Selasa, 05 Februari 2019

Arti Morfem Imbuhan, Morfem Ulang, dan Morfem Konstruksi Majemuk




A.    Morfem imbuhan
Arti morfem imbuhan adalah arti suatu kata sebagai akibat bergabungnya morefm satu dengan yang lain, arti structural atau arti gramatikal (Masnur Muslich, 2010: 66).
Berikut ini uraian dari arti morfem - morfem imbuhan yang terdapat dalam Bahasa Indonesia.

a.       Morfem imbuhan {meN-}
Arti morfem imbuhan ini bergantung pada kelas kata bentuk dasarnya.
-          Apabila bentuk dasarnya berkelas verba, maka memiliki arti,
a)      ‘melakukan tindakan seperti yang tersebut pada bentuk dasar’. Misalnya,
Mengambil                       ‘melakukan tindakan ambil’
Menjual                           ‘melakukan tindakan jual’
b)      ‘menjadi seperti tersebut dalam bentuk dasar’ atau ‘dalam keadaan seperti bentuk dasar’
Melarut                 ‘menjadi/ dalam keadaan laut’
Menurun               ‘menjadi/ dalam kedaan turun’
c)       ‘membuat kesan seperti pada bentuk dasar dengan sengaja’
Mengalah             ‘membuat kesan kalah dengan sengaja’
Membisu              ‘membuat kesan bisu dengan sengaja’

-          Apabila bentuk dasarnya berkelas verba, maka memiliki arti,
a)      ‘pergi ke…’ atau ‘menuju ke…’. Misalnya,
Mendarat              ‘menuju ke darat’
Melaut                  ‘menuju ke laut’
b)      ‘mencari’ atau ‘mengumpulkan’, misalnya,
Merumput                        ‘mencari rumput’
Merotan                ‘mencari rotan’
c)      Menjadi sebagaimana yang disebut dalam bentuk dasar’, misalnya
Membuah             ‘menjadi buah’
Membisu              ‘menjadi bisu’
d)     ‘membubuhkan apa yang tersebut dalam bentuk dasar’, misalnya,
Mencap                ‘membubuhkan cap’
Mencat                 ‘membubuhkan cat’
e)      ‘membuat apa yang tersebut pada bentuk dasar’. misalnya,
Menyate               ‘membuat sate’
Menggulai                        ‘membuat gulai’
f)       ‘berlaku seperti yang tersebt dalam bentuk dasar’, misalnya:
Membabi babi buta          ‘berlaku seperti babi buta’
Merajalela             ‘berlaku seperti rajalela’
g)      ‘melakukan tindakan dengan alat seperti bentuk dasar’. misalnya,
Menyabit              ‘melakukan sabit’
Men(ge)tik                       ‘melakukan tik’
h)      ‘meminum atau menghisap seperti yang tersebut dalam bentuk dasar. misalnya,
Mengopi               ‘meminum kopi’
Merokok               ‘menghisap rokok’
i)        ‘menyerupai seperti bentuk dasar’, misalnya
Menyemt              ‘menyerupai semt’
Membukit             ‘menyerupai bukit’
j)        ‘dalam keadaan berfungsi sebagai seperti bentk dasar’. misalnya,
Menjanda             ‘dalam keadaan berfngsi seperti janda’
Menyopir              ‘berfungsi seperti sopir’
k)      ‘mengelarkan bnyi seperti bentuk dasar’.misal,
Mengeong                        ‘mengelarkan bunyi ngeong’
Mencicit               ‘mengelarkan bunyi cicit’

-          Apabila bentuk dasarnya berkelas verba, maka memiliki arti,
a)      ‘menjadi seperti bentuk dasar dengan sendirinya’
Menguning (padi)            ‘menjadi kuning dengan sendirinya’
Memutih (rambut)                        ‘menjadi putih dengan sendirinya’
b)      ‘menimbulkan kesan seperti bentuk dasar’. misal,
Memanjang                      ‘menimbulkan kesan panjang’
Memutih                           ‘menimbulkan kesan putih’

b.      Morfem imbuhan {ber-}
Bentuk dasar yang dapat bergabung dengan imbuhan {ber-} dapat dikelompokan atas empat kelas antara lain berkelas kata kerja,kata benda,kata sifat dan kata bilangan.
Ø Apabila bentuk dasarnya berkelas kata kerja, maka imbuhan {ber-} mempunyai arti seperti   berikut:
a)      ‘dalam keadaan seperti bentuk dasar’:
ber- + Ada = berada                     ‘dalam keadaan ada’;
b)      ‘menjadi seperti bentuk dasar’:
ber- + Ubah = berubah                     ‘menjadi ubah’;
c)      ‘melakukan seperti bentuk dasar’:
ber- + Lari = berlari                     ‘melakukan kegiatan lari’;

Ø  Apabila bentuk dasarnya berkelas kata benda, maka imbuhan {ber-} mempunyai arti seperti berikut:
a)      ‘memakai ‘atau’ mengenakan’, mislnya:
ber- + Dasi = berdasi                    ‘memakai atau mengenakan dasi’;
b)      ‘mempunyai apa yang tersebut pada bentuk dasarnya’,misalnya:
ber- + Kumis = berkumis                    ‘mempunyai kumis’;
c)       ‘mengeluarkan’,misalnya:
ber- + Suara = bersuara                      ‘mengeluarkan suara’;
d)     ‘mengerjakan ‘atau’ menggarap’,misalnya:
ber- + Ladang = berladang                   ‘mengerjakan atau menggarap ladang’;
e)      ‘mengendarai ‘atau’ mempergunakan’,misalnya:
ber- + Sepeda = bersepeda                   ‘mengendarai ‘atau’ mempergunakan sepeda’;       
f)       ‘bermain seperti bentuk dasar’:
ber- + Catur = bercatur                    ‘bermain catur’;

Ø  Apabila bentuk dasarnya berkelas kata sifat, maka imbuhan {ber-} mempunyai arti ‘dalam keadaan’. Contohnya, ber- + Duka = berduka

Ø  Apabila bentuk dasarnya berkelas kata bilangan , maka imbuhan {ber-} mempunyai arti ‘menjadi’ atau ‘kumpulan yang terdiri atas satu, berdua, berlima, dan sebagainya’. Misalnya berlima

Ø  Apabila  bentuk dasarnya berkelas kata bilangan  ada pada proses pengulangan pada kelas numeralia in, maka morfem {ber-} memiliki arti ‘dalam jumlah kelipatan seperti tersebut pada bentuk dasar’.  Misalnya, berpuluh-puluh.

c.       Morfem imbuhan {di-}
Arti imbuhan {di-} hanya satu, yaitu menyatakan tindakan yang pasif atau semata-mata dihubungkan dengan fungsi subyeknya.
Contoh: diambil,diangkat,disirami,dibayar dan sebagainya.

d.      Morfem imbuhan {ter-}
Imbuhan {ter-} adalah bentuk dasar yang berkelas kata kerja,kata sifat, dan kata benda.
ü  Apabila bentuk dasarnya berkelas kata benda, maka imbuhan {ter-} mempunyai arti seperti berikut:
1.      ‘tak sengaja di (seperti bentuk dasar)’
ter- + Cangkul = tercangkul                     ‘tak sengaja dicangkul’
2.      ‘dapat di (seperti bentuk dasar) kan/i’
ter- Bukti = terbukti                                    ‘dapat dibuktikan’
ü  Apabila bentuk dasarnya berkelas kata kerja, maka imbuhan {ter-} mempunyai arti seperti berikut:
1.      ‘menyatakan bahwa pekerjaan yang dilakukan tidak disengaja’,misalnya tersentuh,tertiup,tergeret,terganggu.
2.      ‘dapat ‘atau’ sanggup’,misalnya:
ter- + Kejar = terkejar                    dalam kalimat Pencuri itu terkejar juga.
3.      ‘menyatakan bahwa pekerjaan sudah selesai (perfektif)’,misalnya:
ter- + Tulis = tertulis, dalam kalimat Namanya tertulis di madding kampus.
4.      ‘ketiba-tibaan’,misalnya:
ter- + Bangun = terbangun, dalam kalimat Aku terbangun karena suara itu begitu asing.
ü  Apabila bentuk dasarnya berkelas kata sifat, maka imbuhan {ter-} mempunyai arti ‘paling’ seperti, terpandai ‘paling pandai’, terjauh, terpendek, tertinggal.

e.       Morfem Imbuhan {peN-}
Arti morfem imbuhan {peN-} sangat ditentukan oleh kelas kata bentuk dasarnya. Bentuk dasar yang dapat bergabung dengan {peN-} ialah bentuk dasar yang berkelas kata kerja,kata sifat, dan kata benda.
ü  Apabila bentuk dasarnya berkelas kata kerja, maka imbuhan {peN-} mempunyai arti seperti berikut:
1.      ‘orang yang (biasa) melakukan pekerjaan yang – sebut pada bentuk dasar’, misalnya: penjual     ‘orang yang (biasa) melakukan menjual’
2.      ‘alat yang dipakai untuk melakukan tindakan tersebut pada bentuk dasar’, misalnya: penggaris   ‘alat untuk menggaris’
ü  Apabila bentuk dasarnya berkelas kata sifat, maka imbuhan {peN -} mempunyai arti seperti berikut:
1.       ‘yang memiliki sifat yangtersebut pada bentuk dasar’, misalnya:
periang                   ‘yang mempunyai sifat periang’
2.      ‘yang menyebabkan adanya sifat yang tersebut pada bentuk dasar’, misalnya:
pendingin ‘ yang menyebabkan jadi dingin’ atau yang menyebabkan dingin’
3.      ‘orang yang mudah cepat/menjadi seperti tersebut dalam bentuk dasar’, misalnya: pemalu                  ‘orang yang mudah menjadi malu’
ü  Apabila bentuk dasarnya berkelas kata benda, maka imbuhan {peN-} mempunyai arti yang biasa melakukan tindakan/pekerjaan yang berhubungan dengan kata benda yang pada bentuk dasarnya ‘atau’ orang yang meN-...
pelaut          ‘orang yang biasa melaut’
perokok        ‘orang yang biasa merokok’

f.       Morfem Imbuhan {pe-}
Morfem Imbuhan {pe-} mempunyai kesejajaran morfem imbuhan {ber-}, sedangkan morfem imbuhan {peN-} mmpunyai kesejajaran dengan morfem imbuhan {meN-}.
Contoh:
pelari                  ‘orang yang berlari’
Perbandingkan dengan:
peninju              ‘orang yang meninju’
Oleh sebab itu,kedua morfem imbuhan ini,{pe-} dan {peN-}, perlu dibedakan.

g.      Morfem Imbuhan {per-}
Morfem imbuhan {per-} dapat bergabung dengan bentuk dasar yang berkelas kata benda,bilangan, dan sifat.
1.      Apabila bergandeng dengan bentuk dasar kata benda, {per-} mempunyai arti menjadikan (objek) sebagai atau memperlakukan (objek) sebagai berikut:
peristri                    ‘menjadikan (objek) sebagai istri’;
perbudak                 ‘memperlakukan (objek) sebagai budak’;
2.      Apabila bergandeng dengan bentuk dasar kata bilangan,imbuhan {per-i mempunyai arti ‘membuat jadi;
pertiga                      ‘membuat  jadi  tiga;
3.      Apabila bergandeng dengan bentuk dengan bentuk dasar yang berkelas kata sifat,{per-}   mempunyai arti membuat jadi lebih’.
perdalam                    ‘membuat jadi lebih dalam’.

h.      Morfem Imbuhan {se-}
Morfem mimbuhan {se-} bisa digandeng dengan bentuk dasar yang berkelas kata benda. Misalnya sekelas,sejalan,sekpala,sedesa, dan sebagainya. Imbuhan {se} yang melekat pada bentuk dasar kata benda mempunyai arti sebagai berikut:
1.      Menyatakan ‘satu’ misalnya:
sebuah                   ‘satu buah’
2.      Menyatakan ‘seluruh’,misalnya:
sedunia                   ‘seluruh dunia’
3.      Menyatakan ‘sama’ atau ‘sebesar ...’,misalnya:
sekucing                    ‘sama dengan kucing ‘atau’ sebesar kucing’

Selain melekat pada kata benda, morfem {se-} bisa bergabung dengan penggolong benda. Misalnya seorang,seekor,sebuah,sebatang,sebentuk,sebidang dan sebagainya. Imbuhan {se-} yang melekat pada bentuk dasar kata sifat mempunyai arti sebagai berikut: sebaik dan secantik

i.        Morfem Imbuhan {ke-}
Bentuk ke itu ada dua macam, yaitu {ke-} sebagai imbuhan (sehingga ditulis ke) dan ke sebagai kata depan (biasanya ditulis ke). Contoh: kesepuluh,kekasih,kedua dan sebagainya. Sedangkan yang termasuk kata depan. Contoh: ke sini, ke situ, ke jakarta dan sebagainya
·         Apabila imbuhan {ke-} bergandengan dengan bentuk dasar berkelas kata bilangan, maka imbuhan {ke-} mempunyai arti sebagai berikut:
1.      ‘menyatakan kumpulan yng terdiri atas jumlah yang tersebut pada bentuk dasar’, misalnya:
kelima (anak itu anak saya) ‘kumpulan anak yang terdiri atas lima orang’
2.      ‘menyatakan urutan seperti apa yang tersebut pada bentuk dasarnya’, misalnya:
kedua                  ‘urutan istri yang nomor dua’;
3.      Apabila bergandeng dengan bentuk dasar selain kata bilangan, maka imbuhan {ke-} itu berarti ‘yang di... ‘atau’ yang dianggap’.
Kekasih                                           yang dikasihi’
Kerangka (karangan,laporan)               yang dianggap rangka’

j.        Morfem imbuhan {-kan}
Morfem Imbuhan {-kan} ialah bentuk kan yang merupakan bagian dari morfem imbuhan terbelah {meN-kan} dan {di-kan}
Contoh: melakukan, menganaktirikan, dijalankan, dan dikesampingkan.
Morfem {-kan} bisa melekat pada kata benda misalnya artikan, kanfaskan, bukukan.
Morfem {-kan} bisa melekat pada kata kerja misalnya kerjakan, berikan, bacakan.
Morfem {-kan} bisa melekat pada kata sifat misalnya hitamkan, putihkan, licinkan.
Arti morfem afiks {-kan} bisa dideskripsikan seperti ini:
ü  ‘membuat (objek) seperti bentuk dasar ‘atau’ kausatif’
menyempitkan                    ‘membuat (objek) menjadi sempit’
ü  ‘melakukan sesuatu untuk orang lain’ atau ‘ me... (objek) untuk orang lain’ atau’ benektif’:
membelikan                   ‘membeli untuk orang lain’
ü  ‘melakukan sesuatu secara intensif’:
mendengarkan                   ‘mendengarkan dengan intensif’
ü  ‘melakukan seperti bentuk dasar pada/tentang sesuatu’atau transitif:
mengajarkan                   ‘mengajar (pada seseorang) tentang sesuatu’;

k.      Morfem Imbuhan {-i}
Seperti halnya morfem imbuhan {-kan}, morfem imbuhan{-i} ini juga merupakan morfem tersendiri yang mempunyai arti sendiri dalam pembentukan kata. Bentuk ini bukan merupakan bagian dari morfem imbuyan terbelah {meN-i} dan {di-i} seperti pada kata menduduki,mendatangi,disakiti dan dikotori. Morfem {-i} biasanya bergandeng dengan bentuk dasar kompleks yang berkelas kata kerja dan biasanya mempunyai dua kem,ingkinan arti berikut:
1.      Menyatakan bahwa ‘tindakan yangtersebut pada bentuk dasar itu dilakukan berulang-ulang’,misalnya:
melempari                    ‘melempari berulang-ulang’;
2.      Menyatakan ‘melakukan tindakan yang tersebut padabentuk dasarnya di suatu tempat’:
menulisi                   ‘menulis di ...’;
3.      Melakukan sesuatu atau terjadi sesuatu pada ... ‘:
 mendekati                    ‘mendekat pada ... ‘; 

B.     Morfem ulang
Morfem ulang bahasa Indonesia dapat membentuk kata dengan bentuk dasar yang berkelas kata kerja, benda dan  sifat. Di samping itu morfem ulang ini ada juga yang berkombinasi dengan  morfem imbuhan dalam  membentuk suatu kata (Abdul Chaer, 2008: 89).
Apabila bentuk dasarnya berkelas kata kerja, maka morfem ulang mempunyai beberapa kemungkinan arti sebagai berikut,
a)      Menyatakan bahwa ‘tindakan yang tersebut pada bentuk dasar dilakukan berulang-ulang’ misalnya :
Memukul-mukul               “memukul berulang-ulang”
Menggerak-gerakkan                   “menggerakkan berulang-ulang”
b)      Menyatakan bahwa ‘tindakan yang tersebut pada bentuk dasar dilakukan oleh dua pihak dan saling mengenai / berbalasan’ misalnya :
Bantu-membantu              “saling membantu”
Tinjau-meninjau               “saling meninjau”
c)      Menyatakan ‘hal-hal yang berhubungan dengan tindakan yang bersangkut paut dengan bentuk dasar’ misalnya :
Cetak-mencetak    “hal-hal yang berhubungan dengan kegiata mencetak”
d)     Menyatakan bahwa “tindakan yang tersebut pada bentuk dasar dilakukan seenaknya /santai atau hanya untuk bersenang-senang’ misalnya :
Membaca-baca                “membaca seenaknya / santai untuk bersenang-senang”
Makan-makan                  “ makan seenaknya / santai untuk bersenang-senang”
e)      Apabila berkombinasi dengan {ber-an} menyatakan bahwa tindakan itu dilakukan oleh kedua pihak dan saling mengenai, misalnya :
Berkirim-kiriman              “saling mengirim”
Berolok-olok                                 “saling mengolok”
f)       Rasa kekhawatiran, rasa ketidaksetujuan, rasa menggerutu :
Datang-datang dalam ‘datang-datang, langsung tidur menjadi “baru saja datang, kok langsung tidur”.
                                                  
Apabila bentuk dasarnya berkelas kata benda maka morfem ulang mempunyai beberapa kemungkinan arti yaitu :
a.       Menyatakan ‘banyak’ misalnya :
Kemajuan-kemajuan                    “banyak kemajuan”
Gedung-gedung                           “banyak gedung”
Orang-orang                                “banyak orang”
b.      Menyatakan ‘meskipun’ misalnya :
Beras-beras (dimakannya)                       “meskipun beras (dimakannya)
Sandal-sandal (diangkatnya)                   “meskipun sandal (diangkatnya).

Apabila dikombinasi dengan –an menyatakan ‘sesuatu yang menyerupai apa yang tersebut pada bentuk dasar’. Misalnya :
Orang-orangan    “menyerupai orang”
Kuda-kudaan                   “menyerupai kuda”

Apabila bentuk dasarnya berkelas kata sifat, maka kemungkinan arti morfem ulang sebagai berikut :
·         Menyatakan ‘lebih… lagi’, misalnya :
Cepat-cepat          “lebih cepat lagi”         berlarilah cepat-cepat !
Rajin-rajin            “lebih rajin lagi”          belajarlah rajin-rajin !
·         Apabila berkombinasi dengan {ke-an} menyatakan ‘agak’, misalnya :
Kehijau-hijauan               “agak hijau”
Keheran-heranan             “agak heran”
Kemerah-merahan           “agak merah”
·         ‘meskipun seperti bentuk dasar’ :
Jelek-jelek (dia sangat pintar)                               “meskipun jelek”
Kecil-kecil (tapi sangat pintar)                             “meskipun kecil”
·         Apabila dikombinasi dengan {se-nya} menyatakan ‘tingkat yang paling tinggi’ atau ‘superlatif’ misalnya :
Sekecil-kecilnya                            “tingkat yang paling kecil”
Sedalam-dalamnya                      “tingkat yang paling dalam”

Pengertian kombinasi antara morfem ulang dan imbuhan seperti yang disebutkan diatas tidaklah mempunyai arti sendiri-sendiri tetapi mendukung satu arti. Jadi berdasarkan contoh diatas disamping terdapat morfem ulang, terdapat juga morfem {ulang-an}, {ber-ulang-an}, dan {se-Ulang-nya}.

C.    Morfem konstruksi majemuk
Secara sederhana, kata majemuk bisa diklasifikasikan ke dalam tiga kelompok, antara lain:
1.      Kelompok pertama beranggotakan kambing hitam, meja hijau, lemabaran hitam, apa boleh buat, bertekuk lutut, tangan dingin, mulut besar, dan seterusnya.
Kata majemuk pada kelompok pertama lepas sama sekali dari arti unsur-unsurnya.

2.      Kelompok kedua beranggotakan rumah  makan, rumah sakit, kamar tidur, kamar mandi, angkat besi, tolak peluru,dan seterusnya.
Kata majemuk pada kelompok kedua ini salah satu unsurnya masih memiliki arti unsur aslinya. Misal istri muda tidak sama dengan istri yang muda, karena mungkin saja usianya justru lebih tua dari istri pertama memang benar. Tetapi bagaimanapun juga kata istri masih mangandung makna ‘istri’.

3.      Kelompok ketiga beranggotakan tua renta, tua bangka, gelap gulita, dendam kesumat, hitam legam, malam  kelam, dan  seterusnya.
Kata majemuk pada kelompok ketiga mempunyai unsur yang unik atau morfem unik. Morfem yang bergandengan dengan morfem unik ada dua jenis  yaitu,
a.       Berejnis kata kerja
Apabila morfem unik mengikuti morfem yang berjenis kata kerja,maka morfem unik itu berarti ‘frekuensi kuantitatif’. Misalnya lalu lalang dan simpang siur.
b.      Berjenis kata sifat
Apabila morfem unik mengikuti morfem yang berjenis kata sifat,maka morfem unik itu berarti ‘intensitas kualitatif’. Misalnya gelap gulita, muda belia, dan sunyi senyap.

Daftar rujukan :
Muslich, Masnur. 2010. Tata bentuk Bahasa Indonesia. Jakarta: PT Bumi Aksara.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar