadi “baru saja datang, kok langsung tidur”.
Apabila
bentuk dasarnya berkelas kata benda maka morfem ulang mempunyai beberapa
kemungkinan arti yaitu :
a.
Menyatakan ‘banyak’ misalnya :
Kemajuan-kemajuan
“banyak kemajuan”
Gedung-gedung “banyak gedung”
Orang-orang
“banyak
orang”
b.
Menyatakan ‘meskipun’ misalnya :
Beras-beras
(dimakannya) “meskipun
beras (dimakannya)
Sandal-sandal
(diangkatnya) “meskipun
sandal (diangkatnya).
Apabila
dikombinasi dengan –an menyatakan ‘sesuatu yang menyerupai apa yang tersebut
pada bentuk dasar’. Misalnya :
Orang-orangan
“menyerupai orang”
Kuda-kudaan
“menyerupai kuda”
Apabila
bentuk dasarnya berkelas kata sifat, maka kemungkinan arti morfem ulang sebagai
berikut :
· Menyatakan ‘lebih… lagi’, misalnya :
Cepat-cepat
“lebih cepat lagi” berlarilah cepat-cepat !
Rajin-rajin “lebih rajin lagi” belajarlah rajin-rajin !
· Apabila berkombinasi dengan {ke-an} menyatakan ‘agak’,
misalnya :
Kehijau-hijauan
“agak hijau”
Keheran-heranan
“agak heran”
Kemerah-merahan
“agak merah”
· ‘meskipun seperti bentuk dasar’ :
Jelek-jelek
(dia sangat pintar) “meskipun
jelek”
Kecil-kecil
(tapi sangat pintar) “meskipun
kecil”
· Apabila dikombinasi dengan {se-nya} menyatakan ‘tingkat yang
paling tinggi’ atau ‘superlatif’ misalnya :
Sekecil-kecilnya
“tingkat yang
paling kecil”
Sedalam-dalamnya
“tingkat yang paling
dalam”
Pengertian
kombinasi antara morfem ulang dan imbuhan seperti yang disebutkan diatas
tidaklah mempunyai arti sendiri-sendiri tetapi mendukung satu arti. Jadi
berdasarkan contoh diatas disamping terdapat morfem ulang, terdapat juga morfem
{ulang-an}, {ber-ulang-an}, dan {se-Ulang-nya}.
C.
Morfem konstruksi majemuk
Secara sederhana, kata majemuk bisa
diklasifikasikan ke dalam tiga kelompok, antara lain:
1.
Kelompok pertama beranggotakan kambing
hitam, meja hijau, lemabaran hitam, apa boleh buat, bertekuk lutut, tangan
dingin, mulut besar, dan seterusnya.
Kata majemuk pada kelompok pertama
lepas sama sekali dari arti unsur-unsurnya.
2.
Kelompok kedua beranggotakan rumah makan, rumah sakit, kamar tidur, kamar mandi,
angkat besi, tolak peluru,dan seterusnya.
Kata majemuk pada kelompok kedua ini
salah satu unsurnya masih memiliki arti unsur aslinya. Misal istri muda tidak sama dengan istri yang muda, karena mungkin saja
usianya justru lebih tua dari istri pertama memang benar. Tetapi bagaimanapun
juga kata istri masih mangandung
makna ‘istri’.
3.
Kelompok ketiga beranggotakan tua renta,
tua bangka, gelap gulita, dendam kesumat, hitam legam, malam kelam, dan seterusnya.
Kata majemuk pada kelompok ketiga
mempunyai unsur yang unik atau morfem unik. Morfem yang bergandengan dengan
morfem unik ada dua jenis yaitu,
a.
Berejnis kata kerja
Apabila morfem unik mengikuti morfem
yang berjenis kata kerja,maka morfem unik itu berarti ‘frekuensi kuantitatif’.
Misalnya lalu lalang dan simpang siur.
b.
Berjenis kata sifat
Apabila morfem unik mengikuti morfem
yang berjenis kata sifat,maka morfem unik itu berarti ‘intensitas kualitatif’.
Misalnya gelap gulita, muda belia,
dan sunyi senyap.
Daftar rujukan :
Muslich, Masnur. 2010. Tata
bentuk Bahasa Indonesia. Jakarta: PT Bumi Aksara.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar