Selasa, 24 Juli 2012

menjaga hati


Yovie and Nuno
masih tertinggal bayanganmu
yang telah membekas di relung hatiku
hujan tanpa henti seolah bertanda
cinta tak disini lagi kau telah berpaling

biarkan aku menjaga perasaan ini
menjaga segenap cinta yang telah kau beri
engkau pergi aku takkan pergi
kau menjauh aku takkan jauh
sebenarnya diriku masih mengharapkanmu
ooh oooh

masih adakah cahaya rindumu
yang dulu selalu cerminkan hatimu
aku takkan bisa menghapus dirimu
meskipun kulihat kau kini diseberang sana

biarkan aku menjaga perasaan ini
menjaga segenap cinta yang telah kau beri
engkau pergi aku takkan pergi
kau menjauh aku takkan jauh
sebenarnya diriku masih mengharapkanmu

andai akhirnya kau tak juga kembali
aku tetap sendiri menjaga hati

biarkan aku menjaga perasaan ini
menjaga segenap cinta yang telah kau beri
engkau pergi aku takkan pergi
kau menjauh aku takkan jauh
sebenarnya diriku masih mengharapkanmu

biarkan aku menjaga perasaan ini
menjaga segenap cinta yang telah kau beri
engkau pergi aku takkan pergi
kau menjauh aku takkan jauh
sebenarnya diriku masih mengharapkanmu

sejujurnya diriku masih mengharapkanmu


Janji suci

Dengarkanlah wanita pujaanku
Malam ini akan kusampaikan
Hasrat suci kepadamu dewiku
Dengarkanlah kesungguhan ini

Aku ingin, mempersuntingmu
Tuk yang pertama dan terakhir

Jangan kau tolak dan buatku hancur
Ku tak akan mengulang tuk meminta
Satu keyakinan hatiku ini
Akulah yang terbaik untukmu

Dengarkanlah wanita impianku
Malam ini akan kusampaikan
Janji suci satu untuk selamanya
Dengarkanlah kesungguhan ini

Aku ingin, mempersuntingmu
Tuk yang pertama dan terakhir

Jangan kau tolak dan buatku hancur
Ku tak akan mengulang tuk meminta
Satu keyakinan hatiku ini
Akulah yang terbaik untukmu

Jangan kau tolak dan buatku hancur
Ku tak akan mengulang tuk meminta
Satu keyakinan hatiku ini
Akulah yang terbaik untukmu

Jangan kau tolak dan buatku hancur
Ku tak akan mengulang tuk meminta
Satu keyakinan hatiku ini
Akulah yang terbaik untukmu

Akulah yang terbaik untukmu…

Yovie and Nuno

Wanita yang datang dari negeri hijau


Wanita yang Datang dari Negeri Hijau

Oleh :Tjahjono Widarmanto

konon, dia datang dari negeri hijau tanah penuhpadang bunga-bunga. ringkik kuda. kupu-kupu.dan pematang sawah yang melingkar-lingkar.

:datanglah ke negeriku tanah tanpa caci maki!
Wanita itu penuh senyum bidadari bau rambutnya tanpa parfum dan matanya adalah embun. tempat belalang berkaca.

:inilah rumahmu penuh lukisan mozaik warna-warni rumah tempat anak-anak kita tumbuh jadi rajawali,belajar menerka arah cuaca!

 wanita itu, datang darinegeri hijau rambutnya tanpa parfum. tapi penuhbunga dan senyum bidadari menjanjikan bunga-bunga serta rumah dengan lukisan mozaik warna-warni.

(astaga, aku rindu rumah tanpa caci maki. kupu. danbunga-bunga!) Dengarlah. kuda-kuda meringkik dipematang sawah saat aku jadi seperti belalang.berkaca pada cermin embun di matamu.

ngawi, 1999

Taufiq Ismail

Pelajaran Tatabahasa dan Mengarang

“Murid-murid, pada hari senin ini
Marilah kita belajar tatabahasa
Dan juga sekaligus berlatih mengarang
Bukalah buku pelajaran kalian
Halaman enam puluh Sembilan
“Ini ada kalimat menarik hati, berbunyi
‘Mengeritik itu boleh asal membangun’
Nah, anak-anak, renungkanlah makna ungkapan itu
Kemudian, buat kalimat baru dengan kata-katamu sendiri.”
Demikianlah kelas itu sepuluh menit dimasuki sunyi
Murid-murid itu termenung-menung sendiri
Ada yang memutar-mutar pensil dan bolpoin
Ada yang meletakkan ibu jari di dahi
Ada yang salah tingkah, duduk gelisah
Memikirkan sejumlah kata yang bisa serasi
Menjawab pertanyaan Pak Guru ini
“ayo siapa yang sudah siap?”
Maka tak ada seorang yang mengacungkan tangan
Kalau tidak menunduk sembunyi dari incaran guru
Murid-murid itu saling berpandangan saja
Akhirnya ada seorang disuruh maju ke depan
Dan dia pun memberi jawaban

“Mengeritik itu boleh, asal membangun
Membangun itu boleh, asal mengeritik
Mengeritik itu tidak boleh, asal tidak membangun
Membangun itu tidak asal, mengeritik itu boleh tidak
Membangun mengeritik itu boleh asal
Mengeritik membangun itu asal boleh
Mengeritik itu membangun
Membangun itu mengeritik
Asal boleh mengeritik, boleh itu asal
Asal boleh membangun, asal itu boleh
Itu boleh asal membangun asal boleh
Boleh itu asal
Asal itu boleh
Asal asal
Itu itu
Itu.”

“Nah anak-anak, itulah karya temanmu
Sudah kalian dengar ‘kan
Apa komentar kamu tentang karyanya tadi?”
Kelas itu tiga menit dimasuki sunyi
Tak seorang mengangkat tangan
Kalau tidak menunduk di muka guru
Murid-murid itu cuma berpandang-pandangan
Tapi tiba-tiba mereka bersama menyanyi:

“Mengeritik itu membangun boleh asal
Membangun itu mengeritik asal boleh
Bangun bangun membangun kritik mengeritik
Mengeritik membangun asal mengeritik

“Dang ding dung ding dang ding dung
Ding dang ding dung ding dang ding dung
Leh boleh boleh boleh boleh
Boleh boleh asal boleh.”

“Anak-anak, bapak bilang tadi
Mengarang itu harus dengan kata-kata sendiri
Tapi tadi tidak ada kosa kata lain sama sekali
Kalian cuma mengulang bolak-balik yang itu-itu juga
Itu kelemahan kalian yang pertama
Dan kelemahan kalian yang kedua
Kalian anemi referensi dan melarat bahan perbandingan
Itu karena malas membaca, apalagi karya sastra.”

“Wahai Pak Guru, jangan kami disalahkan apalagi dicerca
Bila kami tak mampu mengembangkan kosa kata
Selama ini kami kan diajar menghafal dan menghafal saja
Mana ada dididik mengembangkan logika
Mana ada diajar berargumentasi dengan pendapat berbeda
dan mengenai masalah membaca buku dan karya sastra
Pak Guru sudah tahu lama sekali
Mata kami rabun novel, rabun cerpen, rabun puisi, dan
rabun drama
Tapi mata kami kan nyalang bila menonton televisi.”
1997

puisi yang membuat bulu kudukku berdiri dan semakin menyukai karya sastra ^^